Cupu 16

4K 245 0
                                    

Rindu lo cupu.

Melodi memandangi pak aman, selaku guru fisikanya dengan tatapan kosong. Harinya terasa sangat berat belakangan ini. Warna-warni kehidupannya perlahan berubah kembali gelap. Ingin rasanya melakukan sebuah hal agar hal ini segera teratasi. Ingin rasanya menyuruh bibir untuk tetap tersenyum. Ingin rasanya melupakan semua perasaan aneh ini. Namun semua itu tak mampu dilakukannya.

Sudah seminggu angkasa menghilang dikehidupan melodi. Cowok cupu itu menghilang tanpa jejak bagai ditelan bumi. Melodi bisa saja menemui cowok cupu itu kerumahnya, namun melodi tak pernah tau alamat rumah cowok cupu itu, karena angkasa tak pernah membawanya kerumahnya. Gadis tomboi itu bisa saja menanyakan alamat rumah angkasa kepada para guru, namun melodi malas jika ditanya dengan berbagai pertanyaan nantinya. Ingin bertanya kepada teman-teman cowok cupu itu pun rasanya tidak bisa. Angkasa sedikit tertutup dengan pergaulannya, dan cowok cupu itu tak pernah membagi informasi dimana rumahnya berada.

Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu. Putri menggelengkan kepalanya heran saat melodi terus-terusan bermenung seperti ini. "Lo kekanting gak mel?."

Melodi menggeleng lemah, tetap menatap kearah depan dengan pandangan kosongnya. "Nggak put"

"Kalau nitip?" tanya putri lagi, sungguh gadis itu juga khawatir akan keadaan melodi sekarang ini.

"Jus alpukat" ujar melodi, membuat putri terkekeh pelan.

Setelah kepergian putri. Melodi hanya seorang diri didalam kelasnya itu. Tentunya kondisi itu semakin leluasa membuatnya untuk tetap bermenung. Semangat hidupnya sedikit berkurang karena menghilanganya angkasa.

Cinta. Ya!. Melodi baru menyadari jika ia mencintai cowok cupu itu. Ternyata selama ini tanpa sadar ia telah terjatuh kedalam pesona angkasa. Gadis tomboi itu merutuki dirinya sendiri, mengapa ia terlambat menyadari perasaannya. Dan sakitnya lagi, perasaan itu baru disadarinya disaat angkasa menghilang seperti ini.

Melodi mengerutkan dahinya bingung, saat melihat sebuah tangan kekar meletakkan sebuah jus alpukat dihadapannya. Gadis tomboi itu mendongakkan kepalanya agar bisa menjawab semua kebingungannya. Melodi menghela nafas kasar saat mengetahui orang itu mario, mantannya.

Melodi memperbaiki posisinya, menatap mario dengan pandangan tidak suka. "Ngapain lo kesini?"

Mario terkekeh pelan, lalu mengambil posisi duduk dihadapan mantannya itu. "Mau nganterin jus alpukat pesenan lo." mario menggeser minuman hijau itu kehadapan melodi.

Tangan panjang melodi terulur menerima minuman itu. "Kenapa elo yang nganterin?, sekarang lo tukar posisi jadi penjual jus alpukat dikantin disekolah ini?" perlahan melodi meneguk minuman hijau itu.

Mario terkekeh pelan. Sikap melodi seperti inilah yang kadang ia rindukan. "Setelah putus dari gue, ternyata lo masih suka jus
alpukat ya."

Melodi memutar bola matanya jengah, menatap cowok tampan didepannya itu dengan tidak bersemangat. "Apa hubungannya coba?, emangnya hal-hal yang gue suka bakalan berubah gitu setelah gue putus dari elo?. Gak banget deh"

Lagi-lagi mario hanya terkekeh pelan. Setidaknya melodi tak bersedih lagi saat ini. Tentu saja hal itu dapat merubah sedikit suasana hati melodi. Ya walaupun sedikit.

🌿🌿🌿
Melodi membanting tubuhnya kasar diatas kasur empuknya. Hari ini terasa lebih berat baginya. Ralat,semenjak angkasa menghilang entah kemana. Pemikirin gadis tomboi itu melayang-layang entah kemana. Tentunya selalu berbalik kesatu titik 'dimana angkasa?."

Melodi selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian angkasa. Ia merasa angkasa pergi meninggalkannya karena ia sempat menolak cinta cowok cupu itu. Mengingat hal itu membuat melodi membenci dirinya sendiri. Kenapa perasaan ini disadarinya sangat terlambat?!. Jika waktu bisa diulang, andai. Melodi menatap nanar langit-langit kamarnya dengan nanar. Kenang-kenangan bersama angkasa selalu melayang-layang diingatannya.
Sungguh, melodi sangat merindukan angkasa pratama. Seorang cowok cupu yang berhasil merebut hatinya.

Suara ketukan pintu membuat melodi beranjak dari kasurnya. Gadis itu berjalan gontai menghampiri pintu yang terus diketuk itu. Perlahan melodi membuka pintu kamarnya, disana bik neni, asisten rumah tangganya tengah berdiri didepan kamarnya, memasang senyum hangatnya. Melodi melirik apa yang dibawa oleh asisten rumah tangganya itu, satu tangkai bunga mawar merah seperti biasanya.

Tangan panjang melodi terulur menerima bunga mawar merah itu. Bik neni perlahan pergi, meninggalkan melodi yang masih menatap bunga mawar merah itu dengan tanda tanya besar. Tersentak dari lamunannya, melodi segera menutup pintu kamarnya kembali, berjalan gontai menuju kasurnya. Sebelum merebahkan tubuhnya, melodi meletakkan bunga tadi divas yang dimana vas itu telah diisi oleh tujuh bunga yang sama.

Melodi menyampingkan tubuhnya. Otomatis gadis tomboi itu bisa melihat delapan bunga mawar merah diarah seberangnya. Melodi masih menatap bunga mawar itu, berharap angkasa yang melakukannya. Namun, seperkian detik atas harapannya barusan melodi terkekeh pelan. Tidak mungkin angkasa bisa bersifat romantis seperti itu. Bahkan cowok cupu itu selalu takut jika bertatapan mata dalam waktu yang lama dengannya.

Melodi menghela nafasnya, memikirkan angkasa memang tidak ada habisnya. Siapa orang iseng yang melakukan hal-hal seperti itu. Rasanya melodi ingin sekali menemui orang yang mengiriminya bunga mawar ini. Lalu mengintrogasi orang itu. Perlahan mata bulat melodi terasa berat, gadis itu terlelap dalam tidurnya.

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Where stories live. Discover now