Jilid 38

1.9K 36 0
                                    

Di saat itu tampak si pendeta masih memiliki waktu yang sedikit, tahu-tahu tubuhnya berputar, kedua telapak tangannya dipakai mendorong.

Siangkoan Yap seketika merasakan tubuhnya diterjang oleh kekuatan yang dahsyat sekali, bersamaan dengan itu terlihat tubuh si pemuda terhuyung mundur, karena Siangkoan Yap yang berusaha menangkis sepenuh tenaga, dirinya yang terdorong mundur. Untung saja ia mengimbangi dirinya dan melompat ke belakang satu tombak, lalu memperbaiki kuda-kuda ke dua kakinya.

Sedangkan si pendeta telah mendorong lagi kedua tangannya, dari kedua telapak tangan itu meluncur keluar kekuatan tenaga dalam yang lebih dahsyat.

Baru saja Siangkoan Yap mengeluh dan hendak melompat menyingkir, tiba-tiba matanya yang tajam melihat muka si pendeta meringis seakan juga dia menahan sakit mungkin akibat dia mempergunakan tenaga di dalamnya berlebihan. Dan juga disaat beberapa jalan darahnya tengah terbuka disebabkan belum lama lalu dia tengah berlatih tenaga dalamnya itu. Seketika berkelebat serupa ingatan di hati Siangkoan Yap, dia jadi nekad.

"Biarlah kucoba sekali lagi buat menghadapinya dengan kekerasan!!" pikirnya maka dia mengempos seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada padanya dan telah menangkis lagi.

"Bukk!" ternyata serangan dari Bun-ong Hoat-ong tidak sekuat tadi dan Siangkoan Yap merasakan, tenaga si pendeta jauh lebih lemah dari yang di duga. Dia girang bukan main, terlebih lagi melihat si pendeta duduk dengan tubuh bergoyang-goyang dan dia rupanya terluka di dalam yang demikian serius dan hebat.

Mata Bun-ong Hoat-ong mendelik, walaupun mukanya meringis menahan sakit. Waktu itu, sebetulnya hati Bun-ong Hoat-ong mengeluh karena dia menyadarinya, sulit buat dia untuk dapat menghindarkan diri dari si pemuda. Sekali lagi, si pemuda menyerangnya mereka mengadu kekuatan, niscaya dia tidak akan sanggup menghadapinya.

Sedangkan Siangkoan Yap sendiri pun kaget, di saat dia tengah kegirangan melihat si pendeta tampaknya terluka di dalam dan dia mengempos semangat maupun tenaga dalamnya, yang akan disalurkan pada kedua telapak tangannya, yang akan dipakai buat menyerang lagi. Dia jadi meringis kaget, karena dadanya terasa, sakit bukan main dan isi perutnya seperti jungkir balik.

Tanpa disadari oleh Siangkoan Yap, rupanya tadi waktu pertama kali dia menangkis hantaman kekuatan lweekang dari si pendeta dia pun telah terluka di dalam.

Kemudian menyusul ia menangkis serangan yang kedua dari pendeta itu dengan demikian membuat ia semakin terluka di dalam.

Jika tadi ia tak merasakan sakit dan perobahan pada tubuhnya, ia malah masih bisa menangkis, karena memang ia tengah girang dan juga tidak mengetahui bahwa dirinya telah terluka di dalam. Dengan demikian membuat ia dapat mengerahkan tenaga dalamnya satu kali pula buat menangkis tenaga dorongan dari si pendeta.

Cuma saja, akibat pengerahan tenaga dalamnya yang kedua kali itulah, membuat Siangkoan Yap justeru jadi terluka di dalam yang cukup serius. Dan waktu ia mengerahkan tenaga dalamnya buat ketiga kali, barulah ia merasakan dadanya sakit dan napasnya sesak, perutnya seperti jungkir balik.

Malah, waktu kedua tangannya diangkat, sepasang tangan itu lemas bagaikan tidak memiliki tenaga lagi.

Siangkoan Yap mengeluh, ia menyesali justeru disaat ia memiliki kesempatan yang sangat baik sekali buat membereskan pendeta cabul itu, ia telah mengalami luka di dalam yang parah seperti itu, sehingga ia tidak mungkin menghantam terus.

Tengah Siangkoan Yap berpikir untuk mempergunakan pedangnya menikam pendeta itu, walaupun menikam dengan tenaga yang tak berarti, tapi pedang itu akan sanggup membinasakan si pendeta, didengarnya suara ramai di luar kamar itu. Muka Siangkoan Yap jadi berobah, ia menyadari bahaya yang mengancamnya, rupanya para pengejar telah kembali dan tengah mendatangi.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now