16

518 30 0
                                    

"Li, aku pulang." ujarku kepada Liam ketika aku sudah sampai rumah. Aku masuk ke dalam rumah sambil membawa sebuah paket yang tergeletak di depan teras rumahku.

Paket yang aku bawa ini pasti milik Liam. Karena diantara kami bertiga Liam lah yang sering mendapat kiriman paket. Paket yang datang biasanya berisi buku atau majalah kesehatan dan sebagainya.

Tidak ada jawaban dari Liam ketika aku memasuki rumah. Aku yakin jika Liam sudah sampai rumah, sebab mobilnya terparkir di garasi rumahku.

Sepertinya Liam sedang mandi di kamarnya. Karena aku mendengar suara gemericik air di kamar mandi yang ada di kamarnya. Aku meletakkam paket yang aku bawa tadi di meja yang ada di ruang keluarga sebelum aku memasuki kamarku.

...

Setelah bersih-bersih diri, aku mendengar suara Liam yang sedang memasak di dapur. Aku harus menemuinya untuk memberi tahu bahwa ada paket yang datang untuknya, sekaligus memberi tahu Liam bahwa aku sudah pulang.

...

"hi, Li." sapaku sambil membawa sebuah paket kepada Liam yang sedang memasak di dapur.

"hi, dear. What's that?" tanya Liam kepadaku.

Ya, Liam sudah tidak marah lagi denganku. Tapi ia akan kembali marah padaku jika aku kembali membahas soal Harry di hadapannya. Sifat Louis dan Liam sebagai kakak beradik tidaklah berbeda. Mereka berdua hampir memiliki sifat yang sama. Tapi untuk urusan marah, Liam lah yang lebih cepat reda dari pada Louis.

"ini, sepertinya ada paket untukmu. Aku temukan ini di teras rumah saat aku pulang dari rumah Barbara." ujarku kepada Liam seraya menyerahkan paket itu kepadanya.

"paket? Dari Jonathan? Seingatku, aku tidak punya teman kuliah yang bernama Jonathan. Kalaupun aku punya, dia adalah Jonatan saat aku masih di Elementary School dulu, itu pun dia juga sudah pindah entah kemana. Lagi pula aku tidak sedang memesan buku atau majalah kesehatan apa pun." jelas Liam kepadaku.

"entahlah. Kupikir itu adalah paket untukmu. Mengapa tidak kau buka saja dulu paket itu?" saranku kepada Liam.

"tidak mau. Jika paket ini adalah paket untuk Louis, aku merasa lancang jika membukanya. Biar saja Louis yang membukanya. Lagi pula jika paket ini bukan untukmu dan bukan untukku juga, berarti ini adalah milik Louis."

"wait, Li! Apa tadi kau bilang pengirimnya bernama Jonathan?" tanyaku sambil mengingat sesuatu.

"ya, nama pengirimnya adalah Jonathan. What's up?"

"berikan padaku paket itu." ujarku kepada Liam dan langsung mencari tahu kepada siapa paket itu di tujukan.

Benar saja dugaanku. Paket ini adalah paket untuk Louis. Apa yang Jonathan lakukan dengan paket ini?
Jonathan adalah seseorang yang pernah memukuli Louis sampai ia luka parah dan masuk rumah sakit hingga harus bedrest selama beberapa hari.

"Li, apa kau ingat sesuatu tentang Jonathan?" tanyaku kepada Liam.

"Jonathan? Kan sudah aku bilang tadi, bahwa kalau aku tidak salah ingat ia adalah temanku saat di Elementary School dulu." jawab Liam kepadaku.

"bukan, Li. Bukan itu maksudku. Lagi pula bukan Jonathan itu yang aku maksud. Tidakkah kau ingat bahwa Jonathan yang aku maksud adalah Jonathan yang pernah Louis ceritakan? Jonathan yang pernah memukuli Louis hingga ia masuk rumah sakit, babak belur dan-"

"yeah, I remember that. Tapi apakah kau yakin, jika Jonathan itu yang mengirim paket ini kepada Louis?"

"ya, Li. Aku yakin. Aku rasa ini bukanlah paket biasa. Pasti didalamnya ada sesuatu yang bisa saja mengancam keselamatan Louis." uajarku kepada Liam sambil berjalan ke luar rumah untuk membuang paket itu.

"kau mau kemana? Apa yang akan kau lakukan dengan paket itu?"

"aku akan keluar untuk membuang paket sialan ini."

"no, Alice! Berikan paket itu padaku. Jangan kau buang sembarangan paket itu." ujar Liam seraya merebut paket itu dari tanganku.

"mau kau apakan paket ini? Apa kau ingin membukanya? Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa lancang sekali membuka paket yang bukan milik kita?"

"aku tidak ingin membukanya. Aku ingin menyimpan paket ini hingga Louis pulang dan membukanya sendiri."

"tapi, Li. Paket ini bisa saja berbahaya. Bagaimana jika isinya adalah sebuah bom, atau -"

"no, Alice. Percaya padaku, isi paket ini bukanlah sebuah bom atau benda-benda berbahaya lainnya. Tidak ada yang mencurigakan dari paket ini."

"oh, come on, Li! Berikan paket sialan itu padaku. Sejak kapan kau mulai suka menebak-nebak seperti itu?" ujarku kepada Liam seraya berusaha merebut paket itu dari tangannya

Tak lama kemudian, seseorang datang dan masuk ke dalam rumah.

Happy reading everyone 😊
Don't forget to vote for the next chapter ☺
Thanks xx 💕

My Protective Brothers 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang