Cupu 13

4K 254 4
                                    

Penyesalan selalu
diakhir.

Semua murid mengalihkan perhatiannya pada sesosok manusia yang tengah berdiri diambang pintu kelas mereka, kelas Xll Ipa 7. Seorang gadis berkulit hitam-manis perlahan masuk kekelas itu, dan menghampiri Bu aminah yang tengah duduk manis dikursi kebesarannya. Selepas kepergian gadis tadi, bu aminah perlahan datang menghampiri bangku putri dan melodi. Putri yang melihat hal itu gelagapan sendiri, pasalnya saat ini gadis tomboi itu tengah tertidur diatas meja dengan nyamannya.

Putri terus-terusan menyenggol lengan gadis itu, apa hawa panas ini tak kunjung membangunkannya." mel, mel. Bangun!," bisik putri pelan.

Melodi menggeliat dari tidurnya, meregangkan kedua ototnya. "Ck!. Apa sih put, ganggu aja"

Bu aminah yang melihat aksi itu hanya memijat pelipisnya pusing. Melodi selalu begini, entah kapan gadis tomboi itu akan berubah. "Melodi prima!. Kapan kamu akan berubah?, kalau seperti ini terus kelakuan kamu, kamu bisa--"

"Tinggal kelas" potong melodi cepat, membuat putri menepuk jidatnya pasrah.

Bu aminah hanya menggeleng pasrah, lalu menatap melodi lagi. "Kamu pergi keruangan wali kelas kamu. Katanya kamu dipanggil kesana"

Melodi hanya menganggukkan kepalanya, perlahan gadis tomboi itu bangkit dari posisinya dan berjalan meninggalkan ruangan kelas itu tanpa sepatah kata pun.

                            🌿🌿🌿
Melodi mengerutkan dahinya bingung saat seorang cowok cupu baru keluar dari ruangan itu. Orang itu angkasa, entah ada maksud apa hingga cowok cupu itu mendatangi bu atika, walasnya. Angkasa melewati melodi tanpa melihat atau menyapa dirinya, melodi hanya mengangkat bahunya acuh lalu memasuki ruangan itu.

Bu atika menghentikan aktivitasnya saat melihat orang yang ia tunggu telah datang. Setelah disuruh duduk, melodi mengambil posisi didepan guru itu. Disana, raut wajah bu atika sangat serius. Setahu melodi, akhir-akhir ini ia jarang sekali membuat ulah. Namun, mengapa raut wajah bu atika seperti itu.

Bu atika menghela nafasnya kasar, menatap melodi yang berada persis ddidepannya itu dengan serius. "Apa kamu liat barusan angkasa keluar dari sini?" melodi hanya menganggukkan kepalanya, atas respon yang diberikannya atas pertanyaan bu atika barusan.

"Kamu tau apa yang dilakukan angkasa disini?" tanya bu atika lagi, dan melodi hanya menggelengkan kepalanya.

                            🌿🌿🌿
Seorang gadis tomboi berlarian disekitar koridor sekolah. Melodi tengah berlari-larian untuk menemukan angkasa. Gadis tomboi itu harus mendapatkan penjelasan atas apa yang dikatakan bu atika barusan. Memikirkan perkataan bu atika beberapa menit yang lalu itu sangat menguras pemikirannya.

"Angkasa datang kemari untuk mengatakan bahwa ia tidak mau lagi mengajari kamu. Ibu sudah berusaha membujuk angkasa untuk menarik perkataannya barusan, namun angkasa tetap kukuh pada pendiriannya. Ibu sudah menanyai alasan dia tak mau lagi mengajari kamu. Tapi, dia tetap diam. Jadi, ibu harap kamu bisa menyelesaikan masalah kamu dengan angkasa. Ibu yakin, ada sesuatu yang terjadi diantara kalian. Semenjak kamu belajar bersama angkasa, nilai kamu ada perubahan dan sepertinya angkasa memang bisa mengajari kamu. Kamu harus selesaikan masalah kamu, demi masa depan kamu."

Melodi menghela nafas lega saat melihat angkasa tengah berdiri ditepi penyangga rooftop sekolah. Perlahan gadis tomboi itu berjalan mendekati cowok cupu itu, yang tengah sibuk membaca buku tebalnyal.

"Aku tau, kamu pasti bakalan nyari aku." melodi menghentikan langkah kelimanya, saat angkasa berkata seperti itu.

"Sa, lo kenapa nggak mau ngajarin gue lagi?. Salah gue apa sama lo?" perlahan melodi berjalan mendekati cowok cupu itu.

Angkasa menutup buku tebalnya, lalu beralih menatap arah sampingnya, dimana melodi tengah menatap kearahnya. "Kamu udah nyakitin tasya mel. Aku sabar kalau kamu jelek-jelekin dia, tapi kalau sudah bermain kasar seperti itu aku nggak bisa sabar lagi mel."

Melodi tertawa miris, ternyata angkasa sangat mempercayai kejadian waktu itu dilakukan olehnya. "Bukan gue sa. Seribu kali pun kalau gue jelesin sama elo, lo pun tetap gak bakalan percaya. Karena emang pada dasarnya lo gak pernah percaya sa sama gue!."

Angkasa menyeringai pelan, membuat melodi menyatukan alisnya bingung. "Maaf mel aku harus ngomong ini. Aku nggak akan percaya sama kamu. Tasya itu orangnya baik, dia nggak bakalan main kasar sama orang lain. Kamu yang emang terkenal dengan sifat buruk kamu itu, dengan mudahnya buat aku percaya kalau kamu yang salah dalam hal ini."

Tanpa sadar sebuah  bulir bening jatuh begitu saja membasahi pipi mulus melodi. Gadis tomboi itu sudah terbiasa mendengarkan hal-hal buruk tentang dirinya dari orang lain, bahkan lebih parah dari apa yang dikatakan angkasa. Tapi, mengapa rasanya begitu sakit saat angkasa sendiri yang mengatakannya. Melodi tak menampik kenyataan kalau dirinya memang tak sebaik itu, tapi melodi kira angkasa akan menatapnya dengan pandangan berbeda. Namun lagi-lagi melodi hanya berharap lebih, angkasa sama seperti orang lain, yang menganggappnya seburuk itu.

Melodi mengusap air matanya kasar, ia merutuki dirinya sendiri, mengapa ia bisa secengeng ini. "Lo yakin sa dengan apa yang lo omongin barusan?" melodi menatap angkasa dengan raut wajah mirisnya.

Angkasa membuang wajahnya kearah lain. Ia sungguh tak mau melihat raut wajah melodi yang seperti ini. Entah mengapa ia sedikit sakit saat melihat hal itu. "Sangat yakin"

Setelah mengatakan hal itu, angkasa pergi meninggalkan tempat itu tanpa menatap melodi sedikit pun. Gadis tomboi itu hanya mematung ditempatnya, air mata itu terus mengalir dipipi mulusnya. Melodi benci pada dirinya sekarang. Mengapa ia bisa secengeng ini.

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz