Bukan Ambigu 3

1.5K 110 5
                                    

Feeling

Pagi baru saja menyambut, namun di sekolah malah sudah di sambut kehebohan mading, Siena merutuki dirinya sendiri saat membaca isi mading, semua siswa siswi memberinya selamat, meski Siena sudah mengatakan tidak akan kencan, namun semua orang sudah terlanjur percaya pada berita panas pagi ini.

Dengan wajah pucat dan tubuh lemas Siena duduk sendirian dikelas, sang sahabat entah pergi kemana, padahal Siena membutuhkan penyelamat.

Siena tidak bisa membayangkan jika dirinya benar-benar pergi kencan bersama Raga, bahkan harus bertemu dengan Kevin, cucu pemilik sekolah, Siena merasa sangat malu jika ketahuan ikut turnamen gila itu, apalagi dirinya ikut untuk bisa kencan dengan Raga, rasanya reputasinya sudah rusak hanya dengan berurusan dengan cowok berandal sekolah yang tidak punya prestasi apapun itu.

Pikiran Siena terasa penuh, belum membayangkan kencan dengan Raga saja Siena sudah hampir gila, apalagi sampai nanti malam terjadi, Raga akan menjemputnya kerumah, hal paling gila yang pernah dia lakukan adalah membawa teman pria kerumah.

"Tunggu! Raga kan gak tau rumah gue, hahaha gue masih ada kesempatan buat menghindar, yes!" seru Siena girang.

"Untung gue pinter, hihi." lega Siena.

________

Gadis itu hanya mondar-mandir dengan menggigit kukunya, rasanya sangat bingung harus masuk kelas sakral paling kumuh di sekolah atau tidak.

"Gue harus masuk, demi sahabat gue!" ucap Siva bertekad.

Dengan kaki sedikit gemetar Siva masuk kedalam kelas yang terkenal sering ricuh itu, sedikit mengambil nafas panjang Siva berjalan mendekati tiga cowok yang tengah berkumpul.

"Selamat pagi." ucap Siva langsung membuat ketiga cowok itu menoleh pada sumber suara, Sandi dan Rama langsung menyingkir agar Raga bisa melihat siapa yang datang.

"Oh kamu yang kemarin ikut turnamen ya? temennya Siena? ada apa?" tanya Raga tetap duduk di tempatnya.

"Em itu, em apa itu, em anu, soal Siena, bisa di pikirin lagi gak? Siena gak bisa kencan sama kamu, jadi gimana kalo aku gantiin dia? em aku rela kok ngapain aja, gak usah kencan mewah, ke Monas aja gak masalah." ucap Siva melawan rasa gugupnya.

"Kamu gak usah hawatir, aku bakal jaga temen kamu itu, lagian cuma kencan biasa." ucap Raga meyakinkan karena sejak kemarin Siva terus memohon agar bisa menggantikan Siena, bisa Raga lihat, memang gadis dihadapannya yang paling berharap bisa kencan denganya, tapi malah Siena yang membuat Raga tertarik.

"Bukan soal itu, masalahnya..."

"Kamu mau tau gak kontak aku?" tanya Raga memotong.

Seketika Siva melotot, memang itu yang selama ini Siva cari, mana mungkin Siva menolak, tidak akan mampu. "Boleh?" tanya Siva sudah berteriak girang dalam hati.

"Boleh tapi ada syaratnya!" ucap Raga dengan lembut dan tatapan lucu bagi Siva, membuat Siva begitu terpesona dengan yang Raga tunjukan.

"Syaratnya, kasih tau aku dimana rumah Siena, dan kamu akan dapet kontak aku, kamu gak perlu gantiin Siena, karena aku cuma mau kencan sama dia, ngertikan maksudnya?" tanya Raga selembut mungkin karena Raga sadar yang di hadapanya itu gadis yang menyukainya.

Siva tertegun saat Raga bilang hanya ingin berkencan dengan Siena, seolah Raga memang mengharapkan itu bukan karena Siena pemenang turnamen, meski sedikit sakit tapi tidak ada yang bisa Siva lakukan, menolakpun Raga akan memiliki seribu rencana untuk tau alamat Siena, sepertinya tidak ada salahnya menerima tawaran Raga, meski cemburu, Siva tau Siena takan menyukai Raga.

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang