Jilid 16

2.6K 39 0
                                    

Karena tengah bingung dan pikirannya juga kalut melihat Giok-sie dilarikan musuh maka pahlawan kerajaan itu tambah panik melihat datangnya serangan aneh seperti itu. Ia berusaha menyampok dengan Poan-koan-pitnya cuma saja dia gagal.

Totokan dari lawannya, yang disangka akan menotok lengannya ternyata menyambar ke perutnya, Tidak ampun lagi seketika ia rubuh terguling tidak bisa bergerak lagi.

Malah di waktu itu juga terlihat, betapa seruling dari Kong-yang Sun tidak diam saja setelah berhasil menotok salah satu jalan darah di tubuh pahlawan kerajaan itu. Dia mengemplang kepala pahlawan kerajaan itu.

"Tukk!" batok kepala dari pahlawan kerajaan itu telah kena dihantam dan seketika remuk! Napasnya juga seketika melayang meninggalkan raganya!

Itulah ketelengasan dari Kong-yang Sun, dia tidak mau rewel lagi, kalau-kalau nanti pahlawan kerajaan itu, yang berhasil membebaskan diri dari totokan akan mempersulit lagi, dan ia lebih baik memilih membunuh mati saja pahlawan kerajaan tersebut.

Sedangkan si petani yang bersenjata pacul itu telah menyerang hebat kepada sisa tiga orang pahlawan kerajaan. Dia menggerakkan paculnya yang diputarnya dengan cepat, angin menderu-deru dengan dahsyatnya.

Segera tiga pahlawan kerajaan itu berhasil menenangkan hati mereka, karena mereka menyadari, jika mereka tidak bisa tenang berarti mereka akan rubuh dan terbinasa di tangan lawan mereka yang telengas itu. Mereka tidak mau memikirkan Giok-sie lagi, mereka bertiga segera menggabung tenaga dan pikiran menjadi satu, mereka menyerang dengan kerja sama yang baik, dan setiap serangan mereka juga mengandung maut bagi lawan.

Begitulah, mereka melakukan pertempuran dengan seru, mati-matian seakan juga mempertaruhkan jiwa masing-masing.

Kong-yang Sun segera berseru pada kawannya: "Anak kambing dibawa harimau." Dan ia sendiri telah melesat keluar untuk berlalu.

Dengan kata-kata sandi itu ia ingin menganjurkan pada kawannya agar meninggalkan tiga orang pahlawan kerajaan itu, karena Giok-sie telah dibawa pergi oleh kawan mereka.

Petani yang bersenjata pacul tidak membuang waktu lagi mendesak dengan paculnya yang menyambar dengan hebat sekali, dia memutarnya ke sana ke mari dengan tenaga serangan yang mendatangkan angin menderu-deru. Dan diwaktu lawan-lawannya mengelak mundur, ia mempergunakan kesempatan itu buat menjejakkan kakinya, tubuhnya seketika melambung ke dekat pintu, dia menyusul Kong-yang Sun untuk melarikan diri.

Tapi baru saja tubuhnya hinggap di lantai dekat pintu, mendadak sekali mendengar jeritan.

"Aduh.......!" Disusul dengan suara "Bukk! bukk!" Beberapa kali, dan sosok tubuh melayang menyambar kepada dirinya, maka dengan terkejut, dengan mengeluarkan seruan heran dan kaget, tampak si petani yang bersenjata pacul itu mengayunkan paculnya, dia ingin memacul sosok tubuh yang tengah melayang menyambar ke dirinya.

Tapi waktu paculnya digerakan, dia bisa melihat jelas bahwa sosok tubuh yang tengah menyambar ke dirinya tidak lain dari kawannya sendiri, yaitu Kong-yang Sun!

Bukan main terkesiap hati si petani, dia segera mati-matian, menarik pulang paculnya agar paculnya itu tidak menyerang kawannya sendiri. Tapi karena menyambarnya sosok tubuh itu cepat sekali, dia pun terpaksa harus membuang dirinya sendiri bergulingan di lantai. Jika tidak tubuhnya akan kena diterjang oleh Kong-yang Sun dan paculnya akan menghantam Kong-yang Sun!

Dan baru saja dia ingin bangkit didengarnya suara bantingan yang keras sekali, karena Kong-yang Sun terbanting di lantai. Demikian juga terdengar suara jeritan tertahan, yang seperti tidak bisa keluar dari lehernya.

Belum lagi berkurang rasa kaget dan herannya, si petani melihat keadaan kawannya itu, tahu-tahu berkesiuran angin lagi yang menyambar kepada dirinya. Dia kaget tidak terkira, bersiap-siap dengan paculnya dia memutar tubuhnya. Kembali hatinya tercekat, terkesiap melihat yang menyambar ke dirinya tidak lain dua kawannya juga yang berpakaian sebagai pelajar.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang