Jilid 74

1.6K 38 0
                                    

Pu San Hoat-ong tertawa dingin.

"Sudah Loceng bilang, Loceng butuh derma buat perbaikan kuil Loceng.......!" Menyahuti si pendeta dengan suara yang tawar. "Siapa yang ingin mencari keributan dengan kau? Atau memang kau merasa memiliki kepandaian yang tinggi, sehingga merasa pantas buat ribut dengan Loceng?"

Ditanya seperti itu Bie Lan naik darahnya.

"Baik, aku ingin melihat berapa tinggi kepandaian yang kau miliki!"

Setelah membentak begitu, cepat sekali Bie Lan menjejakan kakinya. Tubuhnya segera melesat ke depan. Dia mempergunakan ilmu pedang warisan Yo Him, yaitu ilmu pedang "Kim-sian-kiam-hoat" semacam ilmu pedang ciptaan dari Yo Him yang khusus diwarisi kepada puterinya ini.

Berbeda seperti tadi, pedang Bie Lan sekarang menyambar-nyambar sulit diterka arah tujuannya dan sasaran yang diincarnya, karena pedang itu menyambar-nyambar cepat sekali. Pedang itu seperti juga seekor naga yang bergulung-gulung dan naga itu tengah mengamuk.

Pu San Hoat-ong mengeluarkan seruan heran melihat cara bersilat si gadis yang berobah. Ia juga kaget, karena ilmu pedang yang digunakan si gadis kali ini jauh lebih liehay dari tadi.

Sebagai orang yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Pu San Hoat-ong segera menyadari bahwa ia tidak boleh berlaku sembrono. Sedikit saja ia bertindak ceroboh, niscaya akan menyebabkan dia terjerumus dalam perangkap ilmu pedang si gadis yang memang penuh teka-teki setiap jurusnya, yang tidak bisa diketahui bagian mana yang diincar sebagai sasarannya.

Pu San Hoat-ong mengeluarkan seruan nyaring. Ia menepuk sepasang tangannya, nyaring sekali kemudian tubuhnya agak menjongkok. Dia telah mengulurkan tangannya yang menempel itu ke depan, kemudian dibukanya, dia membarengi dengan seruannya,

"Rubuh kau.......!"

Kaget Bie Lan mendengar bentakan tersebut karena ia merasakan serangkum angin pukulan yang sangat kuat sekali. Ia menjerit kaget dan membatalkan tikamannya. Dia mengibaskan pedangnya. Akan tetapi tenaga dorongan dari pendeta itu terus juga menerjang padanya.

Bie Lan segera merasakan dadanya sesak.

"Hemm!" mendengus Pu San Hoat-ong.

Angin dorongan tangannya kuat mendesak terus diri si gadis.

Bie Lan mati-matian berusaha melompat ke belakang. Cuma saja angin pukulan itu seperti mengikutinya terus.

Dalam keadaan seperti itu segera juga Bie Lan mempergunakan jurus "Sepasang Belibis Bermain di Air" maka tubuhnya seperti juga belibis yang ringan main dipermukaan air, telah melompat ke sana ke mari tidak hentinya.

Dengan cara seperti itu, punahlah tenaga dorongan si pendeta.

Pu San Hoat-ong mengeluarkan seruan, hatinya heran bukan main.

"Lihay gadis ini! Entah siapa gurunya! Usianya masih muda, tapi dia sudah memiliki ilmu yang tangguh!" Berpikir si pendeta di dalam hatinya.

Sedangkan Bie Lan sudah bisa berdiri tetap lagi, tapi ia mengeluarkan keringat dingin. Apa yang dialaminya tadi hampir saja membuat dia nyaris rubuh dan terluka di tangan si pendeta .

"Hemm, kepandaian yang manis!" Berseru Pu San Hoat-ong. "Rupanya dengan memiliki kepandaian seperti itu, kau jadi bertingkah, nona manis."

Dan Pu San Hoat-ong bukan sekedar berkata saja, karena sepasang tangannya sudah bergerak lagi, lebih lincah dan kuat, dia menjambak ke sana ke mari.

Si gadis menggerakkan pedangnya, yang diputar seperti kitiran. Dia melindungi dirinya di antara sinar pedang yang berkelebat tidak hentinya.

Akan tetapi si pendeta justru sama sekali tidak jeri terhadap pedang itu. Ia terus juga menjambak berulang kali saling susul dengan sepasang tangannya tersebut. Apa yang dilakukannya memang merupakan kepandaian yang sulit dihadapi.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now