Cupu 24

3.4K 195 0
                                    

Janji bagiku sebagai
Cerminan diri
Jika kutepati ku harap
Kau hargai

Suasana riuh terus terdengar diarea kantin ini sedari tadi. Suara gelak tawa, teriakan, hingga bisik-bisik pelan semua murid bersatu padu membentuk sebuah keributan. Hal itu memang sebuah hal yang biasa bagi melodi, yang penting tak ada seorang pun yang berani mengganggunya yang sedang mengisi perut.

"Lo sama angkasa udah pacaran?." sontak saja melodi tersedak  makanannya, meminum minumannya dengan kalap.

"Ck. Ngapain sih nanya begituan?." decak melodi kesal.

Putri segera memasang wajah konyolnya, membuat melodi mendelik kesal. Sudah diluar dugaan, pasti putri akan segera melayangkannya dengan beberapa pertanyaan konyol. Memiliki sahabat yang memiliki tingkat keingintahuan tinggi seperti putri ini, memang membutuhkan kesabaran yang eksra.

"Ceritanya lo digantung nih?." kekeh putri, menyudahi kalimatnya sendiri dengan gelak tawanya yang meledak seketika.

Gadis tomboi itu mendesis kesal, rasanya melodi ingin sekali menyumpal mulut putri dengan segumpal kain. "Au ah. Terserah lo mau nyimpulinnya kayak gimana. Sebahagia lo put. "

Putri memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya, lalu kembali menatap melodi yang tengah melahap makanannya dengan intens. "Lo harus tanya mel sama dia, hubungan kalian ini dianggap apa. Nggak enak tau digantungin kayak gitu. "

Melodi hanya diam, menyantap makanannya dengan santai. Apa yang dikatakan putri memang benar, namun logikanya membuat melodi menghentikan keinginannya itu. Gadis tomboi itu berdecak kesal, saat putri menyenggol-nyenggol lengannya. Terang saja seketika melodi menjadi kesal, sahabatnya itu telah mengganggunya makan.

"Liat noh mel. "

Melodi menatap sekilas apa yang ditatap putri. Gadis tomboi itu berdecak kesal, lalu kembali melahap makanannya. Persetan dengan apa yang ia lihat, rasanya melodi lelah untuk bersikap terlalu peduli.

Brakk

Melodi mendoangkkan kepalanya kesal, menatap nyalang angkasa yang tengah memasang senyuman manis kepadanya. Setelah menggebrak meja dengan tidak berperasaan, cowok itu malah menampilkan sebuah senyuman tanpa rasa bersalahnya. Gadis tomboi itu kembali menyantap makanannya, mengabaikan angkasa yang masih menatap setiap pergerakannya.

Sebatang coklat membuat melodi menghentikan aksi makannnya. Mata gadis tomboi itu seketika berbinar, menatap sebuah coklat yang menghalangi pandangannya. Dengan sigap, tangan panjang melodi mengambil coklat itu, membuat angkasa terkekeh pelan.

"Udah gue tepatin ya mel. Coklat ini lebih enak, soalnya gue beli pake cinta. " tutur angkasa, membuat melodi mendesis kesal.

"Pake duit kali." sanggah melodi, sedangkan angkasa hanya terkekeh pelan.

Putri menadahkan tangannya didepan angkasa, membuat cowok itu mengerutkan dahinya bingung. "Buat guenya mana?."

"Siapa lo, siapa gue." kekeh angkasa, membuat putri mengerucutkan bibirnya kesal.

Putri terkikik pelan saat membayangkan sebuah hal, gadis itu menatap melodi lekat. "Mel. Angkasa kayaknya sweet banget ya. Gak menampik kemungkinan gue bisa nikung lo dong mel. "

Mengerti akan maksud putri membuat melodi menahan tawanya. Sahabatnya itu memang selalu memiliki ide-ide yang luar biasa. "Tikung aja put. Toh gue sama angkasa gak ada hubungan apa-apa. "

Kedua gadis itu bersamaan melirik angkasa, cowok itu hanya memasang wajah biasanya. Tentu saja hal itu membuat melodi berdecak kesal, apa sindiran itu tak menohok bagi angkasa. Sedangkan putri mati-matian menahan tawanya, sepertinya angkasa memang cowok yang tidak peka. Melodi kembali memakan makanannya, sesekali memukul sendok dengan keras sebagai cara untuk melampiaskan kekesalannya.

                             🌿🌿🌿
Melodi mengerutkan dahinya bingung saat melihat seorang wanita muda menuruni sebuah tangga. Berbagai kemungkinan memuncah dipemikirannya saat melihat wanita itu, atas urusan apa sosok itu memasuki kamar papanya. Wanita itu berhenti dihadapannya, memberikan sebuah senyuman lebar. Melodi hanya memasang wajah datarnya, tak berniat membalas senyuman wanita muda itu.

"Kamu melodi ya, anaknya pak ben. Kenalkan nama sa--"

"Lusi"

Teriakan itu membuat kedua manusia itu menolehkan kepalanya kepada sesosok pria baruh baya. Papanya itu berlari kencang, menghampiri sesosok wanita yang bernama lusi itu. Lagi-lagi sebuah pemikiran negatif melekat pada pemikiran melodi, rambut papanya itu acak-acakan, seperti seseorang yang telah, lupakan saja.

"Mari saya antar. " tawar om ben, diangguki kepala oleh wanita muda itu.

Melodi masih diam mematung ditempatnya, memikirkan berbagai macam dugaan tentang wanita itu. "Pa, dia siapa?."

Om ben menghentikan langkahnya, menatap putri semata wayangnya itu dengan wajah datarnya. "Kamu nggak perlu tau. Itu urusan saya, urus saja urusanmu sendiri. "

Melodi terhenyak, tersenyum getir atas ucapan papanya barusan. Nyatanya untuk sekarang papanya itu sudah merubah gaya bahasanya, papanya itu berbicara formal, seakan menganggap melodi sebagai sosok asing.

"Anda sudah menemukan pengganti mama saya?." gadis tomboi itu menatap remeh om ben.

Pria paruh baya itu membuang wajahnya kearah lain. Tak mau menatap wajah putrinya itu. "Terserah kamu mau berfikir apa. Selesaikan saja sekolahmu dengan benar, jangan fikirkan hal lain. Urus saja urusanmu. "

"Tapi, mama s--"

Plakk

Melodi menahan ringisan pelan yang akan keluar dari bibir mungilnya. Seperti biasanya, papanya itu akan bermain tangan jika ia mulai membahas mengenai mamanya. Melodi benar-benar lelah, selalu diperlakukan seperti ini.

"Urus urusanmu. Jangan ikut campur dalam urusan saya!."

Pria paruh baya itu berlalu pergi, meninggalkan melodi yang mematung ditempatnya. Satu persatu bulir bening itu meluncur bebas, melodi menangis menahan isakannya. Kedua kaki itu mendadak lemas, membuatnya merosot kelantai begitu saja. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menahan ringisan itu agar tidak terdengar disepenjuru ruangan itu. Padahal, hari ini merupakan hari ulang tahun mamanya. Sepertinya papanya sudah memberi mamanya sebuah hadiah. Ya, memberitahu mamanya bahwa ia telah memiliki seorang pengganti.

Padahal melodi sangat memiliki banyak harapan untuk hari ini. Ia ingin pergi bersama papanya, membeli sebucket bunga mawar putih untuk mamanya. Pergi kekuburan bersama papanya, meniup lilin disana lalu mendoakan mamanya. Nyatanya, hal itu hanya bisa disimpan melodi seorang diri. Cukup hal itu hanya untuk dijadikan sebagai harapan, bukan sebagai kenyataan. Melodi merindukan pelukan hangat mamanya, hanya sesaat agar melodi kembali semangat menjalani hidupnya.

"Happy birthdays ma. Maaf, melodi nakal hari ini. Maaf, melodi nangis dihari ulang tahun mama. "

Melodi mendoangkkan kepalanya, mengucapkan kalimat itu pada sebuah foto besar diruang tamu itu. Gambar yang menampilkan senyuman lebar orang-orang yang ia sayangi. Kenangan indah dimasa lalu, dihancurkan oleh satu orang yang melodi benci hingga kini. Sosok yang telah menghancurkan perasaan kakaknya, hingga berimbas atas kehilangan kedua sosok penting dalam hidupnya.

Difollow dong akunnya saya
Votenya jangan lupa ya
Pease:')

Biar semangat ngetiknya:')

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Where stories live. Discover now