Bukan Ambigu 4

1.3K 111 8
                                    

Blam. cowok itu menutup pintu kamarnya, lalu menemui papahnya yang sore ini sudah pulang dari kantornya.

"Rapi banget mau kemana?" tanya Rizal masih fokus pada laptop-nya.

"Mau kerumah pacar Pah." jawab Raga begitu sombong.

Rizal langsung menatap putranya yang sudah rapi dengan jaket kulit hitam dan rambut yang sudah rapi.

"Kamu udah punya pacar? siapa namanya?" tanya Rizal begitu antusias.

"Siena Zaara, baru kenal kemarin Pah hehe." kekeh Raga malu.

"Lah kok udah pacaran aja?"

"Siapa dulu, Raga Aditama!" sombong Raga dengan wajah menjengkelkan.

"Halah, kamu ganteng gitu juga karena Papah." sombong Rizal tidak mau kalah.

"Iya deh aku pas, PASSSSSRAH!" ucap Raga langsung dapat acakan rambut gemas Rizal.

"Jangan di acak-acak Pah! ini dandan dua jam loh." manyun Raga.

"Iya deh anak sulung dan bungsu Papah!" ucap Rizal cekikikan jahil pada anak tunggalnya itu.

Raga memang anak tunggal Rizal, itu alasan mereka cukup dekat, bahkan seperti seorang teman.

"Pah, ada trik gak biar cewek galak luluh sama cowok brengsek?" tanya Raga membuat Rizal berfikir.

"Cuma satu caranya..." ucap Rizal merangkul bahu Raga.

"Setia. selain itu, gak ada yang spesial dari anak brengsek, tapi sebrengsek apapun kamu, Papah tau, kamu baik dan pantas untuk dapet cewek yang sayang sama kamu, kamu pantas untuk di cintai dan mencintai." ucap Rizal membuat Raga tertegun.

Raga ingat bagaimana Rizal mengalami kegagalan rumah tangga, ya Raga adalah korban broken home, Raga bersikap seenaknya pada orang lain, terlihat kasar dan brengsek, tidak ada yang baik dari Raga, semua orang menilai Raga dari luar, tentu Raga terlihat sangat buruk, keluarga yang berantakan, anak badung, tidak punya prestasi, cenderung nilai sekolahnya biasa-biasa saja, itu jika di lihat dari luar, di dalamnya, semuanya bertolak belakang, semua itu akibat kedua orang tuanya bercerai, Raga merasa tidak terawat, tidak mendapat kasih sayang yang cukup.

Karena penyebab retaknya rumah tangga orang tuanya adalah himpitan ekonomi, saat itu Raga masih kelas dua SMP, masih sangat labil dan belum bisa membedakan hal baik dan buruk untuk dirinya sendiri, hingga mengantarkanya masuk ke pergaulan yang sedikit kasar, saat itu Rizal papahnya fokus mecari uang karena terobsesi, merasa sakit hati di tinggalkan saat bangkrut, itu alasan Rizal bekerja keras selama tiga empat tahun terakhir, dan Raga menyaksikan semua kesulitan Rizal hingga membuatnya begitu dekat dengan Papahnya, sedangkan Mamahnya, Raga sudah tidak peduli lagi pada wanita yang melahirkanya itu, lagi pula sejak Mamahnya menikah lagi, sudah tidak ada perhatian lagi yang Raga dapatkan.

"Berarti brengsek juga manusia!" seru Raga bernyanyi.

"Iyalah, kamu berusaha aja,"

"Siap Pah!" ucap Raga memberi hormat.

"Ya udah sana! good luck untuk kencannya."

"Makasih Pah, aku berangkat ya, selamat tinggal, sampai berjumpa lagi!"  ucap Raga membuat Rizal bergeleng heran sambil tersenyum.

"Anak gue udah gede ternyata, huh siapin duit buat masa depan tuh bocah, jangan sampai dia ditinggalin perempuan cuma karena uang, cukup gue saja." ucap Rizal.

"PAH PINJEM MOBIL!" teriak Raga dari luar.

"BOCAH TENGIK PAPAH MAU PAKE!"

________

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang