Jilid 48

2K 36 1
                                    

Ternyata ketika mengetahui Giok-sie lenyap dari sakunya, ia marah bukan main. Ternyata waktu Oey Yok Su menepuk-nepuk pundaknya, kesempatan itu dipergunakan Oey Yok Su diam-diam mengambil Giok-sie dari saku Mo-in-kim-kun.

Kepandaian Mo-in-kim-kun boleh tinggi, tapi ia mana bisa menghadapi Loshia yang sangat ku-koay dan kepandaiannya hebat itu? Dengan mengandalkan tangannya yang hebat luar biasa, Oey Yok Su berhasil mengambil Giok-sie tanpa Mo-in-kim-kun mengetahuinya.

Karena itu, bukan kepalang marahnya Mo-in-kim-kun setelah mengetahui lenyapnya Giok-sie. Segera juga ia meninggalkan lembah tersebut, meninggalkan semua anak buahnya, orang-orang Pit-mo-gay itu, dan langsung pergi mencari Oey Yok Su.

Sebagai orang yang sangat cerdik, segera ia menduga tentunya Oey Yok Su setelah berhasil mengambil Giok-sie, akan segera menuju ke Tho-hoa-to, segera juga Mo-in-kim-kun pergi ke Tho-hoa-to.

Hanya saja sangat sayang, bahwa di Tho-hoa-to bukan seperti tempat yang lainnya. Pulau Tho-hoa-to merupakan pulau yang penuh misteri dan telah diatur sedemikian rupa oleh Oey Yok Su.

Mo-in-kim-kun boleh saja berkepandaian tinggi tapi ia tak berdaya buat menerobos masuk ke pulau Tho-hoa-to. Karenanya ia berputar-putar selama lima hari di pulau itu, kelaparan dan kehausan. Karenanya, juga membuat ia jadi jeri sendirinya.

Jika memang ia tetap bersikeras untuk mencari jalan menerobos masuk ke Tho-hoa-to, niscaya dirinya sendiri yang akan menderita kerugian. Karenanya ia telah berusaha untuk mengingat setiap letak dan kedudukan tempat-tempat di pulau Tho-hoa-to, barulah ia meninggalkan Tho-hoa-to.

Ia mencari tempat yang sunyi untuk menyembunyikan diri. Dan ia memilih gunung Hoa-san sebagai tempat yang dianggapnya sangat cocok buat dia hidup mengasingkan diri sambil memeras otaknya untuk memecahkan jalan-jalan rahasia di pulau tersebut.

Ia sangat cerdik dan cerdas sekali, namun ia tidak bisa segera untuk memecahkan rahasia yang terdapat di pulau Tho-hoa-to dan tetap saja dari tahun ke tahun ia tidak pernah berhasil untuk memecahkan misteri yang menyelubungi pulau Tho-hoa-to.

Enam tahun kemudian ia pergi lagi ke Tho-hoa-to. Tetap saja ia tidak berhasil menembus jalan rahasia di pulau itu. Malah lebih parah lagi, ia terkurung sampai setengah bulan dalam kelaparan dan kehausan, beruntung akhirnya ia bisa keluar pula dan meninggalkan pulau Tho-hoa-to.

Lewat empat tahun lagi, ia kembali mendatangi pulau Tho-hoa-to dengan penasaran. Apa yang dialaminya tetap saja sama, dan akhirnya ia jadi putus asa. Ia mengurung diri dan ia masih berusaha terus untuk memecahkan rahasia yang menyelubungi pulau Tho-hoa-to tersebut.

◄Y►

Pagi itu dingin sekali. Bunga salju turun rintik-rintik. Jalan sepi. Hanya tampak sebuah kereta yang dalam cuaca buruk seperti itu masih melakukan perjalanan.

Kusir kereta itu seorang lelaki tua yang lanjut sekali usianya. Mungkin sudah berumur tujuhpuluh tahun lebih tubuhnya kurus kering dan kerempeng, tapi ia ulet sekali. Dengan baju tebal menyelubungi tubuhnya, ia berusaha memaksa kuda-kuda keretanya berjalan terus, sedangkan di dalam kereta berkuda dua itu, duduk sepasang laki-laki dan perempuan berusia pertengahan.

Tampaknya yang laki-laki agak miring duduknya, nyender di pundak wanita itu, yang rupanya isterinya. Ia tengah sakit parah sekali. Mukanya pucat dan tubuhnya menggigil.

"A Sam, apakah Po-sinshe mau menolongi suami ini?" Tanya wanita tengah baya itu, suaranya berkuatir sekali. "Tampaknya suamiku sudah tidak kuat lagi diserang angin buruk seperti ini!"

Kusir itu, A Sam, tersenyum dengan bibir yang menggigil dan pucat. "Tan hujin tak perlu kuatir, tentu Tan Hengte (adik Tan) akan dapat ditolong oleh Po-sinshe, ia seorang tabib yang sangat pandai serta murah hati."

Pendekar Aneh Seruling SaktiKde žijí příběhy. Začni objevovat