Bukan Ambigu 28

297 54 11
                                    

Cintaku Ambigu

Setelah kejadian tadi pagi di sekolah, Raga merasa Siena akan menerima dirinya untuk memasuki hidupnya. Bukankah kejadian tadi pagi membuktikan kehawatiran Siena padanya.

Raga bisa melihat mata hawatir Siena saat itu. Tatapan berkaca-kaca gadis manis itu yang membuatnya merasa dihawatirkan.

Saat itu Raga dikeroyok di pertigaan jalan menuju sekolah. Siena melintas dan melihat Raga tengah dipukuli oleh empat anak sekolah lain. Melihat itu Siena turun dari taksi. Namun, sudah terlambat, karena Raga sudah terluka hingga lengannya harus diperban sekarang.

"Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Siena saat melihat Raga tersungkur.

"Aku masih ganteng kok. Mukanya nggak usah hawatir gitu," kekeh Raga meski dirinya masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Nggak lucu!" ketus Siena yang berkaca-kaca melihat keadaan Raga yang mengeluarkan darah lewat hidungnya.

"Sie, sebelum aku mati--"

"NGOMONG APA SI? PAK TOLONGIN!" teriak Siena memanggil sopir taksi untuk membantu Raga.

Saat menuju rumah sakit, Raga tiduran di pangkuan Siena. Bahkan gadis itu mencoba membersihkan darah yang keluar dari hidung Raga.

"Sok jagoan, mampus!" kesal Siena terus membersihkan luka Raga dengan mendumal.

"Makasih."

"BODO! Kenapa nggak lawan?" protes gadis itu, yang sebenarnya cukup takut dalam hatinya.

"Mereka orang lemah," jawab Raga menyepelekan lawannya.

"Kok kamu kalah?"

"Aku ngalah, karena mereka lemah. Kalo mereka kuat, mana mungkin bawa temen."

"Aku mau pingsan dulu, ya? Jangan nangis." Itu ucapan terakhir Raga lalu menutup mata.

Meski menutup mata, Raga bisa mendengar teriakan Siena yang histeris menghawatirkannya.

"RAGA! Raga please jangan bercanda, nghak lucu! PAK BURUAN!"

"Raga bangun, maaf kalo aku kasar, aku cuma nggak tau gimana caranya bersikap manis sama kamu, aku mohon bangun, bangun Ga!" isak Siena merasa bersalah.

Setelah itu Raga tidak dengar apa pun lagi, dan hingga akhirnya dirinya siuman dengan cepat di rumah sakit.

Entah kekuatan apa yang membuatnya ingin cepat bangun, dan akhirnya mengantarkan dirinya ke rumah Siena sekarang, masih dengan lukanya.

Raga melihat jendela kamar Siena dari halaman depan, menatapnya penuh harap, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku, mengetik sesuatu untuk dikirim.

Raga: Aku di depan rumah kamu, mau lamar kamu :-)

Raga tersenyum sambil menatap jendela kamar Siena, menunggu balasan dari sang pemilik rumah.

Siena macan jinak: DASAR GILA! BODO AMAT!

Raga terkekeh sambil mengetik.

Raga: Aku masuk kerumah

Siena macan jinak: BODO! DASAR TAI KEBO

Siena mendengkus. Gadis itu tau Raga hanya meledeknya, lalu jika dia terjebak, pemuda itu akan menertawakannya. Siena tau itu, Raga orang tidak punya kerjaan.

Meski jujur saja, perasaan Siena jadi tidak karuan membaca chat Raga, otaknya memanas tiba-tiba, dan jantungnya bertedak tidak wajar. Ia bahkan tidak mengerti kenapa merasakan hal begitu.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now