87

340 25 3
                                    

"yeah, kau benar. Aku bodoh tidak memikirkan hal ini sampai sejauh itu." ujarku kepada Brad yang sedang meneguk minumannya.

"sekarang bukan waktunya kau untuk menyesali perbuatanmu, Harry. Semuanya sudah terjadi. Liam telah mengetahuinya dan meminta pengakuan dari Alice. Kau tahu bahwa Alice sangat percaya padamu." ujar Brad kepadaku.

"percaya padaku? Maksudmu?"

"sampai saat ini ia tidak mengetahui siapa orang yang telah memberitahu Liam mengenai hal ini. Beberapa nama pernah menjadi list di dalam pikirannya, seperti kau, Aaron, Max dan bahkan seseorang yang ia duga adalah orang suruhan Louis dan Liam untuk mengawasinya di sini saat kedua kakaknya pergi. Tapi, ia berusaha untuk menghapus namamu dari list yang ada di pikirannya itu. Ia merasa bahwa kau tidak mungkin melakukan hal itu. Kau tidak mungkin menceritakan kepada Liam mengenai hal ini. Ia merasa bahwa kau tidak mungkin membiarkan Alice berada dalam situasi seperti ini." jelas Brad kepadaku.

"sekarang ku sarankan agar kau berterus terang kepada Alice bahwa kau adalah orang yang menceritakan semuanya kepada Liam. Aku khawatir jika nanti Alice mengetahui ini dari orang lain lebih dulu, ia akan membencimu. Jadi lebih baik kau yang mengatakan sendiri padanya. Berikan ia pengertian yang bisa ia terima dan masuk akal." ujar Brad kepadaku.

...

Setelah bertemu dengan Brad di sebuah cafe, aku memutuskan untuk kembali ke rumah karena waktu sudah semakin malam.

...

Aku pun memutuskan untuk menghubungi Alice via telepon karena aku belum sempat menghubunginya kembali sejak tadi siang.

...

*Alice's POV*

Ketika aku sedang membaca novel di kamarku, tiba-tiba saja handohoneku berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk untukku.

...

"hi, Alice. Maaf baru bisa menghubungimu. What's up?" tanya Harry di ujung telepon setelah aku mengangkat panggilan darinya.

"kau dari mana saja? Apa kau sedang sibuk?" tanyaku kepada Alice.

"ti-tidak juga. A-aku baru saja dari basecamp klub motorku. Ada apa?"

"begini Harry. Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu. Ini soal -" ujar Alice yang langsung buru-buru aku potong ucapannya.

"kebetulan kalau begitu! Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Bagaimana jika besok kita bertemu di sebuah cafe? Apa kau bisa?" tanyaku kepada Alice.

"besok? Apa tidak bisa kita berbicara via telepon?"

"sebenarnya bisa saja. Tapi rasanya tidak enak jika aku membicaraknnya via telepon."

"memangnya apa yang ingin kau bicarakan denganku? Soal apa?"

"besok kau akan tahu. Kabari aku jika besok kau bisa bertemu denganku. Aku akan menjemputmu di tempat biasa. Di depan sebuah rumah yang terletak tepat dua rumah dari rumahmu. See ya. Bye." ujar Harry kepadaku sambil memutuskan sambungan telepon denganku.

...

Kira-kira hal apa yang akan ia bicarakan denganku, ya? Sepertinya ia akan membicarakan hal yang sangat penting.

...

"Liam, Louis. Siang ini aku ingin pergi ke rumah Barbara. Boleh, kan?" tanyaku kepada kedua kakakku.

"biar aku antar kau ke rumah Barbara." ujar Liam kepadaku.

"tidak usah, Li. Barbara akan datang ke sini untuk menjemputku. Lagi pula bukannya hari ini kau akan pergi ke perpustakaan kota untuk menyelesaikan laporan studi bandingmu?" ujarku kepada Liam.

"apa kau yakin, kau tidak berbohong pada kedua kakakmu ini, kan?" tanya Louis sambil memicingkan matanya ke arahku.

"yeah, I'm sure Louis. Aku sudah lama tidak bermain ke rumahnya. Kalian kan tahu, bahwa dua minggu ini Barbara pergi ke Hungaria." ujarku kepada kedua kakakku.

...

Siang harinya aku bersiap-siap untuk pergi ke sebuah cafe bersama Harry. Aku menyuruh Harry untuk menjemputku di rumahku saja, karena kedua kakakku saat ini sedang tidak ada di rumah.

...

Begitu Harry sampai di depan rumahku, aku langsung masuk ke dalam mobilnya dan sejurus kemudian Harry langsung menginjak pedal gas mobilnya dan menjalankan mobilnya ke sebuah cafe.

Aku masih bertanya-tanya dalam pikiranku, kira-kira hal apa yang akan Harry bicarakan denganku. Sesekali aku menengok ke arah Harry yang ada di sampingku, berusaha menebak hal yang akan ia bicarakan padaku melalui ekspresi mukanya. Namun sayangnya aku tidak bisa menebak ekspresi wajahnya saat ini.

Happy reading everyone 😊
Don't forget to vote for the next chapter ☺
Comment if you want to comment ☺
Thanks xx 💕

My Protective Brothers 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang