Jilid 128

1.4K 30 0
                                    

"Sedangkan kakek tua itu sudah bilang. Sekarang aku hendak minta pada Kongcu itu buat jadi saksi! Jika dalam sepuluh jurus kau tidak bisa merubuhkan diriku, maka engkau harus angkat kaki meninggalkan tempat ini!"

"Hemmm, jangankan sepuluh jurus, sedangkan lima jurus saja aku mau menerima taruhan ini, aku masih mau menerima kalah, jika dalam lima jurus aku tidak bisa merubuhkan dirimu!"

"Benar?"

"Benar!"

"Jangan, nanti engkau sepuluh jurus saja! Aku kasihan jika engkau nanti kalah hanya dalam pertaruhan lima jurus, engkau tidak puas!"

"Lima jurus saja!"

"Terserah padamu! Aku mau memberikan sepuluh jurus? Kau boleh dengan pendirianmu, lima jurus! Jika dalam lima jarus engkau belum berhasil merubuhkan diriku, maka aku masih bersedia memberikan kesempatan kepadamu lima jurus lagi!"

Si gadis tidak banyak bicara pula, dia tahu-tahu sudah melesat kepada kakek si penjual teh itu. Tangannya juga sudah menyambar akan menotok.

Kakek tua penjual teh tersebut ternyata memang memiliki kepandaian tinggi seperti yang diduga oleh Kim Lo, karena dia bisa melakukannya dengan mudah. Gerakannya begitu gesit, dia juga malah sudah berseru.

"Jurus pertama."

Si gadis penasaran sekali melihat serangan pertamanya gagal mengenai sasaran. Di waktu itu terlihat jelas sekali gerakan si gadis bertambah gesit, ketika untuk ke dua kalinya dia menyerang. Totokannya menyambar lagi.

Sekali ini tangan si gadis bukan menotok langsung. Dia telah menotoknya dengan tangan yang berlingkar seperti juga kitiran, karena tangan itu berputar- putar.

Dengan caranya seperti itu, sulit buat kakek tua penjual teh itu menduga arah sasaran mana yang diincar oleh gadis itu. Dia jadi berdiri dengan mata terpentang lebar-lebar mengawasi tangan si gadis tengah meluncur menyambar ke arahnya.

Ketika jarak tangan si gadis dengan arah sasarannya, yaitu dari sebelah kiri si kakek tua tersebut, hampir-hampir terkena totokan itu, kakek tua itu dengan sebat sekali berkelit. Dia bergerak lincah bukan main, dia juga berseru, "Jurus kedua....... Sudah dua jurus tinggal delapan jurus lagi.

"Hemmm!" Gadis itu mendengus, tahu-tahu tubuhnya seperti angin puyuh, telah menerjang kepada kakek penjual teh itu. Tangannya terjulur hendak mencengkeram.

Kakek tua itu kaget tidak terkira cara menyerang si gadis sudah berobah.

Malah sekali ini gerakan si gadis jauh lebih cepat dan lebih kuat! Dia menyerang dengan kecepatan yang sulit sekali diikuti oleh pandangan mata.

Kim Lo yang melihat cara menyerang si gadis berobah jadi tercekat juga hatinya.

"Kepandaian gadis ini tampaknya tinggi, tadi dia mengalah ketika dua kali menyerang si kakek, dia tidak menyerang sungguh-sungguh! Tapi jurus ketiga itu dia menyerang hebat sekali! Hemm, tampaknya kakek penjual teh itu tidak bisa bertahan lebih lama lagi!"

Sambil berpikir begitu, Kim Lo mengawasi terus jalannya pertempuran.

Sedangkan kakek penjual teh itu, walaupun kaget, masih berusaha hendak menghindarkan diri dari sambaran tangan si gadis. Dia menjengkangkan tubuhnya ke belakang.

Si gadis kembali mendengus, tahu-tahu kakinya melayang, dia menyekat kaki si kakek.

Begitu disengkat, seketika tubuh si kakek terjungkat rubuh bergulingan di tanah.

Dan belum lagi dia mengetahui suatu apa pun juga, telapak tangan kiri si gadis sudah menyambar datang.

Kakek tua itu tengah kesakitan, juga dia kaget, tapi dia melihat bahaya yang tengah mendatangi mengancam keeelamatan dirinya. Cepat-cepat dia berusaha mengelak.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now