Jilid 28

2.3K 44 1
                                    

Cie Pang dan dua orang adik angkat Sung Sie Coan pun ikut mengambilnya seorangnya satu. Mereka di hati bertanya-tanya entah orang Pit-mo-gay akan memperlakukan mereka sebagai tamu yang bersahabat atau memang mereka dianggap musuh.

Tapi, dengan dipersembahkan empat tengkorak kepala manusia yang telah diciutkan, berarti itu suatu pertanda maut untuk mereka berempat. Rupanya Mo-mo-su telah melaporkan perihal kedatangan empat orang tamu tidak diundang ini, justeru tengkorak kepala manusia yang telah diciutkannya itu disediakannya empat butir.

Gadis yang tadi itu telah mempersembahkan tengkorak kepala manusia, telah mundur lagi menggabungkan diri dengan lima orang kawannya. Kemudian mereka masing-masing mengeluarkan sebatang seruling dari balik pakaian mereka, dan meniupnya.

Suara seruling itu mendayu-dayu merdu sekali, tidak mengandung nada kesesatan. Dan ini mengherankan sekali buat Sung Sie Coan berempat, nada seruling itu seperti juga musik yang biasa mengiringi seorang Kaisar keluar ke tempat ruang sidang.

Selain suara seruling itu tidak terdengar suara lainnya, namun mendadak sekali, terdengar suara: "Gooongggg!" yang nyaring sekali, enam orang gadis itu berhenti meniup seruling mereka.

Sung Sie Coan berempat mengawasi dengan heran, dia melihat dihadapannya, pada sebungkah batu yang menonjol setinggi sepuluh tombak lebih. Dan di puncak batu itu terdapat daratan yang cukup luas, terdapat sebuah kursi yang mirip dengan singgasana seorang Kaisar.

Kursi itu berukiran naga-naga, angker sekali. Lalu di samping sisi kiri dan kanan ruangan itu terdapat batu menonjol panjang sekali, dan berbaris kursi-kursi yang jumlahnya puluhan banyaknya.

Di kala itu suara "Gooongg" yang nyaring berangsur jadi lenyap, dan disusul dengan terbukanya sebungkah batu yang merupakan pintu rahasia, di balik kursi berbentuk singgasana itu.

Dari balik pintu rahasia itu keluar sepasang gadis dan pemuda, yang masing-masing membawa sebuah benda berbentuk segi tiga, di bendera itu terdapat gambar sulam tengkorak kepala manusia, dengan silang sepasang tulang pada bawahnya.

Mereka berdiri di sisi kiri dan kanan kursi yang mirip-mirip singgasana seorang Kaisar, yang pria berdiri di sebelah kanan, sedangkan yang gadis berdiri di sebelah kiri. Mereka berdiri tegak, yang pemuda telah berseru:

"Hong-siang (Kaisar) akan segera keluar...... untuk menyambut tamu!"

Kwang It Siansu cepat-cepat melangkah ke depan, dia menekuk kedua kakinya, memberi hormat, lapornya dengan sikap yang hormat sekali.

"Kwang It Siansu, kedudukan penyambut tamu, melaporkan bahwa tamu telah diantar sampai di ruang sidang."

Kemudian dia mundur lagi, berdiri di pinggiran dengan sepasang tangan diturunkan tampaknya memang sangat menghormat sekali.

Tidak lama kemudian tampak keluar belasan orang dari balik pintu batu rahasia tersebut. Mereka memecah diri jadi dua golongan, yang wanita menuju ke kiri, sedangkan yang pria menuju ke barisan kursi sebelah kanan. Mereka tidak segera duduk pada baris kursi di kedua sisi ruangan itu, mereka tetap berdiri.

Mereka berdiam diri, sikap mereka angker sekali, semuanya berpakaian baju sulam yang indah dan warnanya semua sama, yaitu merah, kuning dan hijau. Tapi yang tidak sama adalah wajah dan usia mereka, ada yang telah berusia limapuluh tahun lebih, ada juga yang berusia lebih enampuluh tahun. Tapi tak ada yang berusia di bawah limapuluh tahun.

Tak lama kemudian terdengar suara irama musik, yang halus sekali, sebarisan wanita yang membawa alat-alat musik keluar. Inilah cara atau upacara yang sangat menakjubkan, karena benar-benar pemimpin orang-orang Pit-mo-gay mengambil sikap seakan juga dia seorang Kaisar yang kemunculannya harus disertai upacara kebesaran seperti itu. Malah tadi telah diserukan bahwa yang akan keluar itu adalah Hong-siang, yaitu Kaisar.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang