Cupu 47

2.2K 138 2
                                    

Tak perlu sekuat apapun
untuk menahan
Karena, sesuatu yang ditakdirkan
untuk pergi
Maka akan tetap pergi.

Pemandangan seperti ini sudah menjadi tontonan umum bagi semua orang. Mereka tak malu untuk memberi komentar secara terang-terangan seakan hal ini memang sudah rutin dilakukan.

Seminggu terakhir ini, angkasa terus-terusan membujuk melodi agar mereka dapat kembali bersama. Cowok itu benar-benar kacau, wajah tampannya perlahan terlihat pucat.

Dimana saat ini, angkasa tengah menahan mati-matian melodi. Mereka seketika menjadi pusat perhatian dikarenakan berada ditengah-tengah lapangan.

Melodi yang jengah akan tatapan semua orang jadi kesal sendiri. Menyebalkan melihat semua orang hanya bisa berkomentar tanpa tau apa yang sebenarnya.

"Lepasin gue nggak." melodi terus memberontak.

Angkasa menggeleng  lemah, cowok itu menatap melodi dengan tatapan sayu. "Mel, please."

"Ck. Gue udah bilang. Gue nggak mau dan nggak akan mau lagi kembali sama lo sa. Dendam gue lebih penting dari cinta lo." teriak melodi histeris.

Angkasa mematung, ucapan pedas dari melodi membuat nyeri dibagian dadanya. Cowok itu menatap melodi dengan intens, lalu melemparkan sebuah senyuman manis kepada gadis itu.

"Lo salah mel. Cinta kita lebih besar dari dendam lo." lirih angkasa mendaratkan kedua tangannya diatas bahu melodi.

Melodi menepis tangan angkasa, gadis itu menatap nyalang kearah cowok itu. "Lo nggak usah sok tau. Lo kira lo itu cenayang apa?!."

"Iya, gue cenayang."

Melodi tersentak, pernyataan dari angkasa membuatnya mati kutu. Jika cowok itu benar-benar seorang cenayang. Apakah angkasa tau apa yang ia rasakan?.

"Cuman khusus buat hati lo." lanjut angkasa.

Melodi membuang wajahnya, gadis itu berusaha menutupi semburat merah yang nampak dari pipi mulusnya. Sial!, mengapa angkasa bisa-bisanya menggodanya dikeadaan seperti ini.

"Ga lucu."sinis melodi.

"Gue ga lagi bercanda mel. Bagi gue, perasaan lo ga bisa gue bercandain." angkasa melemparkan senyuman manisnya pada melodi.

"Gue serius!." kali ini melodi berteriak dengan intonasi lebih tinggi.

"Lo nggak tau rasanya jadi gue. Saat lo benar-benar merasa sendiri didunia ini. Saat lo dapet perlakuan kasar dari bokap lo sendiri." tanpa sadar melodi menangis.

"Gu-"

"Lo nggak bisa rasain sa. Lo itu cuma peduli." lanjut melodi.

                                    🌿🌿🌿
Melodi membuka pintu utama rumahnya secara perlahan. Gadis itu bersandar disana, menghembuskan nafasnya berulang kali.

Damn!

Melodi membelalakkan matanya, gadis itu menatap nyalang kearah dua manusia yang hampir berciuman. Dengan amarah yang memuncah melodi berlari kesana, mendorong kedua manusia itu.

"Kalian gila?!." melodi membentak, gadis itu menatap nyalang kearah sang papa.

Melodi mengalihkan pandangannya, gadis itu menatap jijik kearah wanita muda yang tengah memasang raut kagetnya. "Anda sudah gila?."

"Sa-"

"Anda itu masih muda, mengapa anda mau menggoda lelaki tua seperti papa saya ini?. Apa anda mau memeras semua harta papa saya?. Jika ia tolong katakan, saya akan bayar anda berapapun itu. Ta-"

Plakk

Satu tamparan mendarat dipipi melodi. Gadis itu membelalakkan matanya atas apa yang wanita itu lakukan. Bukankah seharusnya ia yang melakukan hal ini pada wanita itu?.

"Jaga omongan kamu. Dengar ya, kalau tidak ada saya papa mu bisa saja sudah mengakhiri hidupnya sendiri." tante lusi berteriak histeris.

"Maksud anda apa?!." melodi bertanya dengan nada menantang.

Tante lusi menarik nafasnya kasar, lalu memanggil asisten rumah tangga keluarga itu untuk membawa om ben menuju kamarnya. Kemudian, tante lusi menarik melodi untuk duduk disampingnya disofa merah ruang tamu itu.

"Kamu dengarin tante baik-baik. Jangan motong ucapan tante dulu. Oke." titah tante lusi.

Melodi mengerutkan dahinya bingung, lalu menganggukkan kepalanya ragu. "Oke. "

"Sebenarnya, mama dan kakak kamu meninggal bukan karena kakak kamu yang mencelakai dirinya sendiri. Tapi, ada yang merusak mesin mobil yang mereka tumpangi."

"Ja-"

"Jangan motong!." geram tante lusi.

"Dulu, papa kamu sempat mengkhianati mama kamu. Tapi, waktu itu papa kamu sadar akan perbuatannya dan mengakhiri hubungan gelapnya itu. Namun, suatu waktu mama kamu mengetahui perihal itu. Karena merasa marah mama kamu ingin menghampiri wanita  selingkuhan papa kamu itu."

"Tapi, ditengah jalan rem mobil mereka rusak. Dan terjadilah tabrakan itu. Dan kamu tau siapa yang melakukan itu?." tante lusi menghapus lembut air mata melodi yang perlahan menetes.

Melodi menggelengkan kepalanya lemah. "En-engga tante."

Tante lusi mengusap lembut rambut panjang melodi. Wanita muda itu sangat kasihan terhadap nasib yang didapat oleh melodi. Gadis malang itu mendapat akibat dari kesalahan orang tuanya sendiri.

"Selingkuhan papa kamu itu mel. Dia nggak rela kalau papa kamu ninggalin dia." ujar tante lusi.

"Jangan salah paham sama tante mel. Tante cuma psikolog yang nolongin papa kamu, papa kamu itu depresi semenjak meninggalnya mama dan kakak kamu. Papa kamu merasa sangat bersalah akan semuanya. Dan dia kasar sama kamu, bukan karena dia benci kamu. Dia cuma nggak kuat saat lihat kamu mel, kamu sangat mirip sama mama kamu. Kamu ngerti kan maksud tante."

"Dan tenang aja, selingkuhan papa kamu itu sudah mendapat hukuman atas perbuatannya. Hanya satu yang tante minta, jangan salahin papa kamu. Beliau juga terpukul atas kejadian ini." lanjut tante lusi.

Melodi hanya diam mematung, gadis itu tak tau harus bereaksi bagaimana. Semua kenyataan ini membuat perasaannya bergejolak tak tentu arah. Tatapannya kosong, semua ingatan atas apa yang pernah ia lakukan terlintas dipemikirannya begitu saja.

"Apa yang udah gue lakuin."

***
Mohon
Vote
Dan
Dukungannya.

Follow juga my wattpad.
Biar semangat upnya
Hehehe😂

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang