Bukan Ambigu 34

241 30 5
                                    

Menunggu

"Cie, yang abis bikin napas buatan. Ah, boleh nambah nggak?" Sandi melontarkan godaan dengan manja.

"Tolong, aku sesak napas!" ucap Rama ikut meledek dengan gayanya.

"Susah move on kan?" tanya Sandi menaik turunkan alisnya. Mulai menggoda sahabatnya itu.

"Gue bakal lepasin dia, kemarin gue cuman …," Raga menghentikan ucapannya, dia sendiri tidak tahu kenapa menolong Siena. Entah alasan apa, sejujurnya Raga hanya sulit mengakui perasaannya.

"Cemburu?" tebak Rama.

"Hawatir?" tebak Sandi.

"Itu yang lo rasain, Ga, jangan nolak perasaan lo sendiri. Gue tau susah buat mengakui kenyataan kalau lo masih berharap sama Siena, lo cemburu kalau gue yang nyelametin Siena, dan lo hawatir karena nggak ada yang nolongin Siena. Otomatis lo masih sayang sama Siena," tambah Sandi dan semuanya ucapannya benar.

Sial, hal itu membuat Raga kesal sendiri. Mengapa semudah itu kedua temannya menebak apa yang ada di pikiran dan hatinya.

"Untung kemarin Siena aku dorong, jadi kita bisa bikin dia suka sama kamu, Ga," ujar Rama dilelototi Sandi.

"Maksud lo? Jadi lo dorong Siena?" bentak Raga setelah Rama tidak sengaja membocorkan apa yang sebenarnya terjadi, membuat Sandi menepuk dahinya geram.

"Lo tau nggak, kalau Siena mati gimana? Lo bisa bunuh dia! Kalian udah gila?" bentak Raga, tidak terima dengan tindakan kedua temannya yang melakukan rencana bodoh itu.

"Tuh, kan, lo hawatir," ucap Sandi mengalihkan pembicaraan, dan Raga kembali salah tingkah.

"Udah si, ngaku aja kalau lo masih cinta, bosen gue liat lo galau," tambah Sandi, wajahnya di buat kecewa.

"Gue nggak layak buat dia, dia cocoknya sama Kevin yang punya masa depan terjamin."

"Terus masa depan orang kaya kita itu jelek semua? Sejelek-jeleknya kelakuan kita, belom tentu nasib kita jelek juga, buktinya gue sering tawuran tapi hidup sampai sekarang!" tegas Sandi, membantah pemikiran sahabatnya yang konyol dan tidak masuk akal.

"Tapi, seenggaknya Kevin udah terjamin, nggak kaya gue yang masih belom jelas." Raga masih bersikeras dengan pola pikirnya.

"Lo putus asa, atau nyerah? Jangan jadi banci di siang bolong, ini artinya lo ngasih hadiah Siena ke Kevin dengan gratis!" ucap Sandi membuat Raga terdiam, sebenarnya Raga tidak rela, tetapi bukankah Siena sendiri yang mengatakan kalau dia tidak suka pada Raga.

Rasanya terlalu mengemis jika Raga kembali mendekati Siena, karena dia tidak serendah itu.

________

Gadis itu memegang ponselnya dengan memeluknya erat, wajahnya sangat terkagum hingga menunjukan pipinya yang merona.

"Kenapa, Va?" tanya Siena yang sedang memakan ciloknya, melihat tingkah aneh sahabatnya itu.

"Tau nggak, sikap Raga ke gue makin manis, sumpah gue makin cinta!" ucap Siva memeluk Siena singkat, seraya wajahnya yang begitu bahagia.

"Oh, iya?" tanya Siena setengah menahan luka, jahat memang mencintai cowok yang telah dia lepaskan untuk sahabatnya.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now