Jilid 40

2.2K 41 2
                                    

Tengah Siangkoan Yap bersiap-siap untuk berangkat meninggalkan kamarnya di warung arak itu tiba-tiba didengarnya suara ribut-ribut di luar warung arak itu. Malah didengarnya ada beberapa suara yang halus di atas genting kamarnya.

Hatinya tercekat. Suara yang perlahan di atas genteng kamarnya bukanlah suara yang wajar dan juga bukan suara jatuhnya daun, melainkan hinggapan kaki-kaki orang yang memiliki gin-kang yang mahir.

Ia segera menduga kepada para pahlawan kerajaan. Segera Siangkoan Yap bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan.

"Anjing kurap, cepat kau keluar menyerahkan diri!"

Didengarnya suara membentak bengis sekali, menyusul itu, juga terdengar suara jerit kesakitan, rupanya ada beberapa orang pelayan warung arak itu yang telah dihajar oleh orang yang membentak itu.

Siangkoan Yap segera juga bersiap-siap di samping jendela kamarnya. Dia mengintai keluar.

Hatinya jadi terkesiap juga, di luar ada belasan orang berdiri dengan sikap bersiap sedia, di tangan mereka juga tergenggam senjata ta¬jam. Mereka berpakaian seragam kerajaan dan memang tidak lain dari tentara kerajaan, pasukan dari Bun-ong Hoat-ong.

Tanpa setahu Siangkoan Yap, rupanya Bun-ong Hoat-ong memang sangat keras dan tegas dalam menjalankan tugasnya, di mana anak buahnya harus mencari Siangkoan Yap sampai dapat. Karena mereka merasa yakin Siangkoan Yap memiliki hubungan dengan orang-orang di Pit-mo-gay.

Dan memang para pahlawan itu akhirnya menemukan jejak Siangkoan Yap. Dari seorang penduduk di sekitar tempat itu, yang sempat melihat betapa Siangkoan Yap tengah berlari-lari memasuki warung arak tersebut.

Penduduk itu tengah kepanasan dan tidak dapat tidur, dan berangin-angin di luar. Sampai akhirnya, datang pasukan tentara kerajaan yang bertanya padanya apakah melihat seorang pemuda berpakaian baju serba putih.

Maka penduduk itupun segera teringat kepadanya yang memberitahukan kepada tentara kerajaan itu bahwa orang yang mereka cari tadi memasuki warung arak. Karenanya pasukan tentara kerajaan itu segera juga mengepung warung arak itu.

Siangkoan Yap melihat pasukan tentara kerajaan mengepung warung arak itu, tidak berayal lagi segera melesat menyambar pedangnya yang menggeletak di atas pembaringan. Dia bersiap-siap.

"Anjing kurap, kau cuma pandai menyembunyikan ekor!" terdengar lagi orang membentak bengis dari luar jendela kamar si pemuda membarengi dengan mana terdengar suara menggelegar yang sangat keras, dan daun jendela terpental, terbuka lebar dengan paksa. Ini disebabkan pukulan yang kuat sekali.

Membarengi dengan itu, juga terlihat daun pintu menjeblak terbuka.

Siangkoan Yap menyadari, bahwa kali ini dia harus melakukan pertempuran yang seru untuk mempertahankan diri, karena dirinya telah terkepung. Diapun mengibaskan pedangnya, dan membentak nyaring, "Majulah jika kalian ingin mampus!"

Tapi tanpa diminta untuk kedua kalinya, dua orang tentara kerajaan yang menyerbu tadi lewat jendela dan pintu kamar, telah melesat maju dan tangan mereka diulurkan untuk menabaskan golok masing-masing pada si pemuda. Siangkoan Yap melihat dari dua orang tentara kerajaan itu mengeluarkan suara berkesiuran, menunjukkan bahwa serangan mereka tentu disertai dengan tenaga lweekang yang terlatih baik.

Cepat-cepat Siangkoan Yap memutar pedangnya. Dia menangkis, pedangnya itu berguling-guling seperti juga titiran, melindungi tubuhnya dari sambaran golok lawan-lawannya, terdengar suara.

"Tranggg, tranggg!" tapi dua orang tentara kerajaan bukan cuma menyerang sampai disitu, waktu senjata mereka masing-masing tersampok pedang Siangkoan Yap mereka telah melontarkan lagi bacokan-bacokan beruntun sampai tiga kali.

Pendekar Aneh Seruling SaktiWhere stories live. Discover now