Cupu 39

2.3K 153 0
                                    

Kadang penyebab luka
Ada disekeliling lo

Melodi memandangi berbagai jenis kendaraan yang tengah melintas dengan nanar. Sesekali gadis cantik itu mendengus sebal, menunggu itu memang menyebalkan ternyata.

"Maaf lama ya mel. Ngantri soalnya."

Melodi menoleh, tersenyum tipis kearah seorang wanita muda yang tengah menampilkan senyuman kikuk padanya.

"Iya kak, nggak papa kok." melodi semakin melebarkan senyumannya.

Hari ini, melodi tengah pergi bersama calon kakak iparnya. Ya venus, kakak perempuan dari angkasa. Hitung-hitung dalam rangka pendekatan dengan keluarga katanya.

Venus tersenyum tipis, ia kira kekasih dari adiknya itu akan mengomentari atas keterlambatannya. "Kita mau kemana lagi nih?."

Melodi mengerutkan dahinya, berfikir keras atas pertanyaan dari venus. "Kemana aja kak. Yang penting tempatnya adem."

"Kayak kedanau? Gimana kak?.-"

"Kalau kakak mau kemana?."

"Ke mol jangan deh. Bosan."

"Kak, g-"

Melodi mengerucutkan bibirnya kesal. Ternyata venus tak mendengarkannya sama sekali. Melodi menyipitkan matanya, ingin mengatahui apa yang ditatap oleh venus hingga membuat gadis itu mengabaikannya.

Melodi tersenyum tipis, sebuah senyuman yang sangat tipis. Seorang cowok tampan dibalut dengan jaket merah api menjadi pusat perhatian venus.

"Kak."

Venus terkesiap, senggolan bahu dari melodi mampu membantunya keluar dari dunia lamunannya.

"Hayo lagi liatin siapa?." goda melodi.

Venus membelalakkan matanya, ia sungguh malu kepergok terang-terangan seperti ini saat ini. Gadis itu gelagapan, bagaimana caranya harus menjelaskan pada melodi?.

"Cieee, yang lagi suka sama berondong." goda melodi lagi.

Venus mendengus, hal inilah yang menjadi faktor penghambat dikala ia ingin menceritakan perihal perasaannya pada orang lain. Bisa ia tebak, semua orang akan mencemoohkannya jikalau ia menyukai seorang cowok yang berumur lebih muda dari dirinya. Ya, meskipun jarak umur keduanya tak terlalu jauh.

"Apaan sih. Yuk, katanya mau pergi."

Venus melangkahkan kakinya dahulu, meninggalkan melodi yang dengan kekehannya. Wajah gadis itu merah padam. Sial!. Rahasia terbesarnya terbongkar begitu saja.

                                      🌿🌿🌿
Angkasa menyusuri koridor sekolah dengan berlarian kecil. Rasa khawatir bergejolak didalam dadanya, kemana perginya gadisnya itu sekarang?.

Sebelumnya, angkasa sempat mengunjungi kelas gadisnya itu untuk mengajak makan bersama. Namun, angkasa tak mendapati melodi, dan putri mengatakan jikalau melodi keluar sedari tadi dengan langkah terburu-buru.

Setelah mendengar pernyataan dari putri sedemikian, bagaimana angkasa tak khawatir?. Apakag gadisnya tengah dilanda sebuah masalah besar?.

Langkah angkasa terhenti, cowok itu menghela nafasnya lega. Seorang gadis dengan rambut digerai indah tengah berjalan pelan kearahnya.

"Lo kemana aja?." pertanyaan itu menyambut melodi saat baru menapaki kakinya dihadapan cowok itu.

Melodi terkekeh pelan. "Ke kayangan dulu tadi. Biasa, bidadari lagi ada tugas."

Angkasa mendengus. Oh ayolah, disaat ia tengah dilanda kekhawatiran seperti ini masih pantaskah melodi menawarkan sebuah gurauan?.

"Se-"

Sorotan mata angkasa menangkap seorang cowok yang tengah menghisap rokoknya dengan tenang. Apakah melodi dan mario sempat bertemu ditaman belakang sekolah sebelum ia datang kesini?.

"Itu.. Mario?." sorot mata tajam angkasa tak lepas dari cowok itu.

Melodi menoleh, mencoba mencari sesosok manusia yang diungkap angkasa tadi. "Mana?."

"Dia ganggu lo lagi?." angkasa menatap melodi lekat, tentu ia tak mau kejadian tempo lalu terulang lagi.

Melodi menggeleng cepat, menampik hal yang dituduhkan angkasa tadi. "Nggak kok. Udah lah jangan bahas dia lagi."

Angkasa semakin menajamkan penglihatannya dikala objek yang tengah mereka bicarakan sedang berjalan mendekat kearahnya.

"Hay."

Sapaan mario tak digubris, cowok itu hanya terkekeh pelan. Sementara angkasa dan melodi memasang wajah datarnya.

"Gue tau kalian lagi ngomongin gue."

"Dan gue suka cara kalian, berani ngomong dideket gue." lanjut mario.

Angkasa tersenyum miring, entah mengapa emosinya selalu tak bisa dikendalikan saat berhadapan dengan cowok berandalan itu.

"Lo jangan berani-beraninya ya nyentuh melodi." titah angkasa.

Mario tersenyum manis, menatap melodi dengan senyuman penuh arti. "Nggak disentuh kok, palingan cuma diraba."

Bukk

Satu bogeman mentah mendarat pada rahang mario. Melodi membelalakkan matanya dikala angkasa melakukan hal sedemikian.

Melodi menarik lengan angkasa kuat, mencoba menenangkan angkasa yang semakin kalut. Gadis itu menatap mario jijik, entah mengapa ia sempat memiliki hubungan dengan cowok itu.

"Please sa, udah." melas melodi.

Angkasa menatap melodi sekilas, lalu melepas tangan melodi yang tengah memegang lengannya dengan pelan.

"Jaga omongan lo. Jangan pernah nyentuh bahkan melukai melodi gue sedikit pun. Brengsek!." angkasa melepaskan kerah baju mario dengan kasar.

Mario tertawa renyah, menganggap hal yang dikatakan angkasa barusan hanya sebuah candaan. Cowok berandalan itu memperbaiki kerah bajunya dengan kasar, lalu  mengusap pelan bahu angkasa.

"Jangan terlalu yakin."

"Kadang penyebab luka ada disekeliling
lo." lanjut angkasa.

Mario melangkahkan kakinya mantap, derap kakinya terdengar disepanjang koridor yang terlihat sepi. Kedua manusia itu hanya menatap kesal kearah mario yang semakin menghilang dari pandangannya.

"Gila" umpat melodi kesal.

Angkasa menatap melodi lekat, gadis itu menghentikan aksi sumpah serapahnya lalu membalas tatapan angkasa.

"Mulai sekarang. Usahain buat lo selalu ada dideket gue." titah angkasa.

***
Please follow my wattpad

Vote dan komment
Juga ya

Lope you:*

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang