Bukan Ambigu 20

570 52 2
                                    

Gadis itu membuka matanya perlahan, sedikit merasa pening di kepalanya, masih ada denyut sakit yang Siena rasakan.

"Aduh, Raga kemana si? Ini anak orang udah bangun," gumam Sandi mulai gelisah.

"Kok aku di sini?" tanya Siena saat sadar dia berada di UKS.

"Iya, tadi kamu pingsan, karena kena bola basket, tapi nggak apa-apa, 'kan? Masih inget nama, rumah, bapak, ibu, enyak, babe?" tanya Sandi konyol.

"Iya," jawab Siena singkat.

Gadis itu mulai mengingat saat Siva hanya menatapnya dengan ketidak percayaan. Siena tau, sahabatnya pasti hawatir, namun Siva tidak menunjukannya.

"Mau kemana?" tanya Sandi saat Siena turun dari brankar.

"Aku mau ke kelas."

"Ya udah, ayo aku anter," ucap Sandi tidak berani memapah Siena, tapi hanya berjalan di dekatnya.

Siena menuju kelasnya, meski sedikit pusing, dia merasa sudah baikan. "Apa yang terjadi pas aku pingsan?" tanya Siena di sela-sela langkahnya.

"Raga langsung bawa kamu ke UKS, teruuuuss--" Sandi menghentikan ucapannya.

"Terus apa?" tanya Siena menatap Sandi.

"Em, kayaknya Raga berantem sama Kevin."

"Kenapa?" heran Siena.

"Raga marah karena Kevin lempar bola nggak bejus, sampe bikin kamu pingsan."

"Sekarang mereka dimana?" tanya Siena.

"Nggak tau," jawab Sandi yang memang tidak tau, karena dia menjaga Siena terus.

Jangan bilang kalo mereka?. batin Siena memikirkan hal buruk.

Apapun bisa saja Raga lakukan, apalagi saat melihat di restoran saat itu, mereka tidak pernah akur.

"SANDIIIII!" teriak Rama, cowok polos itu berlari kecil menghampiri Sandi dan Siena.

"Raga sama Kevin di suruh pulang, besok orang tuanya di panggil," jelas Rama.

"Apa?" kaget Sandi dan Siena bersamaan.

"Iya, mereka berantem sampai darah dimana-mana, Rama takut," ucap Rama sudah berkeringat dingin.

"Kok bisa? Emang nggak ada yang misahin Firaun sama anak Onta?" tanya Sandi dan Rama hanya bergeleng.

"Kenapa mereka berantem?" tanya Siena.

"Raga marah karena kamu pingsan kena bola Kevin," jelas Kevin.

"Ya ampun, anak itu emang nggak bisa sehari aja nggak bikin ulah," gumam Siena lalu melangkah pergi.

Siena mencari Raga dan Kevin, bagaimanapun mereka bertengkar karena dirinya.

"Uhuk!" batuk seseorang mengejutkan Siena. Gadis itu sontak menoleh, melihat cowok yang duduk membelakanginya. Siena tau dia siapa, cukup kenal dengan punggung itu.

"Aw!" desah Raga entah sedang apa.

"Hei!" panggil Siena, cowok itu langsung menoleh dengan plester yang belum terpasang dengan benar.

"Sie, kamu kenapa di sini?" tanya Raga berdiri.

Siena melihat luka cowok badung itu yang begitu banyak. Ujung bibir yang masih mengeluarkan darah segar, dan pipi, alis dan hidung yang penuh goresan.

"Kamu nggak apa-apa, 'kan? Perlu kerumah sakit? Kamu nggak lupa sama aku, 'kan?" tanya Raga memperhatikan Siena instens.

"Kamu nggak kenal aku, ya? Kamu lupa sama aku?" tanya Raga masih dengan kepanikan terlebaynya.

Bukan AmbiguDove le storie prendono vita. Scoprilo ora