Jilid 58

1.8K 38 0
                                    

Mendengar ancaman seperti itu, tubuh Siu Lo semakin menggigil ketakutan, tapi ia berusaha untuk mengatasi dirinya, dan katanya:

"Suhu bergelar Un Ma Siansu."

"Un Ma Siansu? Dari kuil mana?"

"Sien-sie-sie."

"Sien-sie-sie letaknya di mana?"

"Itu......." dan Siu Lo ragu-ragu lagi buat menyebutkannya tempat di mana beradanya kuil Sien-sie-sie.

"Atau memang kau ingin dibanting lagi?" mengancam Kim Lo dingin.

Tubuh si pendeta menggigil ketakutan.

"Aku akan mengatakannya....... aku akan mengatakannya!" bilang Siu Lo ketakutan.

"Cepat sebutkan!"

"Baik.......baik! Kuil itu berada diluar kota sebelah selatan, tigapuluh lie......." menjelaskan si pendeta.

"Cukup jauh! Jadi dari tempat sejauh itu kau mengikuti aku terus menerus?" tanya Kim Lo.

Muka Siu Lo berobah tambah pucat.

"Sebetulnya suhu....... suhu berada di sini."

"Di sini?"

"Ya, di kota ini!"

"Di mana dia?'

"Di rumah penginapan di mana Taihiap mengambil kamar juga!" menjelaskan Siu Lo saking terpaksa.

"Hemmm, jika begitu baiklah mari kita kembali ke rumah penginapan!" Kata Kim Lo.

Tubuh Siu Lo jadi lemas tidak ayal lagi ia menekuk sepasang kakinya! Ia berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, berulang kali sambil membenturkan keningnya pada tanah sesambatan:

"Janganlah Taihiap mempertemukan aku dengan suhuku..... guruku sangat galak...... janganlah Taihiap memaksa aku bertemu dengannya....."

"Hemmm, kau harus ikut denganku!"

"Taihiap, kasihanilah aku, jika suhu mengetahui aku yang membocorkan hal itu, tentu ia akan menghukumku berat sekali. Kasihanilah aku."

"'Hemmm, kau dengar tidak kata-kataku?"

"Dengar! Dengar Taihiap," Kata Siu Lo tambah ketakutan, karena ia mendengar suara Kim Lo dingin sekali.

"Apa yang kukatakan tadi?" Tanya Kim Lo dingin, padahal hatinya geli melihat kelakuan pendeta muda itu.

"Aku, aku harus ikut serta dengan Taihiap.....?" Kata Siu Lo dengan tubuh menggigil.

"Kau mau ikut atau tidak?"

"Ikut! Ikut!" menyahut Siu Lo.

"Bagus! Jika demikian baiklah, kau tidak akan kusiksa lagi, asal kau mau baik-baik mematuhi setiap perintahku!" Kata Kim Lo menahan perasaan geli di hatinya.

Waktu itu Siu Lo tengah ketakutan dan ia hanya mengiyakan berulang kali. Kemudian ia mengikuti di belakang Kim Lo, yang sudah melangkah untuk kembali ke tempat di mana rumah penginapan itu berada.

Sambil mengikuti dengan takut-takut, otak Siu Lo bekerja terus. Ia berpikir keras untuk mencari kesempatan guna melarikan diri.

"Sesungguhnya! Apa maksud gurumu perintahkan kau mengikuti aku?" tanya Kim Lo tanpa menoleh.

"Aku..... aku tidak tahu Taihiap!" Menyahuti Siu Lo.

"Jangan main-main denganku!"

"Sungguh taihiap, aku tidak main-main."

"Hemmm, jika demikian baiklah! Kau rupanya masih berkepala batu dan tidak mau bicara terus terang denganku!" Dingin sekali suara Kim Lo.

Siu Lo jadi ketakutan lagi.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang