Bukan Ambigu 42

233 37 7
                                    

Special

Puncak acara sudah di mulai, tubuh Siena lemas seketika saat meninggalkan lapangan besar itu, Siena merasa telah memalukan dirinya sendiri. Bagaimana tidak, panahnya memang menancap pada target, hanya saja dia mengulang membenarkan panah selama beberapa menit, membuat penonton geram.

Acara lomba telah usai, dengan hasil akhir sekolah mereka juara satu, dengan Siena yang hanya masuk sebagai runner up.

"Tadi udah bagus, kok, kamu keliatan keren," tutur cowok itu menyemangati.

"Bohong banget. Kamu bilang gitu biar aku seneng doang," rajuk Siena tak percaya ucapan Raga yang jelas-jelas dirinya telah melakukan kesalahan.

"Yang juara tiga apa kabar? Udah runner up udah bagus." Kini Siena mendongak melihat senyum menggelikan milik Raga.

"Tadi kamu mungkin cuma runner up. Di hati aku tetep jadi pemenangnya!" Seketika Siena mencubit perut Raga.

"Apaan sih, dasar gombal!" Siena langsung dapat cubitan Raga,mencubit bibir Siena membuat gadis itu semakin jengkel lalu memukul pemuda yang kini tengah tertawa puas.

"Permisi Kak." Seketika Raga dan Siena menghentikan aktifitasnya, mereka menatap gadis di hadapannya yang tengah menunduk takut saat Raga tatap.

"Ada apa ya, Dek?" Adik kelas itu tersenyum kaku pada Siena.

"Kakak dipanggil ke ruang olahraga." Gadis mungil itu terlihat gugup saat mendapat tatapan tak enak dari arah Raga.

"Oh, ya udah aku ke sana."

"Kalau gitu, permisi Kak. Maaf mengganggu," ucap gadis itu pergi sebelum melirik Raga sekilas lalu berlari.

"Jangan ditatap gitu, dia takut liat kamu Ga." Raga mengedikan bahu saat mendengar penuturan Siena.

"Abis dia ganggu!" Kali ini Raga yang jengkel, membuat Siena geli.

"Ya udah, aku mau ke ruang olahraga dulu," pamit Siena tetapi Raga malah ikut berdiri.

"Ikut! Mau nonton." Wajah Raga kini tengah menampilkan wajah memohon.

Siena tidak menjawab, berarti tidak melarang, dengan lancang Raga menggenggam tangan gadis itu, berjalan beriringan. Awalnya Siena terkejut setelah melihat Raga yang serius, hanya membiarkannya memainkan jari miliknyadengan menggenggam erat. Mungkin Raga tidak mau menghilangkan satu momen pun dengan Siena.

Keduanya langsung dapat tatapan dingin dari Kevin, meski begitu Raga tampak tidak peduli dan langsung duduk di tempat penonton, melihat setiap kegiatan Siena.

"Maaf ya, Kev, aku cuma bisa jadi runner up," ujar tulus Siena merasa tak enak pada seniornya itu.

"Kamu udah hebat kok, Sie, aku manggil ke sini cuma mau bilang kalau nanti malem kita semua bakal makan malem buat ngerayain, nanti aku jemput, ya?" Kini Siena merasa kikuk, pasalnya Raga berada di belakangnya, mengamati semua yang terjadi. Siena takut cowok possessive itu mengamuk.

"Aku bisa naik taksi kok, Kev," tolak Siena lembut.

"Nggak ada penolakan!" tegas Kevin membuat Siena menahan napas.

Entah sengaja atau tidak Kevin melakukan itu, karena pemuda itu tahu Siena dan Raga sudah resmi pacaran. Bahkan mereka menjadi couple paling aneh di sekolah, meski begitu banyak siswa yang mendukung mereka, dan Kevin ingin menjemput Siena, di hadapan Raga sang pemilik Siena? Nekat.

Kevin langsung melangkah pergi dengan peralatan memanahnya setelah berpamitan pada Siena, menyisakan Raga dan gadis itu di ruangan besar olahraga.

Siena berbalik menatap Raga, bisa melihat sorotan kesalnya, meski cowok itu kini melangkah mendekati Siena.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now