Cupu 27

3.1K 220 0
                                    

Sebuah kenangan masa lalu
Bisa saja teringat kembali

Sedari tadi melodi tak henti-hentinya berdecak kesal saat semua pakaian yang ia miliki berserakan dimana-mana. Gadis tomboi itu mengusap rambutnya gusar, pasrah terhadap apa yang terjadi. Ia hanya berdiri dengan tangan yang bersedekap pada dadanya, mendelik tajam atas apa yang dilihatnya.

"Ini, yaahh. Jelek banget!." putri melempar sebuah kemeja bergaya kotak-kotak, mendarat tepat dikaki melodi.

Melodi memungut kemeja itu dengan kasar, menatap putri tajam yang semakin gencar merecoki lemari pakaiannya. "Gak usah lebay deh put. Yang mau pergi kan gue, ngapa elo yang heboh!."

Tepatnya beberapa jam yang lalu, saat melodi mengabari putri melalui telefon bahwa ia dan angkasa telah resmi berpacaran. Sungguh, saat itu juga melodi langsung berniat akan kerumah sakit untuk memeriksa telinganya. Sahabatnya itu memekik histeris, hingga membuat melodi menjauhkan telfon genggamnya dari telinganya.

Tak setengah-setengah, melodi juga mengabari putri bahwa ia diajak jalan oleh angkasa. Seketika putri menutup telfonnya, awalnya melodi tak terlalu memikirkan itu. Namun, saat ini putri berada disini, tepatnya didalam kamarnya. Hampir satu jam gadis penyuka bando itu mengobrak-abrik isi lemari pakaiaannya.

"Ini ngedate pertama lo mel. Orang pertama yang ngajak lo ngedate. Lo harus tampil maksimal dong." tutur putri, sambil terus meneliti setiap isi lemari sahabatnya itu.

"Jalan, bukan ngedate!." sanggah melodi kesal.

"Serah." balas putri jengah.

Seperti yang dikatakan putri, ini pertama kalinya ia diajak jalan oleh seseorang. Saat masih berpacaran dengan mario dulu, laki-laki itu tak pernah mengajak ia jalan-jalan kemanapun. Dulu, melodi tak ambil pusing baginya semua itu tak terlalu berarti.

Hingga ia tau alasannya. Sungguh, alasan itu sangat mampu membuat melodi tersenyum kecut. Mario mengatakan bahwa ia malu mengajak dirinya untuk pergi bersama. Ya, karena penampilannya yang sangat jauh dari kata feminim.

Putri mendudukkan tubuhnya diatas kasur dengan kasar. Hasil kerja kerasnya sedari tadi tak membuahkan hasil. Ia tak menemukan satu helai pakaian pun yang mendekati kriterianya. Putri tak habis fikir, apa melodi tak memiliki sehelai pakaian yang terlihat sedikit feminim?.

Brakk

Putri terkesiap ia yang tengah duduk dibibir kasur itu merasakan ada sesuatu yang bertabrakan dengan kakinya. Sigap saja putri mengintip kebawah kasur melodi, mencari tau apa itu. Gadis itu mengerutkan dahinya bingung saat melihat sebuah kardus besar yang sudah berdebu.

"Nahh, ini baru pas mel."

Melodi tercekat, tanpa sadar setumpuk pakaian yang ia pungut tadi jatuh begitu saja. Sebuah gaun pink selutut mampu menyita perhatian melodi, membawa gadis tomboi itu kesebuah memori dimasa lalunya.

Gadis tomboi itu merampas paksa pakaian yang ditunjukan putri, membuat empunya tersentak kaget. Melodi terus melirik sebuah kardus besar yang ditemukan putri, seketika semua hal yang ingin dilupakan muncul kepermukaan begitu saja.

"Punya lo mel?, wahh gak nyangka gue lo punya baju yang beginian." tutur putri.

Melodi mendudukkan tubuhnya diatas kasur dengan kasar, gadis itu menatap nanar setumpuk barang yang berada didalam kardus itu. Melodi merasakan matanya mulai memanas, entah mengapa ia sangat lemah jika sudah mengingat masa lalunya itu.

Bingung akan sikap melodi membuat gadis itu tergerak mendudukkan tubuhnya disamping melodi. Putri menggigit bibir bawahnya gugup, ia tau jika melodi sudah seperti ini pasti gadis tomboi itu tengah mengingat masa lalunya. Jika tau ujungnya seperti ini, putri tak akan terlalu mengkhawatirkan penampilan melodi hingga ia menemukan kardus itu. Lebih baik sahabatnya itu berpakaian seperti biasanya, toh angkasa akan tetap cinta.

"Dulu, gue sama kayak lo put. Pakaian gue gak setomboi ini. Tapi, semenjak kejadian itu gue mau ngerubah penampilan gue. Gue mau ngelindungi semua orang agar tak bernasib sama kayak kak tama." tutur melodi, gadis itu menerawang mengingat keputusannya waktu itu.

Putri menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu, dibalas senyuman tipis dari melodi. "Mel, gue mohon. Kali ini lo nurut ya!."

"Ta-"

"Selama ini lo nggak pernah loh nurutin kata gue. Gue nyuruh gak bolos, kerjain pr, bersikap sopan, semuanya nggak pernah lo turutin. Jadi, mau yahh kali ini aja. Please" lanjut putri.

Melodi mendesis kesal, dengan amat terpaksa gadis tomboi itu menganggukkan kepalanya. Sekarang melodi hanya bisa berdoa pada tuhan agar wajahnya tak semakin menyeramkan.

                            🌿🌿🌿
Pandangan angkasa terkunci pada sesosok gadis yang berjalan kearahnya. Gaun pink yang ia kenakan sangat cocok membentuk tubuhnya yang ramping. Ia terus menatap tanpa sadar sosok itu telah berada dihadapannya.

Gaun pink membentuk tubuhnya dengan pas. Rambut panjang dengan gelombang dibagian bawah rambutnya itu menambah kesan glamor baginya. Polesan make up yang tidak terlalu tebal dan lebih terkesan natural mampu mencuri semua pandangan angkasa. Malam ini, gadisnya itu benar-benar...... Sempurna.

"Maaf mbak. Saya lagi nyari melodi." angkasa menatap kesekelilingnya, seolah-olah tengah mencari seseorang.

Gadis itu mendesis kesal, sangat terlihat jelas jikalau angkasa tengah mengejek dirinya. "Melodi udah mati!."

Pergerakan melodi terhenti, pergelangan tangannya telah dipegang oleh tangan kekar. Melodi mendelik, menghempaskan tangan itu secara kasar. Entah mengapa, sepenggal kalimat yang angkasa katakan tadi sangat membekas. Apa cowok itu tak tau seberapa perjuangan melodi untuk merubah penampilannya malam ini.

"Apa lagi sih!." gadis itu mendesis menatap penuh amarah pada lawan bicaranya.

Angkasa menggaruk tekuknya yang tak gatal, niatnya untuk mengajak bercanda dengan gadis itu malah berakhir buruk. Cowok itu mengarahkan tubuh melodi agar menghadap padanya, melodi masih memasang wajah kesalnya.

"Maaf. Gue cuma mau bercanda kok mel. Lo jangan marah dong!." melas angkasa.

"Gue tau gue gak pantas pake baju beginian. Pakai make up segala, gaya rambut begini!." tangan melodi terhenti diudara saat gadis itu ingin menghapus make up nya.

"Mau pake apapun. Lo tetep cantik mel, gue gak pernah nilai dari fisik lo. Yang gue tau, lo itu selalu cantik bagi gue!." melodi menatap angkasa, mencari kebohongan pada mata cowok itu.

"Maaf, mulut gue nakal." lanjut angkasa.

Melodi tersenyum, memalingkan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Sebuah kalimat sederhana mengandung aura tulus mampu menerbangkan melodi keudara. Seolah-olah tengah berada pada zona kebahagiaan tertinggi.

Angkasa membukakan pintu mobil untuk melodi, memperagakan bentuk tubuh bak seorang pengawal yang membukakan pintu pada tuannya. Andai angkasa tau, jantungnya sudah berdegup sangat cepat saat ini.

"Ayuk pacar!." ajak angkasa.

Melodi terkekeh pelan, memukul ringan lengan cowok itu. Dengan bantuan angkasa gadis itu memasuki sebuah mobil sport berwarna hitam itu.

"Makasih pacar!." ujar melodi.

Angkasa terkekeh pelan, gadis itu sudah berani membalasnya. Dengan sigap angkasa berlarian kecil, memutari mobil itu agar sampai ketempat kemudi mobil itu, lebih tepatnya disamping melodi. Mobil hitam itu perlahan menghilang, membelah keramaian malam saat itu.

Pease:v
Follow sama vote dong
Biar lebih semangat upnya:'(

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang