Bukan Ambigu 15

812 74 12
                                    

Durhaka

Dirinya sudah rapi dengan seragam dan tas gendongnya, adiknya sudah memanggil-nya bagai jin botol, memohon pertolongan.

"Buruan kak!" seru Samuel membuat Siena yang berjalan di tangga memutar matanya malas.

"Emang udah ada taxi nya?" tanya Siena memakai kaos kaki.

"Udah dong. Mana sopirnya ganteng lagi," ucap Samuel tersenyum lebar, namun Siena acuh.

"Berangkat dulu, ya, Mah!" teriak Siena dan Rina menjawab lirih karena sedang ada di dapur.

Samuel sudah mendahuluinya, Siena masih bersusah payah memakai sepatunya. Saat Siena mendongak, gadis itu melihat Samuel masuk kedalam mobil yang tak asing baginya. Siena mengernyit, bagaimana mahluk astral itu bisa menjemputnya?

Samuel Tai. batin Siena.

"Ayok kak buruan!" teriak Samuel tidak sabar.

Siena pun berjalan malas menghampiri Samuel yang sudah di dalam mobil.

"Kakak naik angkot aja!" ucap Siena namun tangannya di cekal Samuel.

"Naik atau di hukum!" ucap Samuel menakuti.

Melihat jam di ponselnya, Siena merasa Samuel kali ini benar, meski durhaka. Siena pun masuk kedalam mobil, duduk di sebelah kursi pengemudi, itu artinya harus bertatap muka dengan cowok yang ia hindari.

"Yang minta di jemput kok malah mau naik angkot, gak salah? Udah di jemput beneran loh," ucap Raga membuat Siena membulatkan mata.

"Dih, siapa juga yang minta jemput?" elak Siena karena merasa tidak melakukan apapun.

"Ya ampun jaim banget karena ada adeknya. Nih baca sendiri, udah bilangnya 'sayang' lagi." Raga memberikan ponselnya agar Siena membaca sendiri pesannya.

Masa depan: Sayang, besok jemput aku ya, pengin berangkat bareng.

Sudah bisa di tebak, jika kemarin Samuel membajak ponselnya, Siena melihat Samuel yang sok sibuk dengan game di ponselnya.

"SAMUEL!" bentak Siena.

"Jangan ganggu! Sam nggak ada!" ucap Samuel tidak ingin di ganggu sekaligus menghindar dari amukan macan.

"Ini bukan aku ya, ini semua ulah Sam." Tegas Siena.

"Nggak peduli! yang jelas itu kontak kamu yang ngirim," jawab Raga acuh sambil mengemudikan mobilnya.

Siena terdiam, rasanya percumah mengelak pada Raga, cowok itu takan peduli siapa yang mengetik, yang Siena pikirkan malah nama kontaknya di ponsel Raga, 'Masa depan' , seolah menegaskan bahwa Raga memang menyukai Siena, hal paling konyol yang pernah Siena rasakan.

Jelas Siena harus menjauhi Raga, tapi dengan cara apa? Sudah di hina saja cowok itu tidak sakit hati, Siena ragu kalau Raga adalah manusia, seharusnya saat Siena menghina Raga, Raga langsung menjauh karena merasa di jatuhkan atau bahkan merasa sakit hati, ini? Raga dengan acuhnya tetap membuat masalah dengan Siena, bahkan sengaja seperti motornya kemarin.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now