Cupu 06

5.4K 331 0
                                    

Mencintai itu apa adanya
Bukan
Ada apanya!

Melodi menghela nafas kasar, gagang pintu rumahnya itu masih digenggamnya. Sebuah mobil berwarna putih telah terparkir nyaman dihalaman rumahnya. Gadis itu tau, bahkan sangat tau siapa pemilik mobil putih itu. Perlahan pintu besar itu didorongnya, bersamaan dengan helaan nafas kasar yang berasal dari bibir mungil gadis tomboi itu.

Gadis itu berjalan mengendap-endap menuju lantai dua, dimana kamar gadis tomboi itu terletak disana. Melodi berharap keberuntungan akan berpihak padanya, hanya untuk sekarang, sungguh melodi sangat membutuhkannya.

"Dari mana aja kamu?."

Shit!. Melodi mengumpat dalam hatinya. Perlahan gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah seorang pria paruh baya yang menatapnya nyalang. Gadis tomboi itu memutar bola matanya malas saat sosok pria paruh baya itu bejalan kearahnya.

"Dari mana kamu?"Pria itu menatap melodi nyalang, mengapa anak gadisnya ini bisa pulang selarut ini.

Sosok pria paruh baya tadi merupakan om ben. Papa dari gadis tomboi itu. Sebenarnya hubungan antara keduanya baik-baik saja. Namun, belakangan ini atau lebih tepatnya semenjak mama dan kakaknya meninggal, sikap papanya itu berubah, suka membentak, bahkan suka bermain tangan. Hal-hal sedemikian dilakukan papanya itu setiap melodi membahas mengenai mama dan kakaknya. Bahkan saat diajak kemakam mama dan kakaknya pun, pria paruh baya itu suka beralasan, dan jika melodi memaksa papanya itu tak segan-segan bermain tangan.

Gadis tomboi itu berdecak kesal, lalu mengunyah permen karetnya dengan santai. "Apa peduli papa sama saya?, urusin aja semua pekerjaan papa. Saya bisa atur hidup saya sendiri."

"Ngomong apa kamu!. Yang sopan sama orang tua, kemana aja kamu?, ke tempat hiburan malam?!."pria itu berdecih, membuat melodi tersenyum miris.

"Mama pasti marah kalau papa bilang kayak gitu sama saya." melodi tersenyum getir membuat pria paruh baya itu menggeram ditempatnya.

"Mama orang baik, selalu bisa jaga omongannya. Dia gak pernah ngomong kasar sama anaknya sendiri. Andai mama masih hi--"

Plakk

Tamparan itu membuat melodi tersenyum getir. Selalu seperti ini, saat ini mulai membahas mamanya, papanya itu selalu naik pitam. Seperkian detik atas perlakuannya itu om ben gelagapan sendiri. Pria paruh baya itu memandangi tangan kanan yang telah menampar anak gadisnya itu. Perlahan tangannya terulur mendekap wajah melodi, gadis tomboi itu berjalan mundur, seakan tak mau disentuh oleh sosok itu.

"Mel--melodi, ma-maafin pa--"

Gadis itu berlari kencang menuju kamarnya, tak ingin mendengar kelanjutan pembicaraan dari papanya itu. Perlakuan ini selalu didapatkannya, ia lelah, sungguh. Gadis itu berhenti ditangga paling atas, menggenggam penyangga tangga itu kuat mencoba menyalurkan semua kekesalannya.

"Tadi papa nanya kan saya dari mana?, iya saya dari tempat hiburan malam. Biasa, melayani para pria hidung belang."

"MELODI!."

                            🌿🌿🌿
Seorang gadis dengan penampilan berantakan melewati sebuah koridor sekolah yang masih terbilang sunyi, beberapa buah gelang karet berwarna hitam melekat dipergelangan tangan kirinya, anting magnet hitam melekat dibagian kanan dan kiri telinga gadis itu, rambutnya diikat asal membuat beberapa helai rambut masih bergelantung bebas disekitaran wajah natural tanpa make up gadis tomboi itu.

Melodi berangkat lebih pagi hari ini, bukan karna takut telat. Justru, gadis itu ingin menghindari papanya sendiri. Ia terlalu lelah mendengar kata maaf dan perlakuan buruk yang terus berulang-ulang terjadi padanya.

Melodi berdecak kesal, sepagi ini ia malah disuguhkan dengan pemandangan seperti itu. Gadis tomboi itu berlari kencang, menendang ketua dari kelompok itu hingga tersungkur ketanah. Melodi memapah cowok cupu itu untuk berdiri, mengutip kacamatanya yang tergeletak ditanah, dan membantu mengumpulkan beberapa buku-buku yang dibawa cowok itu.

Pelaku pembullian itu tak lain adalah mario dan teman-temannya. Dan lagi-lagi korban pembullian itu ialah Angkasa Pratama. Cowok cupu itu hanya menunduk, sementara mario tersenyum meremehkan saat menatap melodi.

Melodi membuang permen karetnya kewajah mario, membuat empunya refleks menutup matanya. "Upst maaf, gue kira tong sampah."

Tangan kekar cowok itu menarik ikatan rambut panjang melodi, membuat gadis tomboi itu menahan erangan yang keluar dari bibir mungilnya. "Dasar bitch, berhenti rusak pesta gue!."

Melodi menepis kasar tangan mario, membuat mario lagi-lagi menatap nyalang mantannya itu. "Eh ki, mending lo bawa deh teman lo ini dari sini, kalau nggak gue bilang sama nyokap lo kalau lo kemarin pergi keclub, bukan kerja kelompok!."

Cowok yang merasa disebut itu menelan salivanya susah payah. Perlahan ia membujuk mario dibantu oleh gilang, merasa simpati atas apa yang dirasakan oleh riski. Menyampingkan egonya, mario dan kedua temannya itu pergi meninggalkan tempat itu. Tentunya kepergian itu diiringi dengan sumpah serapah yang tak henti-hentinya dilontarkan oleh cowok badboy itu.

Melodi beralih menatap cowok yang masih setia menunduk itu, gadis tomboi itu berdecak pelan." Ngapain lo nunduk kayak gitu?, nyari rumah semut?" spontan saja angkasa mendongakkan kepalanya menampilkan senyuman manisnya, membuat melodi memutar bola matanya jengah.

"Sampai kapan lo mau dibulli terus?, sampai sapi bisa bertelur?." cowok cupu itu menggeleng lemah membuat melodi menghela nafasnya kasar.

Gadis tomboi itu terkekeh pelan, lalu menepuk bahu cowok itu pelan." gak usah terlalu difikirin, kita ini simbiosis mutualisme tau."

Angkasa menyatukan alisnya bingung, membuat melodi lagi-lagi terkekeh pelan. "Gue bantu lo biar gak terus-terusan dibulli mario. Dan lo, bantu gue biar bisa matematika. Oke" Angkasa tertawa pelan, refleks saja gadis tomboi itu juga ikut tertawa.

"Berarti kita harus terus sama-sama dong?."

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Where stories live. Discover now