Jilid 106

1.5K 33 1
                                    

Rupanya anak buah Hek-pek-kauw kuatir Kauw-cu mereka akan dibinasakan oleh Tang-ting Hweshio. Mereka kuatir jika memang Tang-ting Hweshio akan mempergunakan kesempatan itu buat menyerang Kauw-cu mereka lagi. Karenanya mereka mempergunakan kesempatan dengan senjata tajam masing-masing menyerbu menyerang si pendeta.

Namun Tang-ting Hweshio memang tangguh sekali. Ia bergerak dengan gesit, dan setiap serangan dari lawannya itu dapat dihindarkannya, malah pendeta itu selalu bisa membuat lawannya jungkir balik.

Tenaga dalam Tang-ting Hweshio memang jauh terlatih dengan sempurna, dengan demikian ia selalu bisa membuat lawannya terpental.

Juga, Tang-ting Hweshio tidak berlaku lunak seperti sebelumnya, dia telah menyerang semakin dahsyat.

Waktu anak buah Hek-pek-kauw menerjang dia semakin rapat. Dia menghadapi dengan sepasang tangannya yang bergerak-gerak semakin cepat.

Sedangkan Hui-houw-to menyaksikan hal itu dengan hati girang bukan main, karena si pendeta ternyata memang sangat lihay sekali. Sedangkan Kauw-cu dari Hek-pek-kauw yaitu Giok-tiauw Sian-lie, yang sangat terkenal itu, yang memiliki kepandaian tinggi, tidak sanggup menghadapi si pendeta.

Sekarang Hui-houw-to baru yakin bahwa tadi memang Tang-ting Hweshio berlaku mengalah kepada Kauw-cu dari Hek-pek-kauw. Karena sekarang, walaupun dia telah terluka, jika dia menghendakinya, dia bisa melukai dan merubuhkan Kauw-cu dari Hek-pek-kauw tersebut.

Disaat itu tubuh Tang-ting Hweshio melompat ke sana ke mari dengan cepat sekali. Setiap kali si pendeta mengibas, maka tampak tubuh seorang lawannya terpental.

Hanya saja, sejauh itu Tang-ting Hweshio tidak pernah menurunkan tangan kematian. Dia cuma membuat lawannya terpental dan kemudian bisa bangkit kembali.

Melihat sejenak betapa si pendeta telah dikeroyok seperti itu, maka segera Hui-houw-to, ketika tersadar akan keadaannya, telah menjejakkan kedua kakinya. Tubuhnya melesat dengan cepat, dia telah menghampiri dan menggerakkan golok pendeknya, menyerang dua orang lawan Tang-ting Hweshio yang paling dekat dengannya.

Serangan golok pendek itu demikian hebat, segera terdengar suara jerit kematian.

Tang-ting Hweshio terkejut.

"Khang Sicu, jangan turunkan tangan kematian pada mereka!" Berseru si pendeta, mencegah Hui-houw-to dengan suara nyaring sekali.

Tapi Hui-houw-to memang tengah gusar dan penasaran atas kelicikan orang-orang Hek-pek-kauw tersebut. Karenanya, dia telah berusaha dengan golok pendeknya itu merubuhkan beberapa orang lawannya lagi.

Waktu itu, Tang-ting Hweshio ketika melihat Hui-houw-to tidak melayani cegahannya, malah dia tengah bergerak berkelebat ke sana ke mari dengan golok pendeknya itu merubuhkan beberapa orang anak buah Hek-pek-kauw lagi. Cepat-cepat dia melompat mendekati Hui-houw-to, dia juga berseru:

"Khang siecu, jangan melukai mereka....... Pinceng mohon dengan sangat, jangan melukai mereka!"

Karena tengah memperhatikan Hui-houw-to, di waktu itu si pendeta jadi lengah. Dan tahu-tahu beberapa pedang telah menebas bahunya.

"Brettt!" bajunya di bagian bahu telah terkoyakkan dan kulit bahunya tertebas, juga darah mengucur deras sekali.

Hui-houw-to terkejut.

"Taysu.......!" Teriaknya.

Tubuh Hui-houw-to melompat kepada orang yang bersenjata pedang yang melukai si pendeta. Golok pendeknya menyambar cepat sekali.

Dan "Ceeppp!" Ujung golok pendek itu menancap dalam sekali di dada orang itu, yang tubuhnya mengejang dan kaku, napasnya seketika terhenti, matanya mendelik. Waktu Hui-houw-to mencabut goloknya itu, maka tubuh orang itu terkulai rubuh tidak berkutik lagi.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang