Bukan Ambigu 8

991 80 5
                                    

Guardian

Malam tidak akan jadi penghalang untuk Siena, hanya karena dim sum Siena pergi ke super market lebih jauh, karena super market dekat rumahnya sudah tutup.

Setelah mendapat apa yang dia mau, Siena langsung pulang, namun Siena tidak melihat taxi melintas, mungkin karena sudah malam.

"Baru jam setengah sepuluh kok gak ada taxi lewat si." gumam Siena sambil terus berjalan, berharap ada kendaraan yang lewat.

Tin tin

Klakson motor itu mengejutkan Siena. "Kaki nggak pegel tuh? rumah kamu masih jauh, naik sini aku anter."

Jika bukan Raga yang menawarkan, pasti Siena sudah menerimanya, dari pada jalan kaki.

"Gak usah. bisa pulang sendiri kok." tolak Siena berjalan lebih cepat namun motor Raga mengikuti dengan pelan.

"Aku nggak rela kalo nanti ada yang godain kamu atau suitin kamu, buruan ayo! dari pada kamu nanti ketemu sama Om Pocong terus di gondol gimana?" ujar Raga menakuti.

"Sengaja banget si nakutin, dasar cowok modus!" jengkel Siena karena Raga membuatnya takut, meski begitu, sampai matipun Siena takan mau menerima tawaran Raga.

"Pergi sana! jangan ikutin aku terus!"

Raga menghela nafas, mungkin ucapan Papah Siena benar, harus banyak sabar dan semangat tinggi, untuk mendapatkan cinta sejati Raga harus bisa mengubah yang namanya 'benci' jadi 'sangat cinta', 'simpati' menjadi 'butuh', meski Raga harus menelan pahitnya dulu.

"Ya udah, jangan nangis kalo aku pergi, kalo kamu ada yang godain sebut namaku tiga kali, aku bakal dateng." kekeh Raga selalu membuat Siena muak.

Raga pun benar-benar pergi, meski ada sedikit rasa menyesal tidak menerima tawaran Raga, namun Siena tidak mau mengakui itu.

"Permisi, udah malem kok jalan sendiri? disini rawan kejahatan." seorang cowok putih dan sedikit kumis tipis bertanya dengan sopan pada Siena.

"Oh gitu ya Mas? soalnya aku cari taxi udah nggak ada yang lewat..." jawab Siena.

"Kalo gitu saya anterin aja gimana? soalnya saya mau pulang juga," tawar cowok itu.

Siena nampak bingung, dari pada sampai larut dan bahkan cowok itu bilang rawan kejahatan membuat Siena takut juga, tidak ada salahnya menerima tawaran cowok itu, lagi pula cowok itu terlihat sopan dan baik.

"Boleh deh kalo gitu." jawab Siena sedikit tidak enak.

Cowok itupun memberi tumpangan pada Siena, Siena sedikit mundur saat menaiki motor cowok itu menjaga jarak, sembari menunggu sampai Siena memejamkan matanya menikmati angin malam yang menerpa wajahnya, plastik dim sum-nya masih dia genggam dengan baik, hingga dia merasa motornya telah berhenti.

Siena membuka matanya, mengernyit saat dia merasa itu bukan daerah rumahnya, apalagi tempat itu begitu gelap dan sepi.

"Mas kayaknya nyasar deh..." ucap Siena turun dari motor dan memberi tahu cowok yang mengantarnya tadi.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now