Cupu 36

2.7K 167 1
                                    

Gue terlalu sibuk ngurus satu hati dan nggak punya waktu buat ngurus hati yang lain.

Melodi menghela nafasnya pelan berulang kali. Wajahnya yang masih natural terus ditatapnya disebuah cermin besar. Gadis tomboi itu menggigit bibir bawahnya gugup. Apa ia harus melakukan ini?.

Gadis tomboi itu menganggukkan kepalanya mantap, mencoba untuk meyakinkan diri sendiri. Kenapa tidak?, ia sudah memiliki sebuah alasan sekarang.

Bik neni refleks menjatuhkan sapu yang dipegangnya. Asisiten rumah tangga melodi tersebut mengerjapkan matanya pelan beberapa kali sangking tidak percayanya.

"N-n-non melodi?. Ko-"

"Kapan lagi bik?." potong melodi.

Bik neni tersenyum senang, kemudian memeluk melodi dengan erat. "Bibik senang liat non melodi kayak gini." bisik bik neni.

Melodi melerai pelukan itu, dan berjalan dengan penuh semangat kearah pria paruh baya yang baru menuruni tangga.

"Pa-pagi pa." sapa melodi.

Sejak semalam, gadis tomboi itu sudah berniat akan mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan papanya. Ia ingin menyingkirkan semua ego dan kesakitannya selama ini. Ia yakin dan sangat yakin, papanya pasti memiliki sebuah alasan melakukan semua itu.

Berbagai kemungkinan terus difikirkannya, bagaimana jika papanya tak merespon baik niat baiknya?. Lupakan hal itu, ia akan mencoba. Jika bukan sekarang, kapan lagi?.

"Ngapain kamu?!." om ben menuri anak tangga terakhirnya, melewati melodi begitu saja.

Melodi menghela nafas lelah, ia tak mau tersulut emosi. Ia tak mau menghancurkan niat baiknya ini.

"Papa udah sarapan?. Yuk sarapan bareng aku." melodi mengenggam lengan om ben, mencoba menarik papanya itu kearah meja makan.

Om ben menepis tangan melodi kasar, membuat empunya tersentak kaget. Pria paruh baya itu menatap kearah lain, membuat melodi merasa diabaikan.

"Pa," sapa melodi lirih.

Om ben berlalu pergi, melangkahkan kakinya meninggalkan rumah besar itu. Melodi menatap lantai dengan lesu, apa kesalahannya hingga papanya bersikap seperti ini?. Melodi menghela nafasnya lelah, berjalan gontai meninggalkan rumahnya.


                            🌿🌿🌿
Bel istirahat telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Bukannya menuju kekantin, seorang cowok tampan malah berjalan bolak-balik ditaman belakang sekolah. Saat ini, raut wajah khawatir jelas terpampang diwajah tampannya.

Hari ini, entah karena alasan apa melodi tak mau dijemput olehnya. Jangan fikirkan bahwa angkasa menyetujui begitu saja. Bahkan, angkasa sudah menolak keras akan itu, namun melodi terus bersikeras membuat angkasa mau tak mau harus mengalah.

"Siang sa."

Angkasa memaku, cowok tampan itu menegang ditempatnya. Seorang gadis dengan rambut digerai bebas serta dengan polesan make up tipis tengah berdiri dihadapannya.

Melodi, seorang gadis tomboi memutuskan untuk merubah penampilannya. Ralat, ingin kembali seperti dulu. Gadis cantik itu menyatukan alisnya bingung saat menatap angkasa.

Ekspresi angkasa tak seperti yang diharapkannya. Ia kira, angkasa akan sangat senang akan penampilannya. Namun, angkasa malah memasang wajah datarnya membuat melodi gelisah ditempatnya.

"Sa, kenapa?. Gue jelek ya?." tanya melodi.

Angkasa memijit pelipisnya, lalu menghela nafasnya kasar. Cowok tampan itu mendekat, mendaratkan kedua tangan kekarnya diatas bahu melodi.

"Lo cantik mel, cantik banget. Bagi gue, mau dan kayak apa pun lo gue akan tetap cinta." ujar angkasa.

Melodi tersenyum tertahan, kata-kata angkasa sangat mampu membuatnya terbang melayang. "Lo pasti bangga dong punya pacar cantik kayak gue."

Angkasa tersenyum tipis, lalu menatap kedua manik mata cokelat melodi dengan dalam. "Gue cinta sama orang bukan dilihat dari segi paras mel. Kalau gue berfikiran seperti itu, maka gue akan menjadi seorang yang tidak puas."

"Tidak puas?, maksudnya apa sih sa?, mentang-mentang lo pinter ngomongnya aja pake teka-teki segala." melodi mengerucutkan bibirnya sebal.

Angkasa terkekeh pelan, mencubit hidung mancung melodi gemas membuat empunya mendengus sebal."Maksudnya itu gini mel. Kalau gue cinta sama orang karena dia cantik maka gue nggak akan puas. Gue yakin bahkan sangat, misalnya saat gue udah punya pacar cantik pasti bakalan ketemu sama yang lebih cantik. Pasti gue akan milih salah satu dari mereka. Kalau terus-terusan seperti itu maka gue nggak akan puas mel."

"Bagi gue, cinta itu cukup lo. Sederhana namun istimewa." lanjut angkasa.

Melodi tersenyum manis, ia sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan angkasa. Pemikiran cowok itu sangat mampu membuatnya kehabisan kata-kata, namun bisa membuatnya terbang keruang kebahagiaan.

"Tapi, gue juga pengen berubah sama kayak lo. Jika kita bisa sama-sama berubah ke yang lebih baik kenapa tidak?. Kan nggak adil kalau cuma lo doang yang berkorban. Catet, melodi prima nggak suka sama ketidakadilan." ujar melodi mantap.

Angkasa melerai tangannya yang berada pada kedua bahu melodi. Cowok itu menatap kearah lain, mengapa sangat sulit membuat melodi paham akan situasi perasaannya.

"Gue nggak suka kalau lo jadi pusat perhatian." ucap angkasa.

Melodi terkekeh pelan, menepuk lengan angkasa membuat empunya menatap melodi kesal. "Gue kan juga pengen ngerasain apa yang lo rasain sa. Jadi pusat perhatian misalnya."

Angkasa memasang wajah datarnya, mata tajamnya telah menusuk keindera penglihatan melodi sehingga membuatnya menelan salivanya susah payah.

Perlahan melodi mendekat, mengarahkan wajah tampan angkasa agar dapat ditatap olehnya. Melodi tersenyum tipis, mengusap wajah angkasa hingga tangannya berhenti dipipi cowok itu karena angkasa menahan dengan tangannya.

"Gue nggak suka mel. Apa yang udah jadi milik gue ditatap orang lain. Gue nggak mau mereka sampe punya niat buat ngerebut lo dari gue." ujar angkasa tegas.

Melodi menggeleng pelan, tidak menyetujui atas ungkapan angkasa barusan. "Seberapa besar pun niat orang lain buat ngerebut gue dari lo, mereka nggak bakalan bisa sa. Kan lo sendiri yang bilang kalau lo udah kasi hati lo ke gue."

"Gue terlalu sibuk ngurus satu hati dan nggak punya waktu buat ngurus hati yang lain." lanjut melodi.

"Tap-"

"Trust me, please" potong melodi.

Angkasa menghela nafas lelah, lalu tangan kekarnya tergerak mengacak puncak kepala melodi gemas. "Oke. Tapi, jangan salahin gue kalau nantinya gue menjadi cowok yang overprotectiv."

"Ayayay capten." jawab melodi, dengan posisi tangan seperti tengah hormat.

Melodi menggenggam tangan kanan angkasa yang tergantung bebas, membuat empunya tersenyum tertahan. "Yuk. Kami segera datang kantin sekolah!."

Melodi menyeret angkasa menuju kekantin dengan berlari kecil, angkasa tersenyum lebar menatap makhluk cantik disampingnya.

Sejujurnya angkasa juga kurang menyetujui atas perubahan melodi, bukannya ia tak mau kekasihnya itu menjadi lebih cantik. Namun, ia tak mau gadisnya terus ditatap dengan tatapan penuh nafsu oleh orang lain.

Disisi lain ia juga tak boleh egois, selagi melodi masih miliknya ia tak akan membiarkan seseorang pun untuk merebut melodi dari dirinya, bahkan ia tak akan membiarkan orang lain memiliki niat akan itu. Never.

***
Kuy, follow my wattpad
Biar informasi lebih mudah
Diberi tahu.

Vote dan commentnya
Jangan lupa
Pease:v

LopeYou:*

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang