Bukan Ambigu 19

823 61 5
                                    

Friend

Gadis itu melihat sahabatnya yang terlihat bahagia, tidak sepertinya yang merasa kesepian. Apa mungkin, tanpa Siena, Siva hidup dengan normal? Tidak seperti gadis yang kini merasa kehilangan.

Siena mendekati Siva yang sedang mengobrol dengan teman sabangkunya. "Va, ntar malem nonton comeback IKON yuk," ajak Siena namun gadis yang di ajaknya bicara acuh dan masih tetap mengobrol dengan temannya, seolah Siena tidak ada.

"Oh, iya, gimana kalo ntar siang makan di depan sekolah, aku yang traktir," ajak Siena dengan semangat.

Siva menoleh lalu menjawab. "Gue sibuk."

Siena tertegun, sepertinya Siva benar-benar membencinya. Mungkin benar, dia harus membuat Raga menyukai sahabatnya, denga begitu gadis itu takan memusuhinya lagi.

Siena kembali ke bangkunya, membuka ponselnya, sekedar melihat pembaruan dari teman-temannya, Siena membaca status yang Siva buat.

Lagi jaman, temen makan temen, ogah deh sama yang begitu, mending sendiri tapi nyaman. so jangan ganggu gue!

Siena menutup aplikasi ponselnya, menaruhnya di dalam tas. "Pagi Sie," sapa Kevin tersenyum cerah.

"Pagi Kev," sahut Siena.

Kevin duduk di sebelahnya, padahal sebelumnya pemuda itu berada di urutan kursi paling depan.

"Boleh pindah sini, 'kan? Takut kamu kesepian," kekeh Kevin geli.

"Boleh kok," jawab Siena tersenyum tipis.

"Nanti nggak ada latihan, soalnya aku ada ekskul basket tanding sama kelas 'keramat' di sekolah."

"Sama Raga?" tanya Siena yang padahal sudah paham.

"Iya, nonton ya? Biar aku menang."

Siena mengangguk kaku, gadis itu kembali ingat kejadian kemarin, Raga dan Kevin bersaudara, meski tidak sedarah, tapi kenapa sekolah tidak mengistimewakan Raga seperti Kevin? Atau memang Raga yang di campakan karena Kevin? Siena tidak boleh menyimpulkan apapun, karena menurutnya, Kevin sangat baik, pintar.

_________

Gadis itu berjalan dengan minuman yang masih setengah di tangannya, melihat semua teman-temannya berjalan dengan yang lainnya, membuat ia merasa sendirian di tempat ramai itu.

Gadis itu menghela nafas saat mendengar teriakan para siswi yang melihat anggota basket masuk, banyak anggota basket yang berlari melewatinya yang sedang menuju ke ruang tanding basket.

Angin berhembus meniup rambutnya, saat menoleh, ternyata bukan angin, melainkan Raga yang lagi-lagi meniup rambutnya.

"Jangan lupa teriak paling kenceng biar aku menang," ucap Raga mengedipkan satu matanya lalu mengambil botol yang Siena pegang.

"Makasih vitamin-nya," ucap Raga lalu berlari masuk ke lapangan basket membawa minuman milik Siena.

Siena hanya diam, pikirannya entah pergi kemana. Biasanya dia akan marah saat Raga bersikap seperti tadi, tapi kali ini, gadis itu sedang malas berdebat dengan cowok urakan semacam Raga.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now