Bukan Ambigu 24

548 61 16
                                    

Why

Kelas begitu hening, hanya suara kedua gadis yang kini tengah beradu mulut memenuhi kelas. Siena sudah menangis atas tuduhan Siva, dan Siva terus saja menindasnya, membuat semua orang semakin salah paham.

"PENGHIANAT! Lo deketin Kevin, dan Raga juga lo deketin, mau lo apa, sih?" tanya Siva dengan amarah.

Sebelumnya, Siva sudah melempar foto Raga dan dirinya di cafe kemarin, membuat Siva semakin salah paham dengan foto-foto yang entah siapa yang mengambilnya.

"Itu nggak kayak yang lo liat, semua foto itu bohong Va," jelas Siena berulang kali.

Siena tidak mengira sahabatnya akan melakukan ini, mempermalukan dirinya di depan semua anak, seolah Siena begitu salah di mata Siva, padahal kenyataannya tak sama.

"Gue capek, gue nyesel temenan sama lo!" ucap Siva lalu pergi meninggalkan kelas, termasuk beberapa siswa yang tadi menonton mereka, kini hanya Siena yang berada di kelas, melihat foto yang telah di injak oleh Siva.

Tatapannya kabur karena genangan air matanya, isakan Siena tahan hingga membuat dadanya terasa sesak.

"Astaga, apa yang udah terjadi di sini?" tanya Kevin melihat kondisi kelas yang sedikit berantakan.

Kevin melihat Siena yang terdiam sambil menatap lantai. "Sie, kamu kenapa?" tanya Kevin mendekati Siena.

Siena tak menjawab, seolah ada penghalang yang tengah melukai tenggorokannya.

Merasa kasihan, Kevin menarik tubuh Siena kedalam pelukannya. "Nggak apa-apa, apa pun itu, aku yakin cuma salah paham," ucap Kevin lembut.

_________

Gadis itu meringkuk di dalam selimut, rumah terasa sepi karena kedua orang tuanya tengah pergi keluar kota, hanya Samuel yang menemaninya di rumah. Namun, itu tidak bisa membantu agar mood Siena lebih baik, pikirannya masih memutar ucapan Siva di sekolah tadi siang, rasanya seperti petir menyambar telinganya, ucapan kebencian sudah Siva lontarkan yang tidak sengaja sudah melukai perasaan Siena.

Jika memang Siena yang salah, dia berhak menerima tuduhan Siva, tapi dia merasa sangat terluka dengan ucapan gadis itu yang menurut Siena begitu egois.

"Raga emang biang kerok, dia udah mempermainkan perasaan cewek."

Ucapan Kevin kembali terputar, jujur saja, Siena tidak menyalahkan Raga, entah dengan alasan apa, dia percaya Raga tidak berniat mempermainkan, hanya saja, keadaanya memang membuat semuanya terlalu rumit.

Merasa lelah dan lapar, Siena menyibakkan selimutnya. Jam menunjukan 10 malam lewat. Siena mengintip kamar Samuel, terlihat Samuel yang memakai selimut membelakanginya.

"Dasar kebo!" gumam Siena lalu masuk ke dalam kamar adiknya itu.

Siena melihat beberapa komik berceceran, membereskannya sejenak sebelum mengecek Samuel yang terlelap.

"Udah makan belom, nih anak?" gumam Siena.

Siena mendekati Samuel, hendak membangunkan Adik lelakinya iti dengan menyentuh tangannya. Namun, tangan Samuel sangat dingin membuat Siena terkejut.

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang