Jilid 112

1.5K 29 0
                                    

Melihat Hui-houw-to memberikan perlawanan terus, tak berayal wanita cantik itu mempergencar setiap serangan tangan besinya, berulang kali ia mendesak.

Suatu kali, karena terlambat lagi mengelak, lengan Hui-houw-to kena dicakar lagi. Darah seketika mengucur dari lukanya itu.

Akibat cakaran itu membuat tangan Hui-houw-to seperti kehilangan tangannya, kaku dan sulit digerakkan.

Tengah Hui-houw-to kaget dan agak panik, jari tangan besi itu menyambar ke maka Hui-houw-to.

Bukan kepalang kagetnya Hui-houw-to, mati-matian ia berusaha mengelakkan sambaran jari-jari tangan itu.

Cepat sekali jari-jari tangan besi itu singgah di pipinya, yang tergores dalam sekali. Dan juga terlihat, tubuh Hui-houw-to terhuyung-huyung.

Dikala itu, tampak Hui-houw-to berusaha mengerahkan tenaga dalamnya pada ke dua tangannya, namun ia gagal, karena jari-jari tangan besi itu telah menyambar pahanya, segera ujung jari tangan itu menancap di pahanya.

Tubuh Hui-houw-to terguling, dan ia rubuh di tanah dengan menderita kesakitan.

Baru saja ia hendak merangkak bangun, wanita cantik itu sudah berdiri disampingnya bersiap-siap dengan tangan besinya yang akan dihujamkan pada punggung Hui-houw-to.

"Tahan!" berseru orang yang memakai baju seragam tentara kerajaan.

Wanita cantik itu mematuhi cegahan itu, ia tertawa-tawa, batal menyerang. Dan ia menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat mundur, berdiri dekat orang tua dan orang yang memakai seragam sebagai perwira kerajaan.

"Hemm, monyet kecil itu terlalu bermulut besar dan bertingkah. Ia tak tahu kelihayan kita!" menggumam wanita cantik itu sambil memperlihatkan wajah yang angkuh.

Orang tua itu menghampiri Hui-houw-to.

"Hui-houw-to Khang Lam Cu, sekarang kau jawab pertanyaanku, apakah kau mau mampus atau memang ingin tetap hidup. Kau boleh memilih dua tawaran kami itu! Ayo jawab!"

Hui-houw-to tengah menderita kesakitan yang hebat, tubuhnya yang terluka terasa kaku. Dia menduga pada ujung jari tangan besi wanita cantik itu jelas mengandung racun.

Perlahan-lahan dia mengangkat kepalanya. Mukanya pucat dengan pipi berlumuran darah, sebab pipinya itu tadi kena dicakar juga.

"Siapa kalian! Dan sesungguhnya apa yang kalian kehendaki?" Tanya Hui-houw-to sambil menahan sakit.

"Hemmm, kau tidak perlu mengetahui siapa kami dan juga tidak perlu rewel- rewel! Sekarang kau jawab saja pertanyaanku tadi! Apakah kau ingin mampus atau memang masih mau hidup terus?"

Hui-houw-to menggigit bibirnya.

"Tentu saja aku ingin hidup."

"Bagus, Tapi kau harus patuh terhadap perintah!"

"Perintah apa?"

"Nanti kujelaskan. Sekarang kau bersedia untuk patuh terhadap perintahku! Semua perintahku!"

Hui-houw-to bimbang.

"Hemmm, kau tidak memiliki pilihan lain lagi, kau patuh dan mau melaksanakan semua perintah kami tanpa rewel berarti kau bisa hidup terus. Tapi jika kau berkepala batu dan coba menimbulkan kesulitan bagi kami berarti engkau akan kami kirim ke neraka! Kau cepat jawab!"

Hui-houw-to yakin orang-orang ini sebangsa manusia yang akan membuktikan ancamannya. Karena dari itu, jika di waktu seperti ini dia mengeluarkan kata-kata yang tidak disenangi orang-orang itu, dirinya akan menderita sekali disiksa oleh ke tiga orang itu sampai mati.

Pendekar Aneh Seruling SaktiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora