Bukan Ambigu 11

994 81 7
                                    

Sorry

Kedua gadis itu berjalan dengan tertawa sumbang, sekedar melontarkan lelucon ringan yang entah kenapa tetap asik untuk di nikmati, bahkan terlihat idiot.

"Siena bro!" ucap Sandi menyikut Raga agar cowok itu melihat Siena yang berjalan dengan Siva.

"SIENA!" panggil cowok rapi mendahului Raga yang sudah hampir memanggil Siena.

"Kalah cepet sama domba impor," ucap Sandi menepuk bahu Raga.

Sial. jengkel Raga membatin.

"Kevin, ada apa?" tanya Siena saat cowok tampan itu menghampirinya dengan senyum lebar.

"Kemarin kenapa nggak berangkat?"

"Owh... aku sakit," jawab Siena kaku.

"Sakit? sakit apa?" hawatir Kevin.

"Cuma demam kok," jawab Siena menggaruk tengkuknya malu.

"Oh, untung sekarang kamu berangkat, soalnya aku mau ajak kamu latihan panah, bu Qori yang minta," jelas Kevin.

"Loh kenapa? kok aku?"

Siva yang sedari tadi di sebelah Siena merasa terabaikan, seperti tiang listrik yang tidak pernah pindah.

"Soalnya kamu nggak ikut ekskul apa-apa, jadi guru suruh aku buat latihin kamu panah, kamu nggak tertarik? atau mau yang lain?" tanya Kevin tampak perhatian.

"Suka kok suka," jawab Siena tidak enak.

"Ya ampun gue di laletin nih," sindir Siva sengaja.

"Eh sorry, sampai lupa ada kamu disini," ucap Kevin tidak enak.

Kurang gede apa gue?. batin Siva.

"Ya udah sampai ketemu nanti di ruang olahraga, ya."

"Ok!" jawab Siena saat Kevin berlalu pergi.

"Memanah? gue banget tuh, apalagi yang ngajarin bening kayak Kevin, seneng deh, batin lo pasti gitu 'kan Sie?" tebak Siva langsung dapat jitakan keras Siena.

"Gue nggak kaya lo!" ucap Siena berdecak.

"Kayaknya Kevin suka sama lo, lo juga keliatan salting, jangan-jangan..." curiga Siva memicingkan mata.

"Gue salting itu gara-gara kejadian waktu kencan, taro mana muka gue, pas Kevin tau gue kencan sama mahluk astral itu."

"Dari pada Kevin si tetep Raga gue yang nomer satu," ucap Siva menahan tawa.

"Terserah lo aja deh," cuek Siena kembali berjalan namun tas punggungnya tiba-tiba di tarik ke belakang hingga terlepas darinya.

Siena hendak marah sebelum melihat wajah jahil Raga, setelah melihat kalau itu ulah Raga, Siena mengurungkan niatnya, karena tidak mau terlihat banyak berinteraksi dengan Raga, meski Raga terus menjahilinya di depan Siva.

"Biar aku bawain ke kelas, kalo nolak terima resiko," ucap Raga cuek.

"Raga! balikin tas aku!" seru Siena namun Raga terus berjalan tanpa memperdulikan ucapan Siena.

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang