Bukan Ambigu 40

260 29 11
                                    

Comeback Heart

Keenam orang itu duduk memutari kursi ruang tamu di rumah keluarga Leonard. Gita dan Rina sudah menangis setelah tahu Siena dan Raga diculik, apalagi setelah Kevin mendapat kiriman foto kedua anak itu yang disekap, mereka semakin panik.

Hingga pagi ini, mereka tidak mendapat berita apa pun, membuat semua semakin panik. Terutama Rizal, yang datang dengan kepanikannya. Lelaki itu sempat memberontak akan melapor pada Polisi. Namun, yang lainnya mencegah karena hawatir pada penculik itu melukai Siena dan Raga.

"Saya nggak bisa tinggal diam, putra saya satu-satunya sedang dalam bahaya!" ucap Rizal bangkit dari kursinya, tak tahan.

"Pak, kami mengerti. Putri saya juga menjadi korban penculikan, jika lapor Polisi adalah yang terbaik, mari kita melapor." Arman mencoba menengahi.

"Saya sebagai penyelenggara acara meminta maaf sekali lagi karena kurangnya penjagaan membuat anak-anak kita diculik," kata Ronal tulus.

Suasana di sana semakin tidak terkendali. Memiliki keputusan berbeda dalam menangani kasus penculikan yang dialami anak-anak mereka.

"Raga hanya putraku!" tegas Rizal dan Gita hanya bisa menunduk.

"Pa, kasian Siena, pasti dia ketakutan." Rina juga amat menghawatirkan putrinya.

"Tenang, Ma, kita cari bareng," ucap Arman menenangkan.

Kevin hanya bisa diam, perasaannya sudah terlanjur hancur, bukan hanya acara ulang tahunnya yang bermasalah—rencananya menyatakan perasaan pada Siena juga hancur dalam waktu singkat, dan Kevin masih terheran, kenapa Raga juga diculik? Masih tidak mengerti.

"Pagi semua!" Semua orang langsung menoleh ke arah pintu utama ketika suara sapaan datar itu terdengar.

"Siena!" Rina berseru saat melihat putrinya.

"Raga!" Gita ikut bangkit, dan semua ikut bangkit ketika kedua remaja itu berjalan beriringan menemui orang tuanya.

Wajah kedua remaja itu terlihat sedikit letih dan berantakan, membuat orang tuanya hawatir dan kasihan melihat keadaan mereka.

"Sie, Mama hawatir banget sama kamu sayang, kamu nggak apa-apa, kan?" Rina langsung memeluk Siena dan mengecup kecil pipi putrinya.

"Nggak apa-apa, Ma," jawab Siena tersenyum tipis.

"Raga, kamu nggak apa-apa? Kenapa kamu bisa sampai diculik?" Rina juga sama hawatirnya dengan keadaan putranya yang selalu terasa jauh darinya.

"Nggak apa-apa, Ma. Semalem Raga dipukul sama seseorang, dan Raga pingsan," jelas Raga saat mamanya menangkup wajahnya.

"Nggak ada yang terluka, kan?" tanya Rizal mengecek seluruh tubuh Raga.

"Nggak apa-apa, Pa." Raga terkekeh dalam hati jika mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Syukurlah, kalian bisa kembali dengan baik, saya akan melaporkan ini ke Polisi," ucap Ronal langsung Raga cegah.

"Jangan!"

"Kenapa?" Ronal terheran saat Raga menolaknya.

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang