Bukan Ambigu 10

983 81 3
                                    

Gadis itu tiduran tengkurap sambil mengotak-atik ponselnya, di antara ingin menelfon Siva sahabatnya, tapi ragu karena sudah malam, apalagi saat pagi tadi Siva datang kerumah dan Siena tidak menemuiya, rasanya Siena merasa bersalah.

"Telfon aja deh."

Akhirnya Siena memutuskan menelfon Siva, rasanya Siena tidak perlu menjauhi orang lain hanya karena kejadian kemarin malam, apalagi Siva temannya sendiri yang pasti menghawatirkannya.

"Siena, Sie omg kenapa baru nelfon? lo tau nggak gue hawatir, lo tau nggak banyak hal yang mau gue omongin?" oceh suara cempreng di sebrang sana membuat Siena terkekeh.

"Iya ini gue nelfon, maaf deh kalo tadi pagi gue nggak nemuin lo."

"Tapi lo nggak papa, kan?"

"Gak papa kok, Va."

"Eh tau nggak? Raga ke kelas tadi pagi, gue nggak tau si dia ngapain, tapi dia berdiri di depan kelas, bikin gue bisa mandang dia lama-lama, dan lo tau tadi sore gue chat dia, di bales manis banget omg, gue nggak nyangka, rasanya gue kaya abis di lamar sama pangeran handsome."

"Iya?"

"Ih kok gitu doang si responya, gue udah ngomong panjang lebar nih, ampe mulut rasanya penuh dengan deterjen."

"Busa kali Va."

"Serah deh wkwkw."

Siena kembali terdiam, rasanya begitu senang mendengar cerita Siva, tapi ada yang menganggu pikirannya, ucapan Raga kemarin malam membuatnya merasa terjaga, bukankah perasaan seperti itu salah? Siena tidak perlu memikirkan ucapan konyol orang urakan itu, apalagi sampai baper? tidak! bukan itu yang Siena rasakan, tapi Siena merasa Raga membuat Siva berharap dengan sikapnya.

"Va udah dulu ya, besok sambung lagi di sekolah."

"Ok dedek manis, gws beb."

"Bye!" tut

Siena memutuskan sambungan telefonnya, lalu menoleh pada jam dinding bergambar keropi yang sudah menunjukan pukul 20:35.

"Keadaan Raga gimana, ya? nggak mungkin Raga baik-baik aja, karena kursi itu bener-bener membentur tubuh Raga," hawatir Siena.

"Tapi ini udah malem, gue nggak mau kejadian kemarin terulang. Oh gue tau, Samuel!" ucap Siena lalu bangkit dan menemui adik laki-lakinya itu.

Namun belum sampai kamar Samuel, Siena berhenti dan berbalik ke kamar, meski tidak masuk, hanya berdiri di luar.

"Ngapain gue hawatirin cowok itu? tapi gue penasaran sama keadaan dia."

Siena kembali menuju kamar Samuel, namun lagi-lagi Siena merasa ragu.

"Gue nggak mau bikin tuh cowok kegeeran, nanti dia pikir gue hawatir lagi sama dia, catat ya 'penasaran' bukan hawatir!" ucap Siena akhirnya benar-benar menuju kamar Samuel yang ternyata tidak di kunci.

"Sam, bangun!" ucap Siena membangunkan anak smp itu yang tengah tidur dan memakai piyama Naruto-nya.

"Emm!"

"Bangun Sam Naruto meninggal dunia!"

"APA!" kaget Samuel namun matanya tertutup.

"Temenin aku kerumah Raga, cepet!"

"Ih apaan sih kak, tadi bilang Naruto meninggal, sekarang malah temenin kerumah kak Raga, mau ngapain?" malas Samuel menggaruk kepalanya.

"Mau liat koleksi Raga, nggak?" bujuk Siena dan Samuel mengangguk.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now