Jilid 141

1.5K 26 0
                                    

Walaupun si gadis telah mengerahkan tenaganya, dia tidak berhasil menarik pedangnya itu dari batang pohon tersebut.

Karena dari itu nona Cin akhirnya telah berdiam diri sambil menyusuti keringatnya. Ia berpikir keras, dia mengawasi pedangnya itu, sampai akhirnya dia tidak berusaha mencabut lagi pedangnya, karena menyadari percuma saja tidak akan berhasil menarik pedangnya itu.

Tengah si gadis gelisah sekali disebabkan dia tidak bisa menarik pedangnya itu, justeru tampak beberapa sosok tubuh yang tengah berlari-lari mendatangi.

Hati si gadis tercekat.

"Apakah Kam Yu datang kembali dengan membawa teman-temannya?" Berpikir si gadis. Dia kuatir kalau memang Kam Yu datang bersama teman-temannya, niscaya akan membuat dia dan Kim Lo sulit meloloskan diri dari tangan Kam Yu.

Tapi setelah dia memperhatikan dengan seksama dia bisa bernapas lega, karena yang tengah berlari-lari mendatangi itu bukanlah Kam Yu, seperti yang diduganya, melainkan yang berlari di sebelah depan adalah seorang gadis yang cantik bukan main.

Nona Cin jadi heran, dia memperhatikan terus, sedangkan orang-orang yang tengah berlari mendatangi, semakin dekat. Di belakang gadis itu tampak seorang lelaki berusia pertengahan baya.

Gerakan tubuh mereka sangat ringan, karena gin-kang mereka tampaknya tinggi sekali.

Di belakang sekali dari si gadis dan lelaki setengah baya tersebut berlari juga seorang wanita, dengan sikap seenaknya mukanya pun cantik sekali. Hanya usianya sudah pertengahan dan mungkin juga dia ibu dari si gadis.

Kim Lo yang tengah bertempur dengan si nenek tua bungkuk Su Nio Nio, jadi girang bukan main ketika melihat orang-orang itu, semangatnya terbangun.

"Yo Kouwnio.......! Lie Pehu! Pehbo!" Memanggil Kim Lo dengan suara yang nyaring.

"Kim Lo jangan takut!" Terdengar si gadis yang berlari di depan sudah berseru dengan suara yang sangat nyaring.

Malah dia berlari terus dengan cepat sekali, tanpa memperdulikan nona Cin yang tengah mengawasi padanya dengan sinar mata bertanya-tanya dan keheran-heranan, sedangkan waktu dia melewati nona Cin menegurnya, karena dia menyangka tentunya ke tiga orang ini sahabat Kim Lo, dia melihat betapa Kim Lo menyambut kedatangan ke tiga orang itu dengan kegembiraan yang meluap-luap.

Hanya saja gadis itu telah berlari terus menghampiri ke arah si nenek tua bungkuk, tangannya sudah mencabut pedangnya, segera dia menikam. Cepat dan hebat sekali, tenaga tikaman si gadis. Jauh lebih liehay dari cara menikam nona Cin, membuat si nenek yang tengah mendesak Kim Lo tidak berani meremehkannya.

Dia juga telah beberapa kali berseru dengan marah dia merasakan, betapa kuatnya tenaga serangan dari pedang gadis itu.

Malah disaat itu terlihat Kim Lo membarengi menyambar serulingnya, akan menotok jalan darahnya.

Dengan begitu si nenek tua bungkuk Su Nio Nio sudah menghadapi Kim Lo dan gadis she Yo itu, yang kepandaiannya ternyata tidak terpaut jauh dengan kepandaian Kim Lo, sangat liehay sekali.

Siapakah gadis she Yo itu?

Dia tidak lain Yo Bie Lan, putri dari Yo Him dengan Sasana! Cucu dari Sin-tiauw Tayhiap Yo Ko dan Siauw Liong Lie.

Maka dari itu tidak mengherankan kalau begitu dia menyerang, ilmu pedangnya itu tinggi sekali, dan pedangnya menyambar dengan hebat.

Lalu siapa kedua orang usia pertengahan yang pria dan wanita itu?

Mereka tak lain dari Ko Tie dan Giok Hoa suami isteri yang liehay sekali.

Waktu itu Ko Tie dan Giok Hoa sudah datang dekat, tapi mereka tidak ikut menerjang maju mereka hanya berdiri di pinggiran dan menyaksikan pertempuran yang tengah berlangsung itu.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now