Bukan Ambigu 41

288 35 32
                                    

Mata Itu

Gadis itu setengah berlari setelah keluar dari taksi. Namun, dia berhenti begitu saja ketika melihat semua anak memakai seragam lengkap dengan dasi. Siena berdecak, karena dia menemukan kekurangan dalam pakaiannya. Siena lupa tidak memakai dasi, sudah pasti hari ini dia akan dapat hukuman.

Gadis itu masih di luar gerbang, bingung harus bagaimana. Masuk atau tidak? Sudah pasti Bu Qori akan memarahinya.

"Gimana, nih?"

Bug

Saat berbalik badan, Siena tak sengaja menabrak tubuh kekar seseorang, seketika dia mendongak, dan cowok itu tengah menatapnya bingung.

"Kenapa?" tanya Raga membuat Siena setengah mendelik.

Siena tidak tahu harus bagaimana, kejadian kemarin masih membekas di hatinya. Rasa canggung benar-benar menyiksa. Siena berharap Raga bisa mencairkan suasana canggung yang terjadi. Namun, sepertinya itu tidak akan mungkin, karena pemuda itu juga sedikit gengsi.

"Em, nggak apa-apa," jawab Siena setengah menunduk.

Raga memperhatikan gadis itu, dan langsung mengerti sikap gelisahnya. Pemuda itu mengambil dasinya di tas, lalu dengan lancang menarik kerah baju Siena, membuat gadis itu mendelik karena terkejut.

Raga terus memasangkan dasi itu di kerah baju Siena dengan sigap, sedangkan Siena menegang karena menatap Raga begitu dekat. Sedikit kesal karena Raga bersikap seenak hatinya, tidak memperdulikan kondisi sekarang, bahwa banyak siswa melintas bahkan melihat kegiatan mereka.

"Selesai." Raga menyelesaikan pekerjaanya dengan baik.

"Kamu gimana?" tanya Siena memegang dasi yang terpasang di lehernya.

"Udah biasa dihukum," jawab Raga enteng.

Siena hanya mengulum bibirnya, bingung harus bersikap seperti apa, rasanya seperti baru mengenal Raga saja.

Kini pemuda itu berjalan lebih dulu, disusul Siena yang berjalan di belakangnya.

"RAGA!" Teriakan itu membuat Siena memejamkan matanya, karena dia tahu suara itu adalah alarm riwayat yang akan tamat.

"Pagi Bu Qori," sapa Raga dengan manis.

"Pagi juga. Lari lapangan sepuluh kali setelah upacara!" ucap Qori sempat membalas sapaan Raga.

"Siap!" jawab Raga setengah bercanda.

Raga menoleh pada Siena, tersenyum tipis lalu berlari meninggalkannya. Siena tidak mengerti kenapa Raga melakukan itu, apa mungkin pemuda itu kembali peduli padanya.

Siena mengedikan bahunya lalu melangkah ke kelasnya, melihat Siva yang tengah mengobrol dengan seseorang terlihat begitu akrab.

"Hai, Sie." Siva menyapa ramah, tetapi yang disapa malah tengah bingung.

"Tadi Raga–"

"Kenalin ini Fahri. Lo tau, kan?" potong Siva yang memang sudah tidak mau berhubungan lagi dengan Raga, padahal Siena hendak memberitahu kalau Raga akan dihukum.

Bukan AmbiguWhere stories live. Discover now