Cupu 25

3.3K 438 6
                                    

Lo gak tau seberapa
Sakitnya?!.

Pandangan melodi tak urung terlepas dari sebuah jam dinding didepan kelas, tepatnya diatas sebuah papan tulis. Gadis tomboi itu tak sabar untuk mendengar bunyi bel pertanda pulang. Hari ini begitu spesial, hingga mampu membuat melodi untuk melupakan masalahnya, walaupun hanya sejenak. Gadis tomboi itu sesekali tersenyum manis, membayangkan hal yang dilakukannya sepulang sekolah nanti. Tentu saja perlakuan melodi itu ditatap aneh oleh putri, apa gadis itu telah depresi hingga tertawa sendiri seperti itu.

"Stts!. Lo kenapa mel?. Kepentok pintu toilet?." bisik putri, takut terdengar oleh bu atika yang tengah mengajar.

Melodi mendesis kesal, melirik sahabatnya itu dengan nyalang. "Gak. Kepentok dinding rumah lo."

Putri hanya manggut-manggut paham membuat melodi berdecak kesal. Apa putri mempercayai perkataannya?. Oh ayolah, apa putri sebodoh itu?, tidak bisa membedakan antara candaan dengan keseriusan?.

"Eh, eh. Tunggu, kapan lo kerumah gue?, nggak ada tuh." sanggah putri yang baru menyadari.

"Ck. Au ah put."decak melodi kesal, sedangkan putri terus-terusan tertawa keras.

Melodi seketika menghentikan langkahnya, saat merasakan ada cekalan dipergelangan tangannya. Gadis itu menoleh, mencari tau siapa yang telah menahan perjalanannnya. Gadis tomboi itu menaikkan satu alisnya, menatap angkasa yang tengah menatap intens kearahnya.

"Mau kemana?." tanya angkasa.

Melodi melihat kesekeliling, banyak pasang mata yang tengah memperhatikannya. Merasa risih, gadis tomboi itu segera menepis cekalan angkasa, membuat cowok itu menghela nafasnya kasar. Bagaimana tidak diperhatikan, angkasa cupu telah berubah sekeren itu. Tentu saja, hal-hal yang terjadi pada angkasa akan diceritakan, termasuk kedekatan antara ia dan cowok itu.

"Kesuatu tempat!." jawab melodi seadanya.

"Gue anterin, tunggu!."

Cowok itu segera berlari menuju arah parkiran sekolah. Meninggalkan melodi yang mendengus sebal atas perlakuan angkasa. Lihatlah, cowok itu sekarang mampu memerintah dirinya.

Sebuah motor sport berwarna biru pekat kini telah berhenti dihadapan melodi. Karena sudah mengetahui siapa pemilik motor itu, dengan sigap melodi menaiki kendaraan roda dua itu dibantu angkasa. Keduanya perlahan menghilang meninggalkan area sekolah.

🌿🌿🌿
Angkasa mengedarkan pandangannya kesekeliling tempat pemberhentiannya dengan melodi. Suasana disana cukup sepi, rimbun dan ada beberapa orang yang mendatangi tempat itu.

Angkasa turun dari motornya, perlahan mengikuti melodi yang berjalan mendekat kearah dua gundukan tanah yang berdekatan. Sebelum kesini, ia sempat berhenti ditoko bunga dan toko kue. Tentu saja angkasa mengerutkan dahinya bingung, untuk apa melodi membeli barang-barang itu dan membawanya kesini?.

Didua gundukan tanah itu terpampang nama 'mina arlis' dan 'Pratama putra'. Perlahan angkasa menjongkokkan tubuhnya, mengikuti hal yang baru dilakukan melodi. Gadis itu mulai berdoa, diikuti oleh angkasa, meskipun ia masih bingung atas dua makam itu.

"Happy birthday mama."

Gadis itu menghembuskan lilin pada sebuah cupcake yang baru dibelinya. Cowok itu hanya memasang wajah bingung, apalagi mendengar melodi mengucapkan kata 'mama'.

"Ini makam mama gue sa" tutur melodi, membuat angkasa menatap gadis tomboi itu.

Semuanya sikap melodi berubah semenjak menapakkan kaki ditempat ini. Melodi yang jutek, pemarah, acuh tak acuh, seketika menampilkan ada sisi baru dari gadis itu. Melodi berubah menjadi gadis manja dan cengeng. Apalagi saat gadis tomboi itu terus bercerita mengenai kehidupannya pada makam mamanya. Dibalik sikap keras melodi, hati gadis itu sangat lembut.

"Kalau itu, makam siapa?." tunjuk angkasa pada makam disebelahnya.

Senyum gadis tomboi itu semakin melebar, mengingat beberapa memori indah bersama orang itu.

"Dia, laki-laki yang paling gue sayang. Sosok laki-laki yang paling mengerti gue, paham segala maksud gue. Dia cinta gue, hidup gue." jelas melodi panjang, sebutir bulir bening meluncur bebas dipipi mulusnya.

Angkasa tersenyum getir, mengapa sakit rasanya saat melodi dengan lantangnya mengatakan kalau sosok itu adalah cinta dan hidupnya. Ada sesuatu yang mengganjal, perlahan menyakiti sampai ke ulu hati.

"Gue rindu dia sa, cinta dan hidup gue benar-benar telah pergi. Dia ninggalin gue gitu aja, jahat banget kan dia?." gadis itu tertawa nanar, perlahan bulir bening itu semakin deras.

Dengan sigap angkasa mendekap gadis tomboi itu dengan erat, sangat erat. Untuk pertama kalinya ia melihat sosok melodi yang serapuh ini. Ia kira melodi seperti sosok baja yang kuat, namun melodi berubah menjadi sebuah kaca yang mudah pecah. Gadis itu benar-benar rapuh.

Mengenai Pratama Putra, angkasa bersumpah akan menggantikan sosok itu dikehidupan melodi. Bahkan ia akan mencoba untuk melupakan sosok itu dikehidupan melodi. Benar-benar menghapuskan.

~•~•~•~•~•~•~•~••~•~•~••
"Lo kenapa mel?." tanya angkasa, gadis tomboi itu sangat lesu hari ini.

Melodi mendoangkkan kepalanya, mata gadis tomboi itu berkaca-kaca. "Cerita kita kurang peminatnya sa. Buktinya aja yang ngevote cuma dikit. Lagian gue kasihan sama author kita, followersnya dikit banget. Gue ngerasa kita gak bisa bantu author sama sekali. Karena itu author kita gak semangat buat ngelanjutin kisah kita"

Angkasa tersenyum tipis, mengusap-usap punggung melodi memberikan gadis itu ketenangan karena gadis tomboi itu mulai terisak. "Tenang mel. Gue yakin para readers kita orangnya baik-baik. Gue yakin mereka gak bakalan ngecewain kita. Mereka pasti ngevote cerita kita, gue yakin sama readers kita. Dan gue yakin, mereka pasti follow author kita juga. Sebagai bentuk dukungan kepada author kita. Gue yakin."

"Ya, para readers kita pasti mau bantuin kita." ujar melodi tersenyum tipis.

:')

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Where stories live. Discover now