Jilid 134

1.4K 25 0
                                    

"Nelayan itu telah meninggalkan kampung halamannya, karena dia menyadari dengan diperolehnya Giok-sie. jiwanya terancam kematian. Banyak orang rimba persilatan yang memperebutkan Giok-sie.

"Mereka tentu tidak segan-segan akan membunuh si nelayan itu, kalau saja memang ada orang rimba persilatan yang sudah berhasil mencari tempat berdiamnya nelayan itu. Demikian juga dengan orang-orang kerajaan, para pahlawan Kaisar pun banyak yang mencari si nelayan......."

"Karena dari itu si nelayan telah pindah ke kampung lain, sebab dia menyadari bahwa keselamatan jiwanya tidak terjamin lagi! Dia menyadari juga kalau sampai dia dibunuh oleh orang kerajaan atau pun juga orang rimba persilatan, itu masih merupakan urusan kecil!

"Tapi yang berbahaya sekali, begitu Giok-sie berhasil ditemukan oleh orang rimba persilatan. Jelas mereka satu dengan yang lainnya akan memperebutkannya, korban yang berjatuhan akan banyak sekali!

"Alasan itulah yang menyebabkan si nelayan akhirnya harus menyingkirkan diri. Dia tidak mau kalau sampai Giok-sie itu menimbulkan korban, terlalu banyak meminta korban dalam jumlah yang besar.......!"

Kim Lo mengawasi si gadis selama orang bercerita itu melihat bibir si gadis yang bergerak-gerak betapa manisnya bentuk bibir si gadis.

Demikian juga cerita yang dikisahkannya sangat menarik sekali, Inilah menyangkut dengan urusan Giok-sie, sedangkan Kim Lo memang tengah menyelidiki tentang Giok-sie itu, juga tentang si nelayan yang beruntung memperoleh Giok-sie"

"Lalu bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?" Tanya si gadis sambil tersenyum.

Muka Kim Lo berobah merah.

'Tentang si nelayan?"

"Tentu saja dia kini berada di tempat yang selamat, dia sudah berhasil menyingkirkan diri di tempat yang sulit sekali di datangi sembarangan orang?"

"Benarkah itu?"

"Mengapa tidak benar!"

"Tapi di mana tempat itu sebenarnya?"

"Aku tidak bisa menyebutkannya di sini. Tapi aku pasti nanti memberitahukan kepadamu. Kau tentu bisa mengetahui bahwa di sekitar tempat ini ada telinga yang tengah mendengarkan. Bukankah dinding saja bertelinga!"

Kim Lo menghela napas.

"Baiklah, tapi kukira memang tempat itu sendiri kau belum mengetahui, kau tengah mengulur waktu. Kalau benar-benar kau mengetahui di mana beradanya si nelayan, kau boleh memberitahukannya kepadaku dengan perlahan dengan berbisik.

Muka si gadis berobah merah.

"Kau kira kau ini pacarku, sehingga perlu bisik-bisik!" Kata si gadis.

Muka Kim Lo berobah merah, dia segera menyadari bahwa dia telah salah bicara.

"Baiklah jika memang demikian kau keberatan, maka bisa saja kau memberitahukannya lewat tulisan."

"Hemmm, kau harus sabar jika memang ingin mengetahui di mana beradanya nelayan itu. Aku berjanji nanti akan memberitahukannya sesuatu yang sama pentingnya. Nah, maukah kau ikut bersamaku untuk pergi ke suatu tempat?"

Sambil bertanya begitu si gadis memandang Kim Lo dengan tajam. Lenyap senyumnya, sikapnya sungguh-sungguh.

Kim Lo ragu-ragu.

"Untuk apa?" Tanya Kim Lo kemudian.

"Tentu saja untuk menunjukkan kepada kau sesuatu yang sama pentingnya dengan urusan Giok-sie itu!"

"Ohh......!" Kim Lo ragu-ragu lagi, ia berdiam diri saja beberapa saat.

Si gadis mengawasinya, ia tertawa lagi.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang