Bukan Ambigu 12

963 69 5
                                    

Siena menguap lebar, buku pelajaran baru saja ia tutup, dan merasa sudah sangat ngantuk di jam tujuh malam ini, namun notifikasi meluncur di ponselnya, membuatnya harus membukanya lebih dulu sebelum tidur.

Cowok Ambigu: Udah tidur? om Arman sama tante Rina nunjukin foto masa kecil kamu, nggak mau protes?

Siena mendelik membaca pesan Raga, seketika Siena yang sudah memakai piyama bergambar keropi itu berlari, hingga sampai dirinya melihat pucuk rambut Raga dan mendengar tawa cowok itu.

"Ngapain si dia kesini?" gumam Siena.

Siena hanya mengintip dari atas tangga, namun Raga tak sengaja melihat rambut panjang Siena yang tergerai ke bawah, membuat Raga berfikir jahil.

"Om, Tante, kayaknya aku liat ada mbak kunti di tangga deh," ujar Raga sengaja keras agar Siena dengar.

"Apa? mbak kunti? dia liat gue? dia ngatain gue?" jengkel Siena.

"Keliatan sayang," ucap Arman terkekeh geli.

Siena mendengus mendengar tawa Raga dan Samuel yang terdengar mengejek di telinga Siena, dengan wajah datar, Siena turun dan menemui mereka semua.

"Cie yang nggak bisa naik sepeda," sindir Raga yang sudah melihat dan mendengar cerita konyol masa kecil Siena.

"Mamah!" jengkel Siena protes karena mamanya menceritakan semua pada Raga.

Rina hanya terkekeh melihat putrinya yang manyun. "Mamah cuma jawab apa yang Raga tanya," elak Rina.

"Udah sini duduk. Kita nonton film India aja." Arman menepuk sofa di sebelah Raga.

Dengan wajah malas Siena duduk di sebelah Raga, karena Samuel sudah sibuk dengan laptopnya, sedangkan kedua orang tuanya malah bernyanyi mengikuti film India yang mereka tonton dengan fasih.

"Ma, Pa, bisa nggak sih... nggak usah ikut nyanyi." cela Siena karena malu.

"Biar mendalami nontonnya sayang," jawab Rina membuat Siena mendengus.

"Kebanyakan nonton film India. kalian nggak liat waktu dan tempat," jengkel Siena.

"Loh, emang kenapa? Raga senengkan bisa denger kita nyanyi?" tanya Arman dengan alis yang di naik turunkan.

"Iya Om, seneng kok, apalagi kalo Raga bisa gitu juga." Raga melirik Siena.

"Ish, udah ah, ayo ikut aku!" ucap Siena menarik lengan Raga, menariknya keluar rumah, meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah hanyut ke dalam alur cerita film kesukaan mereka.

"Udah berani narik-narik sekarang. jantung aku jadi berdetak nggak normal nih, tolong di cek, takut kena serangan cinta," ucap Raga membuat Siena langsung melepas lengan Raga lalu mengelapnya di baju Raga.

"Ngapain si kamu sering kesini?" tanya Siena terlihat sangat tidak suka.

"Sejak pertama kali kesini, aku udah naksir sama isi seluruh rumah ini," jawab Raga jujur.

"Termasuk penghuninya, yang di kamarnya ada poster BTS gede banget," lanjut Raga membuat Siena mendelik.

Kok mahluk astral ini bisa tau?. batin Siena heran.

"Kok kamu tau? jangan bilang kamu pernah menyelinap ke kamar aku?" tanya Siena memicingkan mata.

"Apa yang nggak aku tau dari kamu? semuanya aku tau."

"Itu baru isi kamar kamu, isi hati kamu aja aku tau," timpal Raga membuat Siena merasa curiga kalau Raga benar-benar meramal.

"Apa coba?" tanya Siena setengah takut.

"Suka kangen sama orang tapi nggak mau ngaku, suka hawatir sama orang tapi nggak ngaku, suka pengin bales chat panjang tapi di tahan, suka pengin ketawa bareng tapi gengsi," ucap Raga tepat sasaran, Siena memang sering melakukan itu tanpa di sadari, tapi bagaimana Raga bisa tau?

Siena hendak menyanggah, tapi rasanya begitu sulit, karena ucapan Raga membuatnya seperti tertangkap basah saat mencuri timun tetangga.

"Mupeng!" sindir Raga.

"Enggak tuh!" elak Siena.

"Nggak usah kaya Sakura, meski dapetin Sasuke pada akhirya, tapi Sakura banyak ngalamin rasa sakit."

"Maksudnya apa?" tanya Siena merasa ucapan Raga terlalu ambigu.

"Bukan apa-apa," jawab Raga tersenyum, Raga hanya tidak mau membuat Siena langsung mengerti apa maksudnya, hanya saja perlahan tapi pasti adalah pendirian Raga.

"Nggak jelas, pulang aja sana!" usir Siena.

"Kak! mau nonton Naruto nggak? udah mulai," tanya Samuel pada keduanya.

"Enggak!" jawab Siena dan Raga bersamaan.

"Dih jodoh masa depan, ngomong aja barengan," sewot Samuel dan tidak sengaja menabrak tubuh Siena hingga menabrak Raga, spontan Raga menangkap tubuh Siena.

Bukan acara tatap mata seperti di sinetron, tapi terlanjur wajah mereka dekat, membuat otak manusia sulit berjalan cepat dalam keadaan seperti itu, hidung mancung Raga menyentuh hidung Siena hingga membuat Siena menutup mata dengan rapat dengan tubuh yang masih mencondong pada Raga.

"Ekhem! ngarep apa?" tanya Raga dengan jahil, seketika Siena mendorong tubuh Raga lalu menepuk bajunya spontan.

Bukan hanya Siena yang salah tingkah, karena Raga juga demikian, meski cenderung Raga masih bisa menyembunyikan rasa gugupnya.

"Kenapa tutup mata segala?" jahil Raga dengan sengaja.

"Eng-nggak!" elak Siena merona.

Melihat Siena yang terlihat gugup dan salah tingkah membuat Raga tersenyum geli. "Kok mukanya kaya ngarep di cium tadi?" ucap Raga terkekeh geli membuat wajah Siena benar-benar panas.

"Apaan si! dasar cowok sableng!" elak Siena menghentakan kakinya masuk ke rumah namun Raga menarik lengan Siena membuat Siena berbalik menghadap Raga, dengan lencang Raga mencium kening Siena singkat namun pasti, membuat Siena terpaku tanpa ingat bagaimana cara bernafas dengan benar.

"Mau go home, bye!" ucap Raga setelah berhasil membuat Siena seperti patung, mematung melihat Raga pergi.

Siena berdiri di ambang pintu, hingga Arman menemui Siena. "Sie, kamu ngapain di ambang pintu sih? Raga mana?" tanya Arman.

"AAAAAAAKKKK!" teriak Siena lalu berlari ke kamar membuat Arman kebingungan.

Siena menutup pintu, lalu meraih selimut dan menggulung dirinya di dalam selimut hingga begitu gelap.

Ya ampun tadi itu apa? apa? mahluk astral itu cium kening gue? BERANI-BERANINYA DIA!.

"Dia cari mati sama gue? beneran, gue gibeng dia! nyari masalah sama gue! aaaaakk kenapa dia ngelakuin itu!" Siena menendang-nendangkan kakinya asal, frustasi mengingat kejadian tadi.

Sebenarnya apa yang Siena pikirkan tidak sinkron dengan hatinya, suka? tidak akan pernah, menjengkelkan dan kesal adalah rasa terpuncak Siena.

"Nggak mungkin Raga suka sama gue, gimana sama Siva? Raga kayak gitu karena badboy, bukan karena suka sama gue!" ucap Siena Ragu.

Siena tidak mengerti dengan tingkah Raga padanya selama ini, semua terlihat normal, meski saat itu Raga sempat mengatakan 'Milik ku' seolah Siena miliknya, tapi Siena tidak mau pusing masalah itu, Siena hanya berharap Raga jahil padanya hanya karena ke-isengan saja, karena Siena tidak mau membuat Siva kecewa.

Siena harus menjauhi Raga mulai saat ini, apapun caranya, Siena akan membuat Raga membencinya, hanya itu yang Siena bisa lakukan agar cowok itu berhenti mengganggunya.

_______

kurang feel ya?
iya tau, lagi males ngetik aku, ya ampun
mohon di maklumi

Masih oleng juga, karena abis liburan ke jogja.
Kalian gimana liburannya?

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang