Bukan Ambigu 7

1.1K 80 13
                                    

"Siva tunggu please! kita perlu bicara!" panggil Siena saat Siva meninggalkan Siena begitu saja.

"Siva!" akhirnya Siva berhenti dan mencoba memberi Siena waktu untuk bicara.

"Lo marah sama gue? karena ulah Raga hari ini?" tanya Siena yang tak di jawab Siva, karena Siva merasa Siena sudah tau alasannya marah.

"Cuma karena cowok resek itu bilang mau kerumah gue? yang ngasih dia alamat siapa? elo kan?" ucap Siena mngingatkan.

Siva kini tampak meluluh, memamg benar, semua berawal dari Siva, Siva yang memaksa Siena ikut turnamen, dan Siva juga yang mengorbankan Siena untuk mendapatkan kontak Raga, tidak pantas jika Siva begitu bersikap egois, tapi rasa cemburu membuat Siva kesal, meski Siena sudah mengatakan kalau Raga hanya usil pada Siena.

"Iya si, ini semua salah gue juga." ucap Siva pada akhirnya setelah diam beberapa saat.

"Dan lo harus tau, gimanapun caranya gue harus bisa nyingkirin cowok tengil itu dari lingkungan gue." ucap Siena membuat Siva melotot.

"Maksudnya di bunuh?" tanya Siva begitu terkejut.

"Maksud gue supaya dia gak ganggu gue lagi, berurusan sama Raga bikin reputasi gue berantakan tau gak!" kesal Siena.

"Lo harus yakinin gue kalo lo gak akan suka sama Raga, biar sekalipun Raga bersikap manis sama lo gue gak akan cemburu." ucap Siva ingin mendengar ketegasan dari Siena.

"Raga itu bukan selera gue, udah badung, gak punya prestasi, berantakan, cowok urakan, nyebelin, gak ada bagus-bagusnya dari tuh cowok, gue gak mungkin suka sama dia."

"Yei, gue percaya kok sama lo!" senang Siva memeluk sahabatnya itu sebentar.

"Jangan marah sama gue lagi kalo dia bikin ulah, dia kayak gitu cuma mau cari masalah sama gue, kalo dia bukan cowok yang lo suka, udah gue cekik tadi siang."

"Jangan dong, kasian bebeb Raga, gue gak bisa hidup tanpa dia." ujar Siva nyengir.

"Gue rasa lo perlu di rukyat deh!"

"Hehe gak papa asal rukyatnya sama Raga." kekeh Siva membuat Siena mendengus, meski tetap membiarkan Siva menyukai cowok urakan seperti Raga.

"Ya udah gue pulang dulu, soalnya mau jemput Samuel."

"Ok sampai besok ya!"

________

Kedua kakak adik itu sampai di halaman rumahnya, dengan Siena yang bersusah payah memarkirkan motor matic-nya.

"Oi Narto, bantuin aku kenapa! jangan gadget mulu!" kesal Siena saat mendorong motornya sendirian.

"Naruto kak bukan Narto tukang cilok di sekolah kakak!" jengkel Samuel langsung masuk kerumah tanpa membantu Siena.

"Ih dasar! punya adek kok begitu banget si!" kesal Siena masih memegangi motornya.

Siena kembali mendorong motornya agar masuk ke area halaman, karena beban motor tidak sebanding dengan tubuh mungilnya membuat Siena kesulitan.

"Sini aku bantuin." suara itu membuat Siena tersentak, senyum miring dan jahil kembali Siena lihat dan membuat Siena langsung sakit asma.

"Gak usah." sinis Siena menyingkirkan tangan Raga dari motornya, namun karena halaman sedikit menanjak membuat Siena oleng karena keberatan, dengan cepat Raga menggapai motor Siena yang nyaris jatuh, namun Raga malah membiarkan Siena terjatuh sampai terduduk.

"Aw!" pekik Siena.

"Makanya kalo mau di bantuin cogan jangan nolak!" kekeh Raga menahan tawa.

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang