Bukan Ambigu 22

732 63 6
                                    

Gadis itu mengelap keringat yang membanjirinya hingga di dagu, padahal hanya latihan memanah, tapi seperti lari marathon empat kilo. Hari ini Siena memang berlatih sendiri, karena Kevin tidak bisa melatihnya, dari pada jam kosong, dia memilih latihan.

Merasa haus, Siena pergi ke kantin, membeli satu botol mineral dan langsung meneguknya. Mata Siena melihat Siva yang sedang makan dengan temannya, persahabatan mereka benar-benar hancur karena salah paham. Siena juga tidak mau mengganggu ketenangan Siva sekarang, jauh lebih baik mengisi perutnya agar tidak maag.

Alien kemana, ya? Tumben nggak nongol, biasanya ada dimana-mana, EH NGAPAIN GUE NYARIIN RAGA. geleng Siena merasa bodoh atas pikiran kacaunya.

Setelah piring ciloknya datang, Siena langsung menusuk cilok dengan garpu, memakannya pelan namun pasti agar perutnya terisi.

Siena mendongak ketika kursi di hadapannya di tarik seseorang, dengan wajah polos, Raga mengambil garpu dan ikut memakan cilok di piring Siena.

Siena, jangan terpengaruh. batin Siena mengingatkan, karena mulutnya hendak mengomel, tapi dia ingat apa tujuannya.

"Makan aja, aku kenyang," ucap Siena menyodorkan piring cilok ke hadapan Raga.

"Maunya berdua," ujar Raga.

Siena melirik Siva yang tengah memperhatikan Raga dan dirinya, dia harus bisa membuat Siva percaya kalau dirinya tidak ada apapun dengan Raga.

"Kenyang," ucap singkat Siena membuat Raga mengernyit, tidak bisanya gadis itu pelit bicara.

"Kamu sakit?" tanya Raga memiringkan kepalanya.

"Nggak."

Perasaan gue aja atau emang nih anak jutek jadi kek tembok si?. batin Raga.

"Ya ampun. Lagi buat pacaran, ya? Nggak jadi duduk bareng deh," ujar Sandi lalu duduk di tempat lain.

Tai, temennya sama aja. batin Siena.

"Makan! Baru juga kamu nusuk berapa biji, udah kenyang aja, nanti maag kamu kambuh."

"Hemmm," gumam Siena semakin membuat Raga bingung.

Rindu membuat masalah dengan Siena, Raga memiliki ide jahil agar gadis berambut lurus itu bisa kembali seperti biasa, marah-marah, itu yang Raga inginkan.

"Mukanya mupeng, pengin di suapin apa pengin di nikahin?" tanya Raga jahil.

Tahan, tahan. batin Siena yang hampir meledak.

Siena hanya menjawab dengan mengedikan bahunya acuh. "Wah maksa nih namanya," gumam Raga lalu menyuapi Siena, namun, gadis itu menutup mulutnya rapat.

"UWAAAAHHH UDAH SUAP-SUAPAN AJA, SIKAT BOS!" teriak Sandi heboh.

Kini semua anak di kantin memperhatikan Siena dan Raga, jujur saja Siena ingin menendang wajah orang di hadapannya yang selalu saja membuat masalah.

"Nggak laper!" ucap Siena bangkit namun tangannya di tahan oleh Raga.

"Nanti maag kamu kambuh, kalo kamu males ada aku di sini, aku pergi asal kamu makan."

"SO SWEET GILAK!" teriak Sandi, provokator terbaik.

Siena memutar bola matanya malas. "Sok care banget, dasar caper!" ketus Siena.

Semua yang ada di kantin sudah mencie-ciekan mereka, membuat Siena semakin salah saja di hadapan Siva.

"Makan atau aku paksa!" ancam Raga.

"CIE CIE!" Riuh suara di kantin membuat Siena mendengkus.

"Bodo!" acuh Siena lalu pergi dari kantin, menjauh dari ulah Raga yang akan semakin membuat hubungannya dan Siva berantakan.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now