Cupu 21

4K 236 0
                                    

Bagaimana menjelaskannya
Disaat logika menolak
Melakukannya

Melodi memandangi area parkiran sekolah dengan tatapan tajamnya. Setelah meninggalkan angkasa saat dikantin tadi, gadis tomboi itu melarikan diri menuju ketepi balkon koridor kelas sepuluh. Melodi bahkan merutuki dirinya sendiri, mengapa ia bisa bersikap seperti ini. Sudahlah lupakan saja, yang terpenting ia tak mau terpancing emosi akan pertanyaan beruntun dari angkasa nanti.

Gadis tomboi itu menolehkan kepalanya kesamping, melirik angkasa yang tengah menatap bingung kearahnya. Rasanya melodi ingin sekali melemparkan cowok itu dari atas balkon ini.

"Mel, lo kenapa sih?" angkasa menatap melodi lekat, menunggu jawaban dari gadis tomboi itu.

Melodi mendengus sebal, angkasa memang cowok yang tidak peka. Ayolah, apa melodi harus memberitahu cowok itu kalau dirinya tengah cemburu. "Gak papa. Emangnya kenapa?"

"Nanya aja sih. Soalnya lo kayak lagi marah gitu sama gue. " ujar angkasa, lagi-lagi berhasil membuat melodi berdecak kesal.

Keadaan diantara keduanya kembali hening, tak ada yang berniat ingin membuka suara sama sekali. Melodi dengan gengsinya dan angkasa dengan ketidak pekaannya.

"Sa, lo t--"

"Hai kak angkasa "

Melodi menatap kesal kearah sesosok adik kelas yang telah menyapa angkasa barusan. Dengan sigap melodi segera melihat name tag adik kelas itu, bersama seorang temannya.
Adik kelas yang telah menyapa angkasa barusan bernama Tania, seorang gadis manis berponi menambah kesan imut bagi gadis itu. Dan teman gadis itu bernama faras, seorang gadis berkulit sawo matang.

"Eh, iya" gelagapan angkasa, atas sapaan yang datang secara tiba-tiba itu.

Tania mengulurkan tangannya kearah angkasa, bertanda ingin berkenalan dengan cowok itu. "Hai kak, nama aku tania. Aku kelas X Ipa 2. Salam kenal kak."

"Iya, gue angkasa. " cowok itu membalas uluran tangan dari tania, entah mengapa melodi merasakan panas ditubuhnya.

"Oh ya kak, ini temen aku faras. Kita sekelas. " tania menunjuk temannya dengan senyumannya, sedangkan angkasa hanya memberikan sebuah senyuman kepada teman tania.

Rasanya melodi ingin sekali mencekik tania saat ini juga. Sedari tadi, adik kelasnya itu tak henti-hentinya menanyakan ini dan itu pada angkasa. Bayangkan saja, gadis tomboi itu hanya menjadi penonton diantara keduanya. Hal ini lah salah satu hal yang dikhawatirkan oleh melodi, semenjak cowok cupu itu merubah penampilannya hampir seluruh siswi disekolahnya itu mengejar-ngejar angkasa. Bahkan cowok itu telah dinobatkan sebagai mostwanted sekolahnya, menggeser kedudukan itu dari mario. Bahkan gaya bicara cowok itu telah barubah padanya. Sekarang melodi bingung, ia harus bahagia atas perubahan angkasa atau bagaimana.

Melodi tersadar dari lamunannya, saat angkasa menjentikkan jarinya didepan wajahnya. Gadis itu mendesis kesal, sedangkan angkasa hanya menampilkan senyuman manisnya kepada melodi.

"Udah selesai acara meet and greetnya?" tanya melodi, membuat angkasa terkekeh pelan.

"Apaan sih mel. Dia cuma nanya soal pelajaran kok" kekeh angkasa.

"Ya awalnya. Ntar juga nanyain perasaan lo. "Gumam melodi pelan.

                             🌿🌿🌿
Genggaman tangan kedua sejoli ini tak kunjung lepas sedari tadi. Angksa menggenggam erat tangan melodi, membawa gadis itu menuju motornya. Namun, kali ini angkasa sepertinya tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk menahan genggaman tangan melodi, nyatanya gadis tomboi itu hanya membiarkan semuanya terjadi begitu saja.

Disepanjang perjalanan, angkasa terus-terusan memikirkan banyak hal terutama mengenai melodi. Pasalnya, gadis tomboi itu hanya berdiam diri sedari tadi, sama sekali tak mengeluarkan suaranya. Biasanya, gadis tomboi itu akan selalu bercerita mengenai hal-hal yang penting sampai yang tidak penting.

Melodi menautkan alisnya bingung, menatap area disekitarnya. Gadis itu membiarkan angkasa menarik tangannya, hingga berhenti ditepi danau. Cowok itu membawa melodi menuju danau, dimana tempat itu menjadi saksi bisu kedekatakan antara ia dan melodi.

"Mau ngapain?" tanya melodi ketus, membuat angkasa menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Maaf ya, karena gue gak peka. Maaf buat semuanya." angkasa menggenggam erat kedua tangan melodi, membuat gadis itu menatap kedua manik mata angkasa.

Melodi tersenyum tipis, syukurlah setidaknya cowok itu dapat menyadari kesalahannya sendiri. "Lupain aja"

"Hah?, lo mau lupain gue. Emang bisa?" angkasa terkekeh membuat melodi memutar bola matanya jengah.

"Ya bisa lah. Gampang itu mah" jawab melodi bangga.

"Ya udah, kalau gitu gue bakalan ngilang aja buat selama-lamanya. " ancam angkasa.

Melodi tertawa terbahak-bahak, membuat angkasa mengerutkan dahinya bingung. "Maksudnya lo mau mati gitu sa?. Dosa lo yang sebejibun itu mau lo kemanain?"

"Gak gitu juga kali melodi prima. Lo mau doain gue cepet-cepet mati. Trus lo bisa balikan lagi gitu sama mario?" angkasa mendengus pelan, membuat melodi berdecak pelan.

"Ngapain bawa-bawa mario sih. Gak penting, bahas yang lain aja" titah melodi, membuang wajahnya kearah lain.

"Bahas tentang kita maksudnya" goda angkasa, menaik turunkan kedua alisnya.

Melodi berusaha mengulum tawanya, cowok itu memang mudah sekali membolak-balikkan perasaanya. "Ya udah ayuk!."

Angkasa tersenyum miring, membuat melodi menelan salivanya susah payah. Perlahan angkasa berjalan mendekat kearah melodi, mendekap pinggang gadis itu dari arah depan. Tentu saja jarak keduanya semakin dekat, bahkan melodi dapat mencium aroma mint dari tubuh angkasa. Angkasa semakin memperat pelukannya, membuat wajah melodi semakin dekat pada cowok itu. Entah mengapa, ia sama sekali tak dapat menolak hal ini.

"Lo sayang gak sama gue" bisiknya tepat ditelinga melodi, membuat melodi refleks memiringkan kepalanya.

"Gu-gue, nggak" jawab melodi gugup, gadis itu kembali menelan salivanya susah payah saat angkasa tersenyum miring padanya.

Angkasa semakin meeratkan pelukan pinggang dari arah depan itu, mendorong tubuh melodi agar semakin dekat padanya. Tangan kekar cowok itu perlahan mengelus setiap inci wajah melodi, membuat gadis itu menggeliat kecil.

"Yang jujur" bisik angkasa pelan, membuat melodi kembali dilanda kegugupan.

"Iya-iya, gue sayang sama lo. Puas" ujar melodi kesal, tak ingin semakin terintimidasi atas perlakuan angkasa nantinya.

Angkasa melerai dekapan tangannya dari pinggang melodi, membuat gadis itu menghela nafasnya berulang kali. Sedangkan angkasa yang melihat kelakuan melodi itu hanya terkekeh pelan.

"Ayuk pulang" ajak angkasa.

Melodi mengnganga tidak percaya, untuk apa cowok itu bertanya tentang perasaannya. Namun tidak melakukan apa-apa. "Tujuan lo nanya kayak tadi buat apa?"

Angkasa menautkan alisnya bingung, merasa aneh atas pertanyaan melodi barusan. "Ya nanya aja. Emangnya gue harus ngapain?"

Melodi menggeram ditempatnya, berlalu pergi dahulu meninggalkan angkasa yang bingung atas kekesalan melodi.

"Ayuk pulang. Batin gue capek" teriak melodi, membuat angkasa menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

Disebabkan rasa penasarannya yang kembali bertambah, cowok itu berlari kecil mengejar melodi. "Mel, emangnya gue harus ngapain gitu?"

"Au ah sa!?"

My Boyfriend Si Cupu [Completed]Where stories live. Discover now