Jilid 25

2.5K 44 0
                                    

Begitulah kedua sosok tubuh itu melompat ke samping kiri, berdiam di balik gerombolan pohon, mereka telah mengawasi sekitar tempat itu dengan leluasa, karena dengan berdiamnya mereka di balik gerombolan pohon seakan juga mereka itu memang tengah bersembunyi dan terlindung, sehingga jika ada orang lainnya yang tiba di mulut lembah, jelas tidak akan dapat melihat mereka dan tidak mengetahui di tempat itu bersembunyi dua orang. Tapi kedua orang itu dengan leluasa bisa melihat apa yang ada di mulut lembah itu.

Sung Toako, atau kakak tertua Sung itu ternyata orang Kang-ouw yang memiliki nama sangat terkenal sekali dibilangan Su-coan. Dan nama lengkapnya adalah Sung Sie Coan. Dan ia seorang ahli tenaga dalam, lweekhe, seorang yang benar-benar dikagumi oleh orang-orang Kang-ouw dan dihormati karena tindakannya yang selalu membela kebenaran.

Tidak pernah dia berlaku setengah hati dalam menghukum para penjahat. Jika ada seorang penjahat, terlebih lagi telah terbukti kesalahannya, maka ia akan menurunkan tangan berat, memusnahkan ilmu silat penjahat itu, atau juga membuatnya bercacad, jika memang perlu dia akan membunuhnya.

Senjata yang diandalkannya adalah sebatang tombak pendek, yang diujungnya bercagak dua. Dengan tombak pendeknya itu dia malang melintang dengan penuh kegagahannya tidak pernah bertemu tandingan.

Dan juga, banyak jago-jago Kang-ouw yang semula merasa iri dan ingin mengujinya, telah dapat dirubuhkan. Dengan cepat, mereka jadi bersahabat, dan rasa kagum dari jago-jago yang dirubuhkan Sung Sie Coan umumnya tidak pernah bersakit hati, karena mereka justeru memang merasa kagum dan tunduk atas kelihayan she Sung tersebut.

Sung Sie Coan memiliki tiga orang saudara angkat. Ia sebagai Toako, kakak tertua. Sedangkan adiknya yang nomor dua bernama Cie Pang yang ketiga Lo Siang An. Lalu yang terbungsu adik yang keempat, she Liang bernama Ie Shen.

Dengan demikian, mereka berempat malang melintang di dalam rimba persilatan menegakkan keadilan. Memang tiga orang adik angkat dari Sung Sie Coan memiliki kepandaian sama tingginya, mereka semuanya semula merupakan orang-orang yang tak senang melihat Sung Sie Coan demikian dihormati oleh jago-jago Su-coan, mereka tidak yakin bahwa Sung Sie Coan memiliki kepandaian yang tinggi, karena itu mereka telah menyatroninya, untuk menantangnya bertempur.

Mereka memperoleh kenyataan kepandaian Sung Sie Coan memang sungguh tinggi dan sangat mahir sekali ilmu tombaknya, mereka satu persatu telah kena dirubuhkan, dengan demikian mereka tunduk dan akhirnya mengajak Sung Sie Coan untuk mengikat tali persahabatan. Tapi malah Sung Sie Coan menganjurkan agar mereka mengangkat saudara saja, satu dengan lain menjadi saudara angkat. Dan memang mereka akhirnya menjadi kakak dan adik angkat dan menurut urutan dari usia masing-masing.

Belakangan justeru Sung Sie Coan telah mendengar dari sahabatnya tentang Giok-sie cap kerajaan yang katanya telah berada di tangan jago-jago yang berkumpul di lembah Pit-mo-gay. Karena dari itu segera juga Sung Sie Coan mengajak adik-adik angkatnya, buat pergi menyatroni Lembah Pit-mo-gay karena ia bermaksud merampas Giok-sie.

Sung Sie Coan bermaksud akan memberikan kelak Giok-sie kepada seorang pendekar yang sekiranya bisa menggerakkan rakyat, untuk mengusir tentara penjajah yang menduduki Tiong-goan dan memakai gelar kerajaan Tay Goan itu, sedangkan jago-jago di Lembah Pit-mo-gay merupakan jago beraliran sesat, dan jika saja Giok-sie itu dipergunakan mereka, niscaya cuma akan mendatangkan malapetaka yang tidak ringan buat rakyat.

Tiga orang adik angkat dari Sung Sie Coan memang menyetujui akan keinginan kakak mereka yang tertua, segera juga mereka berangkat ke Pit-mo-gay.

Cuma saja sulitnya perjalanan di gunung Song-san tersebut membuat mereka akhirnya terpisah satu dengan yang lain. Mereka cuma berjanji akan berkumpul di mulut lembah Pit-mo-gay.

Memang perjalanan untuk mencapai lembah Pit-mo-gay sangat sulit, alam yang masih buas dan juga cuaca yang buruk, dengan turun hujan hampir setiap hari, menyebabkan tidak ada jalan yang teratur untuk mencapai Pit-mo-gay. Walaupun mereka memiliki kepandaian yang tinggi tokh, mereka harus memusatkan seluruh perhatian mereka, guna mencapai mulut Lembah Pit-mo-gay.

Sedikit saja mereka mengalami salah perhitungan yang sekecil apapun juga niscaya akan membuat mereka akhirnya menerima bencana yang tidak kecil, yaitu bisa saja mereka terjerumus ke dalam jurang ataupun mereka akan terhantam oleh batu gunung yang sewaktu-waktu bisa saja terlepas dan menimpah mereka! Karena dari itu sikap hati-hati dan waspada diperlukan sekali.

Sekarang justeru Sung Sie Coan berdua dengan Jie-tenya, adiknya yang kedua yaitu Cie Pang telah berada di mulut lembah tersebut, mereka hanya menantikan Liang Ie Shen dan Lo Siang An, adik yang ketiga dan keempat, si bungsu.

Lama juga mereka berdua berdiam di balik gerombolan pohon liar, dan mengawasi ke mulut Lembah itu maupun di sekitar tempat tersebut, sampai akhirnya mereka melihat sesosok bayangan yang tengah melompat turun dan berlari-lari dengan cepat sekali. Di belakangnya tampak berlari sesosok tubuh lainnya.

"Mau kemana kau? Hemmm, walaupun kau melarikan diri ke ujung dunia, jangan harap engkau bisa meloloskan diri dari tanganku!"

Terdengar, sosok tubuh yang di belakang itu telah membentak dengan suara yang sangat nyaring dan menyusul dengan itu tampak tubuhnya berkelebat lebih cepat lagi, diiringi dengan berkelebatnya sinar yang berkilauan dalam kegelapan, karena ia mempergunakan sebatang pedang untuk menikam punggung orang buruannya.

Sedang orang yang di depan, yang ditikam punggungnya, tidak berani berayal. Sebab ia segera juga memutar tubuhnya, dan telah menangkis dengan pedangnya.

Benturan senjata tajam itu sangat kuat sekali, memperdengarkan suara "Tranggg", yang nyaring dan lelatu api yang muncrat terang sekejap kemudian melompat lagi orang di depan itu untuk meneruskan larinya.

Tapi orang yang mengejarnya telah mempercepat larinya, berusaha menyusulnya untuk menghadangnya. Ia gagal dan orang itu telah lari lima tombak lebih.

"Hemm, manusia rendah....... terimalah seranganku!"

Terdengar pengejar itu membentak bengis, tangannya segera bergerak melontarkan sesuatu, beberapa titik sinar kuning yang terang berkelebat dan menyambar ke punggung orang yang dikejarnya. Orang itu tidak bisa meneruskan larinya karena menyambarnya senjata rahasia itu yang berbentuk jarum-jarum emas yang halus dan kecil, dengan memutar pedang.

Tapi karena dia menghadapi jarum-jarum itu, dia tidak bisa meneruskan larinya dan telah terkejar oleh lawannya, yang begitu tiba telah menyerang dengan gencar.

Dua orang itu seketika terlibat dalam pertempuran yang seru, karena pengejarannya telah menikam dan menabas tidak hentinya. Orang yang tadi berusaha melarikan diri ternyata memiliki kepandaian yang di bawah satu tingkat dari pengejarnya, dalam waktu singkat dia mulai terdesak lagi.

Walaupun orang itu mati-matian memberikan perlawanan, namun tetap saja dia tidak berhasil untuk menghadapi pengejarnya itu, karenanya telah membuat dia beberapa kali terhuyung oleh desakan serangan pedang lawannya.

"Manusia rendah, jika kau tidak mau menyerah secara baik-baik, aku akan membuat kau mampus tidak, hidup pun tidak dapat!" membentak orang yang mengejarnya.

"Hemm, walaupun Pit-mo-gay menyebarkan seribu iblis, jangan harap Liang Ie Shen jeri padamu," bentak orang yang terdesak itu, yang tidak lain dari adik angkat Sung Sie Coan yang terbungsu, yang keempat. Suaranya mengandung kemurkaan dan penasaran, diapun telah mengempos seluruh semangatnya untuk mengeluarkan jurus-jurus andalannya, dan dia berusaha juga untuk menghadapi lawannya itu dengan sebaik-baiknya. Memang dia telah menyadarinya bahwa dirinya telah terdesak terus menerus akan tetapi tetap saja ia tidak mau menyerah.

Sung Sie Coan berdua dengan Cie Pang terkejut setelah mengenali dan mengetahui bahwa orang yang terdesak itu tidak lain dari adik angkat mereka yang keempat.

Cie Pang segera ingin melompat keluar dari tempat persembunyiannya, akan tetapi justeru Sung Sie Coan yang memang memiliki perhitungan sangat baik, telah mencekal tangan adik angkatnya itu.

"Tunggu dulu, Jie-te......!" Katanya.

"Tapi Toako....... Sie-te telah terdesak hebat.......!" kata Cie Pang.

"Kita lihat saja dulu.......!" kata Sung Sie Coan. "Dan kita memang telah tiba waktunya, barulah membereskan lawan Sie-te!"

"Tapi Toako.......!"

"Orang itu kukira bukan sendirian....... tampaknya dia orang Pit-mo-gay, kita lihat dulu apa yang sesungguhnya dikehendakinya! Dalam tiga puluh jurus Sie-te masih bisa bertahan dengan baik...... karenanya kita lihat saja dulu."

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now