Jilid 55

1.8K 37 0
                                    

"Baiklah!" kata pengemis itu kemudian. "Kau harus menjawab pertanyaanku dengan sejujurnya!"

"Hemmm, sama seperti tadi kawan-kawanmu, yang hanya meminta jawaban yang tidak-tidak!" kata Kim Lo mengejek.

"Tunggu dulu, kau dengarlah!" kata pengemis tua itu, "Aku cuma ingin mengetahui siapakah kau sebenarnya?!"

"Aku adalah seorang kelana yang tak memiliki kepentingan apapun dengan pihak Kay-pang!"

"Kalau demikian kau menolak buat menjawab pertanyaanku?" tanya pengemis tua itu.

"Apa yang hendak kau tanyakan?"

"Sebenarnya....... siapa kau sebenarnya?!"

"Aku? Maaf, tak dapat kuberitahukan!"

"Kau dari aliran mana?"

"Juga sulit buat kujelaskan, karena aku tidak pernah merasakan pernah berhutang budi pada Kay-pang yang mengharuskan aku sekarang menjawab setiap pertanyaan yang diajukan padaku! Terlebih lagi pertanyaan itu seakan-akan memperlihat Kay-pang sebagai perkumpulan manusia-manusia usil yang hanya ingin mengetahui hal persoalan orang lain belaka!"

"Jadi kau tetap memang ingin mencari persoalan dengan kami?" Tanya pengemis tua itu.

"Bukankah jika kau memperkenalkan dirimu, urusan dapat diselesaikan dengan baik! Sekarang saja kau tidak berani memperkenalkan dirimu, juga mukamu tidak berani diperlihatkan, selalu kau tutup seperti itu, seakan juga seorang maling yang kesiangan, yang kuatir dikenali orang!

"Hemmm, jika memang engkau tidak memiliki kesalahan, mengapa engkau harus jeri dan takut memperkenalkan dirimu? Ayo, sekarang alasan apa yang ingin kau katakan?"

Kim Lo tertawa dingin.

"Kukira, manusia-manusia seperti kalian belum lagi pantas untuk mendengar dan mengetahui siapa adanya diriku! Karena dari itu, aku tidak bersedia memberitahukan siapa diriku!"

Muka pengemis tua itu berobah merah padam.

"Kau.......!" Katanya dengan suara yang bengis.

Namun akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi, ia telah berkata pula dengan suara yang lebih sabar. "Sekarang begini saja, apa maksudmu berkeliaran di daerah ini?"

"Ini bukan daerah milik kakek moyang Kay-pang, mengapa aku tidak boleh berlalu lalang di daerah ini?!" tanya Kim Lo. "Atau memang daerah ini milikmu?!"

Ditanya begitu, darah pengemis tua tersebut jadi meluap. Dan akhirnya ia bilang: "Bagus! Jika demikian memang tampak jelas kau hendak menantang Kay-pang, sengaja mencari-cari urusan dengan pihak kami!"

Setelah begitu, tanpa bicara lagi, ia membarengi serangannya. Kali ini si pengemis tua menyerang dengan pukulan yang gencar sekali.

Hati Kim Lo terkesiap juga.

"Hemm, kepandaiannya memang tinggi!" Pikirnya dalam hati.

Kim Lo berpikir seperti karena ia melihat bahwa kepandaian pengemis tua yang kali ini jauh berada di atas kepandaian Yu An dan Tiang Su.

Ia mendampinginya dengan baik sekali. Tubuhnya gesit. Seruling tangannya telah digerakkannya berulang kali.

Pengemis tua itu adalah Yang Tiam, seorang pengemis yang berkepandaian tinggi. Iapun merupakan tokoh Kay-pang yang memanggul tujuh karung.

Sebagai pengemis berkarung tujuh tentu saja ia memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Kay-pang. Dengan sendirinya membuatnya menjadi orang yang sangat disegani oleh orang-orang rimba persilatan.

Belum pernah ada orang yang berani bersikap kurang ajar dan menantang padanya. Baru kali inilah orang yang berpakaian serba putih itu berani bicara menantang seperti itu dihadapannya, dan seakan juga orang berpakaian serba putih ini tidak memandang sebelah mata padanya.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now