Bukan Ambigu 35

254 31 22
                                    

Meja panjang itu telah terisi berbagai makanan, kursi terjejer rapi dengan cahaya lilin yang sudah menyala, pria separuh baya itu masih menunggu semua berkumpul di meja makan, hingga Siena turun dari kamarnya dengan wajah kebingungan.

"Pa, liat ponsel aku nggak? Aku cari dari tadi nggak ada," tanya Siena sambil terus mencari ponselnya di balik sofa dan berbagai meja di ruangan dekatnya.

"Loh, kan kamu yang pegang, coba tanya Sam," usul Arman agar Siena menanyakan pada Samuel.

Tetapi semenjak kejadian malam itu, Samuel memusuhi Siena.

"Nggak deh, Pa, biar aku cari sendiri aja."  Siena lalu duduk di kursi meja makan.

"Masih marahan? Coba deh, kamu minta maaf ke Sam." Arman memberi solusi, agar kedua saudara itu tidak terus bermusuhan.

"Emang salah aku apa, Pa?" Gadis itu berdecak kesal. Meminta maaf seolah dia berbuat salah pada Adik laki-lakinya itu.

"Minta maaf bukan berarti salah, minta maaf itu menunjukan kerendahan hati," ucap Arman mengelus kepala Siena.

Samuel turun dari kamarnya, langsung duduk begitu saja dengan ponsel di tangan, matanya masih fokus dengan gadget kesayangannya.

"Udah ngumpul, nih?" tanya Rina sambil meletakan air putih di tengah masakannya.

Rina langsung duduk di sebelah Samuel, dengan Arman bersebelahan dengan Siena.

"Tumben Mama masak banyak, kenapa Ma?" Siena bertanya setelah menyadari meja makan penuh.

"Nggak apa-apa, cuma lagi pengin makan bareng kalian. Udah lama kita nggak makan malam bareng, kalian sibuk sama dunia kalian sendiri," jawab Rina tersenyum tipis.

"Sam, kamu liat ponsel Kak Siena nggak?" tanya Arman membuat Siena mendelik karena pria itu bertanya tanpa mendapat persetujuannya, Siena hanya tidak mau dianggap membutuhkan bantuan Samuel. Sebentar lagi anak itu akan besar kepala.

"Emang ilang?" tanya Samuel menaruh ponselnya di meja.

Arman mengangguk, seketika Samuel terbahak dengan sumbang. "Sukurin! karma itu!" Samuel langsung dapat jeweran singkat Rina, membuat anak itu mengaduh.

"Makanya jangan nakal, nggak baik kayak gitu sama Kak Sie," ucap Rina memarahi Samuel dan anak itu hanya menatap Siena jengkel.

"Udah mending kita makan aja, yuk," ajak Arman.

Namun, ketukan pintu membuat mereka terdiam saling memandang, sebelum Rina menyuruh Samuel membuka pintu. "Buka gih pintunya! Siapa tau orang penting.

Samuel mengangguk seraya memasukan tahu ke mulutnya. Samuel berjalan malas menuju pintu utama, hingga dirinya membuka pintu dan melihat sosok tampan yang dia rindukan itu.

"Kak Raga?" kaget Samuel, seketika memeluk Raga sekilas.

"Beneran, kan? Sam nggak lagi ngigo?"  Samuel memastikan bahwa yang berdiri di hadapannya bukanlah ilusi.

"Iya, ini Raga Aditama, cowok yang gantengnya ngalahin Sasuke," jawab Raga songong.

"Cie, masih songong," ledek Samuel senang.

"Masuk, Kak!" Samuel menarik lengan Raga, membawanya menuju tempat makan.

"Pangeran yang dateng, Ma," ucap Samuel membuat ketiga orang yang tengah duduk langsung mendongak, melihat siapa yang Samuel bawa.

Bukan hanya Siena saja yang terkejut, Rina pun terkejut dengan kedatangan Raga. Wanita itu pikir Raga tidak akan mau lagi mampir ke rumahnya setelah penolakan putrinya.

Bukan AmbiguTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon