Jilid 78

1.8K 35 0
                                    

Si pengemis mengangkat kepalanya.

"Mengapa Taysu?" tanyanya.

Pu San Hoat-ong tidak segera menjawab.

"Aduh....... pergelanganku sampai sakit dicengkeram oleh Taysu!" kata si pengemis lagi sambil mengusap-usap pergelangan tangannya.

Pu San Hoat-ong sendiri heran. Tapi dia semakin waspada, karena dia yakin bahwa pengemis ini bukan orang sembarangan. Kepandaiannya tinggi sekali, walaupun sikapnya seperti orang yang tolol dan bodoh tidak mengerti persoalan.

Tadi Pu San Hoat-ong memang telah mengerahkan tenaga dalamnya pada ke lima jari tangannya, dia meremasnya, namun dia gagal buat meremukkan tulang pergelangan tangan si pengemis.

Jika memang seseorang yang berkepandaian tanggung-tanggung, begitu diremas tulang pergelangan tangannya oleh kekuatan seperti yang dipergunakan Pu San Hoat-ong niscaya tulang pergelangan tangannya itu akan remuk hancur. Tapi kenyataan pengemis itu tidak kurang suatu apa pun juga.

Tapi Pu San Hoat-ong ketika tersadar bahwa pengemis ini pasti memang hendak mempermainkan dan melindungi calon mangsanya. Tentu si gadis telah pergi entah ke mana dan pengemis ini yang berusaha membendungnya agar ia tidak bisa mengejar terus gadis itu.

Teringat akan hal ini, seketika Pu San Hoat-ong merobah keputusannya. Dia tidak mau melayani si pengemis lebih jauh, selain memang orang sangat liehay dan sulit buat dirubuhkan dan dia kuatir akan kehilangan jejak calon mangsanya.

Maka dia berkata bengis, "Nanti Loceng akan datang mencarimu buat memperhitungkan semua ini!"

Setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban si pengemis, Pu San Hoat-ong sudah memutar tubuhnya. Dia bermaksud meninggalkan si pengemis, ia ingin mengejar terus calon mangsanya, Bie Lan.

Tapi, baru saja ia memutar tubuhnya ia mendengar suara si pengemis: "Mau ke mana Taysu? Mari Taysu temani aku untuk main catur.......!" sambil berkata begitu, tangan si pengemis telah bergerak. Maka Pu San Hoat-ong seketika mendengar sambaran angin yang tajam.

Dia mandek dan mengibaskan tangannya. Tapi dia cuma bisa menyambuti dua butir batu yang ditimpuk pengemis. Kemudian menyambar lagi angin yang tajam.

Pu San Hoat-ong bukan main mendongkolnya. Dia menyampok lagi ke belakang.

Tiga butir batu telah kena disampoknya.

Demikianlah, Pu San Hoat-ong jadi gagal buat meninggalkan tempat itu dan si pengemis.

Bukan main murkanya Pu San Hoat-ong. Ia membentak bengis dan batal buat pergi. Melainkan tubuhnya melesat sangat cepat sekali dan menghantam dengan sepasang tangannya. Sekali ini, Pu San Hoat-ong benar-benar sudah tidak bisa menahan diri.

Apa yang dilakukan Pu San Hoat-ong kali ini tidak bisa diremehkan oleh si pengemis. Itulah serangan yang disertai tenaga dalam yang dahsyat sekali.

Dengan demikian si pengemis juga tidak bisa berdiam diri, sebab dia segera melesat bangun berdiri. Dia bukan cuma melompat berdiri. Begitu kedua kakinya menginjak tanah, dia melompat lagi ke belakang satu tombak lebih.

Pukulan Pu San Hoat-ong jatuh di tempat kosong, menambah penasaran si pendeta.

"Kau harus mampus di tangan Loceng!" Teriak Pu San Hoat-ong yang sudah bisa mempertahankan kemarahan hatinya. Dia marah karena si pengemis menghalanginya, berarti dia telah kehilangan kesempatannya, buat menangkap calon mangsanya, yaitu Bie Lan.

Disamping itu, dia telah mempermainkannya terus, menambah rasa penasarannya. Maka dia telah menyerang tidak tanggung-tanggung.

Tenaga dalam yang dipergunakannya sangat kuat sekali. Dia telah mengempos sebagian besar tenaga sin-kangnya, buat menyerang dengan jurus-jurus yang mematikan.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now