97

398 26 0
                                    

"jadi, ini semua rencanamu?" tanya Liam kepadaku sambil fokus menyetir.

"ya, aku mengaku bahwa ini semua adalah rencanaku. Aku yang menyusun rencana agar kau dan Harry bisa bertemu dan membicarakan hal itu." jawabku kepada Liam.

"tidak bisakah dengan cara lain tanpa kau harus membohongi aku?"

"tidak ada, Li. I mean, entahlah. Aku tidak tahu. Hanya cara itu yang terlintas di kepalaku. Aku takut jika aku jujur padamu, kau akan marah padaku, kau akan menolak mentah-mentah caraku itu."

"mengapa kau begitu memperjuangkannya agar ia mendapat penilaian baik dariku?"

"a-aku bukan memperjuangkannya. Aku hanya berusaha mengungkapkan kebenaran. Kebenaran bahwa sebenarnya Harry adalah orang baik, ia tidak sama dengan anggota klub motor lainnya. Kau harus percaya itu. Aku hanya ingin kau membuang jauh-jauh pikiran negatifmu tentang anggota klub motor yang liar kepada Harry."

...

Sesampainya di rumah, aku langsung memasuki kamarku. Begitu pun dengan Liam yang memasuki kamarnya.

...

"bagaimana, Alice? Semua berjalan lancar, kan?" tanya Barbara di ujung telepon kepadaku.

"ya, semuanya berjalan lancar." jawabku singkat.

"so, apa rencanmu selanjutnya?"

"kau tahu, Liam belum sepenuhnya percaya dengan kata-kataku yang mengatakan bahwa Harry adalah orang baik."

"maksudmu?"

"Liam akan menilai Harry dalam kurun waktu tertentu, bisa dalam beberapa hari, beberpa minggu atau mungkin beberapa bulan. Jika dalam masa penilaian itu Harry terbukti sebagai orang baik di mata Liam, Liam akan memperbolehkan aku berteman dengan Harry. Tapi jika selama masa penilaian itu Harry melakukan sedikit saja kesalahan, sedikit saja keteledoran, maka..."

"maka apa? Lanjutkan kata-katamu, Alice."

"Liam tidak akan mengizinkan Harry berteman denganku lagi. Aku tidak boleh berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Liam akan menjauhkan aku dengan Harry."

"lantas, apa rencanamu untuk hal ini?"

"I don't know, I have no idea. Tapi, aku yakin. Harry pasti tidak akan melakukan kesalahan sekecil apapun."

"bagaimana jika kenyataannya dia melakukannya?"

"hmm... we need to talk together, Barbs. It's like ... rapat kecil, dengan teman-teman yang lain tentunya. Ada hal serius yang ingin aku bicarakan dengan kalian. Aku akan kabari secepatnya kapan dan di mana kita akan mengadakan rapat kecil itu."

"oh iya, apa Harry mengetahui keberadaan kalian saat di cafe?" tanyaku kepada Barbara di ujung telepon.

"tidak. I mean... hampir saja ia menyadari keberadaan kami." jawab Barbara kepadaku.

"Harry sempat pergi ke toilet setelah kau dan Liam pulang. Saat itu Niall sedang berada di toilet ..." Barbara menceritakan bagaimana kronologi kejadian di toilet saat keberadaan Niall hampir saja di ketahui oleh Harry.

...

"sampai kapan kau akan menguji Harry?" tanyaku kepada Liam saat Liam sedang berada di dapur.

"sampai aku benar-benar yakin bahwa Harry memang orang baik." jawabnya sambil menggambil buah dari dalam lemari es.

"tapi, sampai kapan? Apa kau tidak bisa mengatakan kepadaku kapan waktu pengujian itu akan berakhir?"

"tidak, sayang. Aku kan sudah pernah berkata padamu bahwa hal tersebut hanya diketahui oleh aku seorang. So, aku tidak akan memberitahu hal itu padamu atau kepada siapa pun."

"aku harus pergi sekarang. Jika kau lapar, kau bisa panaskan sup yang sudah aku buat. Love you. Bye." ujar Liam sambil mengelus rambutku dan mencium pipiku sambil berlalu pergi.

...

Siang ini aku hanya seorang diri di rumah. Tidak ada Liam dan tidak ada Louis.

What should I do?
Sebenarnya aku ingin sekali mengajak teman-temanku ke rumah ini untuk menemaniku di rumah ini. Tapi, kurasa mereka sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

...

Ketika aku sedang menonton tv di ruang keluarga seorang diri, tiba-tiba saja aku mendengar suara bell dari arah luar. Aku pun bergegas berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu bagi orang tersebut.

...

Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka pintu. Orang yang ada di hadapanku saat ini adalah orang yang  sama sekali tidak ingin aku temui sejak kejadian beberapa waktu lalu. Max.

Aku langsung menutup pintu rumahku. Berusaha mendorong pintu dengan sekuat tenaga agar pintu rumahku tertutup lagi. Max berusaha menahan pintu dengan tangan kekarnya agar pintu tidak bisa di tutup. Akhirnya aku bisa menutup pintu rumahku dan kembali menguncinya.

He's so annoying! I hate him so much!

Happy reading everyone 😊
Don't forget to vote for the next chapter ☺
Comment if you want to comment ☺ (free story suggestion 😉)
Thanks xx 💕

My Protective Brothers 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang