Bukan Ambigu 33

230 38 60
                                    

Siena menghela napas. Hari ini dirinya tidak membawa motor, sehingga harus menunggu jemputan mamanya, lagi pula sekolah masih ramai membuatnya betah berlama-lama.

"Sie, ikut gue, yuk!" ajak Siva menarik lengan Siena begitu saja menuju motor Siva.

"Mau kemana?"

"Udah, ikut aja," jawab Siva memaksa.

"Kalo nyokap gue jemput, gimana?"

"Gue udah sms Mama lo supaya nggak jemput."

"Gila lo!"

"Emang!"

Siena mendengkus mendengar jawaban cuek Siva, terpaksa dia membonceng sahabatnya itu. Entah hendak kemana, Siena juga tidak peduli, lagi pula dirinya tidak mau ambil pusing.

Setelah sampai di sebuah rumah elit, Siena mengernyit. "Kita mau kemana, sih?" tanya Siena bingung saat Siva memarkirkan motornya di depan gerbang rumah mewah dua lantai itu.

"Lo pengin gue bahagia, kan? Udah diem aja," ucap Siva, lalu memanggil Satpam rumah itu. Siena hanya memandangi rumah itu hingga Siva menariknya masuk ke dalam rumah.

Samar Siena mendengar ocehan-ocehan tidak jelas dari ruang besar yang terletak di tengah.

"Hai semua!" sapa Siva.

"Hai," jawab Sandi dan Rama bersamaan.

Siena melotot ketika melihat siapa yang ada di sana, kedua cowok yang sedang asik nonton Naruto itu bukan masalah bagi Siena, tetapi keberadaan Raga membuatnya terganggu.

"Gue pulang aja, ngapain si lo ke sini?" bisik Siena, tetapi mendapat gelengan dari Siva.

"Gue kesini karena disetujuin sama Raga," bisik Siva.

"Duduk sini, lagi seru, nih. Anggep aja rumah sendiri," ucap Sandi sang pemilik rumah.

Siva menarik Siena duduk bergabung, yang membuat Siena heran ialah, Raga tidak menoleh. Bahkan terus bermain game di ponselnya, mungkinkah Raga sengaja agar tidak melihatnya?

Sandi menyikut Raga, tetapi cowok itu hanya bergumam. "Bisa aja ngindarnya, Bro," sindir Sandi membuat Raga mendongak, seketika pemuda itu menemukan manik cokelat yang menatapnya juga. Namun, Raga langsung berpaling, tidak mau menatap mata itu terlalu lama, karena itu akan membuatnya sulit untuk melupakannya.

"Lagi seru, nih, don't touch me, Beb!"

"Sok Inggris lo! Kebanyakan makan tikus, sih!" jengkel Sandi membuat Raga terkekeh.

Sebenarnya Raga tidak tahu kalau Siena datang, Raga juga tidak tahu kenapa gadis itu terus mencari agar bertatapan dengannya. Ia merasa Siena selalu menatapnya aneh.

Sejujurnya Raga mulai tidak fokus dengan gamenya, karena tatapan Siena membuatnya ingin kembali menatap manik itu dan memastikan keadaannya.

"Main apa, Ga?" tanya Siva yang memang selalu ingin tahu hal tentang Raga.

"Main make up+in cewek, kali aja besok bisa mainin langsung," jawab Raga terkekeh.

"Nggak pernah bisa diajak serius kamu, Ga!" kesal Siva memukul lengan Raga.

Siena yang melihat itu merasa nyeri, lubuk hati terdalam, gadis itu berharap bisa seperti Siva yang dekat dengan Raga, bercanda ria bersama pemuda itu. Nyatanya Siena hanya diberi waktu sebentar bersama Raga, memang dia sendiri yang memutuskan keadaan ini, tetapi tetap saja terasa sakit.

Bukan AmbiguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang