Jilid 99

1.8K 35 1
                                    

Hui-houw-to tidak memanggil. Dia berdiam saja mengawasi si pendeta tengah bersemedhi itu sampai akhirnya Tang-ting Hweshio membuka matanya.

"Siancay! Siecu sudah tersadar? Bagaimana perasaan siecu? Lebih segar?!"

Hui-houw-to mengangguk dengan perasaan berterima kasih.

"Benar Taysu, lebih sehat!"

"Luka di dalam tubuh siecu telah sembuh, siecu sudah boleh duduk, namun belum boleh mempergunakan tenaga yang berlebihan, disamping itu, siecu masih lemah sekali........!"

Hui-houw-to mencoba duduk. Benar saja ia bisa duduk dengan baik. Malah perasaan sakit di dada dan di beberapa bagian anggota tubuhnya telah hilang. Cuma, seperti yang dibilang si pendeta, ia masih merasa lemas, seakan juga tenaganya belum lagi berkumpul semuanya.

Tang-ting Hweshio merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa macam obat, diberikan pada Hui-houw-to dan memberitahukan cara memakannya, di mana obat-obat itu harus dimakan teratur sampai habis selama sepuluh hari.

"Jika telah memakan habis obat ini, kesehatan tubuh siecu tidak akan kurang suatu apa pun juga!"

Hui-houw-to cepat-cepat bangun, dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada si pendeta.

"Terima kasih atas pertolongan Taysu....... aku berhutang budi pada Taysu..... berhutang jiwa, karena jiwaku telah diselamatkan oleh Taysu. Entah dengan cara bagaimana nanti akau membalas budi, Taysu?"

Si pendeta membanguni Hui-houw-to.

"Siecu jangan bilang begitu....... janganlah memperoleh suatu persoalan!" Menghibur si pendeta. "Memang menjadi kewajiban pinceng untuk menolongi siecu.

"Juga sudah menjadi kehendak alam dan Thian, bahwa pinceng bisa bertemu dengan siecu, sehingga pinceng bisa mengobati siecu. Dan berkat kemurahan hati Thian juga, maka siecu bisa disembuhkan.

"Coba, jika pertemuan itu berlangsung terlambat. Bukankah siecu tidak akan tertolong, walaupun pinceng mau untuk menolongi!"

Diwaktu itu Hui-houw-to mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan si pendeta, dia cuma mengangguk-angguk beberapa kali sambil mengiakan. Hatinya terharu sekali.

Sedangkan si pendeta banyak memberikan petunjuk kepada Hui-houw-to.

Waktu itu, tampak Hui-houw-to telah bilang: "Banyak yang telah dapat kupelajari dari petuah Taysu. Terima kasih untuk semua nasehat ini Taysu......!"

"Kemana rencana siecu sekarang?"

Melihat Hui-houw-to tergagap dengan jawabannya itu, si pendeta tersenyum.

"Siancay! Tentunya siecu bermaksud hendak pergi mencari Giok-tiauw Sian-lie?"

Hui-houw-to jadi berobah merah mukanya, tampaknya dia jengah sekali isi hatinya dapat diterka si pendeta.

"Benar Taysu!" Jawabnya agak malu-malu.

"Siancay! Apakah siecu masih tertarik hendak mengurus Giok-sie.......?"

Hui-houw-to jadi salah tingkah akhirnya dia bilang juga: "Sebetulnya, urusan ini tidak menyangkut langsung dengan urusan pribadiku, Taysu, justeru menyangkutkan dengan masalah kepercayaan.

"Jika pribadiku, aku sudah tidak mau mencampuri lagi urusan Giok-sie. Akan tetapi kepercayaan yang telah diberikan pemimpinku, maka aku harus menjaga kepercayaan itu sebaik-baiknya........"

Tang-ting Hweshio mengangguk-angguk beberapa kali.......

"Benar? Memang sebuah kepercayaan itu jauh lebih berat pertaruhannya dari dicintai. Jika memang seorang telah memperoleh kepercayaan, maka orang itu harus menjaga kepercayaan tersebut dengan demikian, barulah dia berarti hidup sebagai manusia! Siancay!

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang