Jilid 82

1.7K 36 1
                                    

"Bagus!" Kim Cie Sin-kay mengunjukan ibu jarinya tinggi-tinggi. "Tidak percuma aku berkenalan dengan kau, Siauwhiap. Memang benar julukan Pendekar Aneh Seruling Sakti cocok sekali buat kau!"

Pipi Kim Lo berobah merah.

"Kembali Locianpwe bergurau.

"Bukan bergurau, tapi bersungguh-sungguh."

"Baiklah locianpwe mari kita ke sana mungkin juga pelayan itu tidak melarang kita, dan kita bisa makan nikmat di dalam ruang rumah makan itu! Kalau memang dilarang, kita pun tidak kurang nikmatnya makan di luar rumah makan itu."

Kim Cie Sin-kay tertawa, mereka melangkah menghampiri rumah makan itu.

Ketika akan memasuki rumah makan itu, benar saja, mereka disambut oleh seorang pelayan.

Muka pelayan itu tidak enak dilihat, karena dia melihat si pengemis dengan mengerutkan alisnya.

Kim Lo tak memperdulikan sikap si pelayan, ia mengajak Kim Cie Sin-kay masuk terus.

Si pelayan menghadang di depan mereka.

"Tunggu dulu.......!" Kata si pelayan dengan tergagap.

Kim Lo menahan langkah kakinya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Toaya....... di rumah makan kami ini terdapat peraturan!" kata pelayan tersebut.

"Peraturan apa?" Tanya Kim Lo sambil mengawasi pelayan itu

"Kami telah terikat oleh suatu peraturan, bahwa setiap...... setiap..... pengemis dilarang masuk."

"Oh, peraturan itu! Baik! Biarlah kami tidak makan di dalam. Kau cepat ambilkan kami makanan, biar kami makan di luar!"

"Makan di luar?"

"Ya! Cepat ambilkan kami makanan!" Sambil berkata begitu, Kim Lo merogoh sakunya, ia mengeluarkan satu tail emas.

"Ini berjumlah empatpuluh sembilan tail perak. Nah, tentu ini lebih dari cukup untuk membeli beberapa ekor panggang ayam yang harum! Sisanya kau boleh ambil!"

Pelayan itu jadi kegirangan.

"Terima kasih, Toaya....... Terima kasih Toaya!"

Dia memanggil tamu ini dengan sebutan 'Toaya' tuan besar, karena dia tidak bisa melihat muka Kim Lo yang tertutup kain putih. Dia kegirangan sebab menerima hadiah yang tentunya berjumlah sangat banyak.

Tidak lama kemudian pelayan itu telah kembali membawa lima ekor ayam panggang, duapuluh bak-pauw tanpa isi. Diberikan kepada Kim Lo.

Segera Kim Lo mengajak Kim Cie Sin-kay duduk di depan rumah makan, melahap ayam panggang dan bak-pauw itu.

Si pelayan jadi canggung dengan sendirinya. Dia jadi tak enak hati.

Cepat-cepat dia ke dalam dan mengambil kursi.

"Silahkan Toaya berdua duduk di sini!" Katanya sambil meletakkan kursi itu.

Kim Lo menggelengkan kepalanya.

"Tidak usah!" Katanya, "Lebih nikmat makan dengan cara demikian." Dia menolak kebaikkan hati si pelayan.

Kim Cie Sin-kay tertawa bergelak-gelak.

"Benar-benar cocok gelarmu sebagai Pendekar Aneh." Kata si pengemis.

Kim Lo cuma tertawa.

Waktu dia ingin mulai makan ayam panggang itu, dia tetap tidak membuka tutup mukanya. Dia cuma menyingkap sedikit bawah dari kain putih itu, dan dia mulai makan dengan makanan dimasukan lewat bawah kain putih.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang