Bukan Ambigu 16

710 64 2
                                    

Gadis itu berlari dengan membawa semua foto di genggamannya, wajahnya merah penuh amarah dan luka. Bukan hanya ucapan Siva yang melukainya, entah alasan apa hatinya terluka hanya dengan berurusan dengan Raga.

Siena masuk ke aula, namun tidak menemukan orang yang dia cari di sana, sehingga mau tidak mau dia harus pergi ke kelas 'keramat' yang di pimpin Raga.

Siena berhenti sejenak ketika melihat Raga dan teman-temannya tengah tertawa, beberapa siswa melihatnya dan sedikit takut melihat ekspresi pembunuh dalam diri Siena, hingga ada seorang siswa memberi tahu Raga kalau Siena datang. Gadis itu melangkah dengan kaki di hentakan, melempar semua foto pada Raga di saksikan semua siswa di kelas yang sudah berkumpul.

Bisa Siena dengar bisikan iblis mulai menggema, dia menatap Raga penuh amarah, sedangkan Raga masih bingung apa yang sedang terjadi.

"PUAS? Puas kamu berhasil hancurin persahabatan aku? Sekarang kamu mau apa lagi?" tanya Siena dengan nada suara bergetar, menahan tangis membuat dadanya sakit.

"Maksud kamu apa?" tanya Raga belum mengerti.

"DASAR COWOK BRENGSEK!" teriak Siena lalu berlari dengan air mata yang ikut menetes bersama langkah kakinya yang gemetar.

Raga melihat foto yang Siena lempar, baru dia menyadari apa yang terjadi, pasti Siena di musuhi oleh Siva karena foto-foto ini.

"Siapa yang lakuin ini?" tanya Sandi melihat foto-foto dirinya dan Siena.

"Tapi kok keliatan mesra gini si Ga, lo apain Siena?" timpal Sandi.

Tanpa menjawab, Raga berlari mencari orang yang harus dia tanya. Raga ke kelas Siena tapi tidak ada Siva, dia kembali berlari ke kantin, tidak ada juga. Raga memutuskan ke taman belakang, dia melihat punggung gadis yang sedang menangis itu, suara sesenggukan terdengar olehnya.

"Siva," panggil Raga hati-hati.

Siva membeku mendengar suara Raga, mengelap air matanya dengan cepat, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ada apa Ga?" tanya Siva menampilkan seulas senyum.

"Maaf, ya, kalo aku ganggu kamu."

"Nggak kok Ga."

Sakit Ga, membenci Siena karena lo hati gue sakit. batin Siva.

Raga duduk di sebelah Siva, menatap lurus kedepan. "Siapa yang ngasih foto ini?" tanya Raga yang masih memegang satu foto di tangannya.

"Nggak ada. Aku nemuin di laci meja Siena, selamat, ya untuk hubungan kalian," ucap Siva menahan tangis.

Selamat karena hati aku beneran hancur karena cowok badboy kaya kamu Ga. batin Siva.

"Kamu salah paham. Aku nggak ada apa-apa sama Siena, dan aku nggak mau persahabatan kalian hancur karena ini, jadi aku harus tau siapa yang ngasih foto ini," ucap Raga menjelaskan.

Namun Siva tidak bisa mempercayai ucapan Raga, bisa saja cowok itu dan Siena memang tidak ada apapun, karena belum di resmikan, hati mereka? Siapa yang tau.

"Aku pikir itu koleksi Siena, aku nhgak tau siapa yang ngambil," jawab Siva.

Raga menepuk bahu Siva. "Aku bakal cari orangnya," ucap Raga menatap Siva dengan senyum lembut. Gadis berambut sebahu itu hanya membalas senyum Raga tipis, sangat sakit jika benar Siena menyukai Raga, atau sebaliknya, Siva sedikit menyesal mengikutkan Siena ke turnamen konyol itu, kini Siva yang menanggung akibatnya.

Raga ingin menenangkan Siva, tapi Raga takut gadis itu salah mengartikannya, karena dia memang menyukai Siena, bukankah itu tidak salah? Jika persahabatan Siena dan Siva menjadi hambatan, Raga harus bisa membuat Siva mengerti, kalau Siena tidak menyukainya, tapi Raga lah yang menyukai Siena.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now